Tidak semua kata mengukir senyum dilawan bicara.
Persahabatan,persaudaraan atau silaturahmi baik lainnya jadi terhalang hanya karena sedikit kalimat yang melukai.
Aku pernah menangis disaat seharusnya tertawa,setelah putri sulungku menikah,baru kudapat hentakan keras dalam pola keyakinanku.
Aku berusaha memperbaiki ketergantunganku pada putri sulungku.
Tetapi anakku itu memang the best number one,setelah anakku pergi hijrah pada suaminya,perisai kekuatanku hancur.
Aku bagai benteng tanpa penguasa,disinilah aku merajut usia tuaku terus dalam takaran orang yang menamai dirinya penguasa.
Tuan....,lihat aku.
Aku hanya punya sedikit mimpi yang kurajut sedari aku menjadi seorang ibu.
Tidak mudah, aku tertatih tapi Allah bersamaku.
Baca diraut tuaku.
Aku ingin kelak tersenyum dari jerih payahku,sambil memandang bintang dikejauhan.