Mohon tunggu...
Eriana Sari
Eriana Sari Mohon Tunggu... Buruh - Ibu Rumah Tangga

https://erianasari0507.blogspot.com/ https://www.instagram.com/erianasari05/ https://twitter.com/Erianasari05 https://www.facebook.com/eriana05 https://www.linkedin.com/in/eriana-sari-1a140916a/

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Bacalah

17 Desember 2018   15:21 Diperbarui: 5 Februari 2019   23:41 165
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tidak semua kata mengukir senyum dilawan bicara.

Persahabatan,persaudaraan atau silaturahmi baik lainnya jadi terhalang hanya karena sedikit kalimat yang melukai.

Aku pernah menangis disaat seharusnya tertawa,setelah putri sulungku menikah,baru kudapat hentakan keras dalam pola keyakinanku.

Aku berusaha memperbaiki ketergantunganku pada putri sulungku.

Tetapi anakku itu memang the best number one,setelah anakku pergi hijrah pada suaminya,perisai kekuatanku hancur.

Aku bagai benteng tanpa penguasa,disinilah aku merajut usia tuaku terus dalam takaran orang yang menamai dirinya penguasa.

Tuan....,lihat aku.

Aku hanya punya sedikit mimpi yang kurajut sedari aku menjadi seorang ibu.

Tidak mudah, aku tertatih tapi Allah bersamaku.

Baca diraut tuaku.

Aku ingin kelak tersenyum dari jerih payahku,sambil memandang bintang dikejauhan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun