"Ayo kita kembali."
Amara membantu Dewa bangkit untuk kembali bersama ke tempat mereka tadinya beristirahat. Tapi sekonyong Dewa menarik Amara untuk sembunyi saat melihat seseorang berada di tempat itu. Seseorang dengan jubah hitam sedang menggali tanah dalam-dalam untuk kemudian melemparkan sebuah tas ke dalamnya untuk dikubur.
"Apa itu?"
Dan Dewa seperti membeku di tempat ketika seseorang itu membuka tudung kepala sambil menyeka keringat di dahi. Seketika Dewa berlari dan menerjang seseorang itu. Saat ia bangkit untuk kembali menerjang, tak ada apapun di hadapannya. Langit berubah terik dan sunyi.Â
Ketakutan menyeruak dari pikiran Dewa, tapi keinginannya untuk menggali tanah dibawahnya membuatnya membabi buta tanpa menyadari bahwa tanah itu begitu keras dan kasar. Hingga tangannya menyentuh sebuah tas hitam. Sungguh, Dewa tidak ingin mengiyakan apapun sekarang. Pemuda itu lantas berlari pulang. Di depan pintu rumahnya, ia menyeka air matanya dengan jarinya yang terluka. Ibunya keluar dan terkejut, raut marahnya hilang.
"Ibu, bisa aku bertanya? Jantung siapa ini?"
Tidak ada jawaban setelah itu. Hanya suara daun jatuh dan seorang gadis yang sedang bermain dengan bonekanya di taman tak jauh dari situ, dengan tenang dan damai.