Mohon tunggu...
Erguna Ginting
Erguna Ginting Mohon Tunggu... Mahasiswa

Sebagai seorang Mahasiswa saya senang bertukar isi pikiran dengan banyak orang, saya senang belajar banyak hal terutama hal-hal mengenai masyarakat.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Refleksi Gugurnya Guru di Yahukimo : Guru Pahlawan Tanpa Tanda Jasa

23 Maret 2025   22:49 Diperbarui: 25 Maret 2025   10:21 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada suatu saat setelah bom atom menghancurkan Hirosima dan Nagasaki pada 6 dan 9 Agustus 1945, Kaisar Hirohito bertanya "berapa jumlah guru yang tersisa?". Dari kisah singkat tersebut tersirat tentang peran penting guru dalam suatu negara, karna dengan adanya guru pembelajaran dapat dilakukan sehingga SDM (sumber daya manusia) dapat dikembangkan potensinya. Pada saat yang sangat terdesak Kaisar Hirohito tidak bertanya berapa jumlah tentara yang tersisa, hal tersebut dapat disadari sebagai pandangan visioner yang sudah terbukti dimana negara Jepang menjadi negara yang maju.

Guru di Yahukimo Tewas Diserang TPNPB-OPM

Pada Jumat, 21 Maret 2025. Tentara pembebasan nasional papua barat - organisasi papua merdeka (TPNPB-OPM) melakukan serangan di distrik anggruk, kabupaten Yahukimo, Papua Pegunungan. Dalam penyerangan tersebut terjadi pembakaran sekolah dan rumah guru yang menyebabkan seorang guru tewas, dalam keterangannya, Minggu (23/3/2025) Kepala Operasi Damai Cartenz 2025, Brigjen Faizal Ramadhani mengatakan, penyerangan brutal gerombolan anggota KKB di Distrik Anggruk terjadi pada Jumat (21/3). Satu orang guru diduga dianiaya oleh KKB hingga meninggal dunia. "Dalam serangan tak berperikemanusiaan tersebut, 10 guru dan tenaga medis menjadi korban. Satu di antaranya atas nama Rosalina Rerek Sogen meninggal dunia," ungkapnya. "Ini adalah tindakan biadab dan sangat keji. Para guru dan tenaga medis itu bukan militer, mereka adalah pendidik yang mengabdikan diri untuk anak-anak Papua,"lanjutnya.

Akibat kejadian tersebut sejumlah guru dan nakes yang berada di sejumlah distrik pedalaman Yahukimo yakni Herepin, kosarek, Ubalihi, Nisikni, Walma, dan Kabianggama, telah diungsikan ke wamena, kabupaten Jayawijaya, Papua Pegunungan menggunakan pesawat Adventist Aviation.

Juru bicara TPNPB-OPM Sebby Sambom mengkonfirmasi bahwa penyerangan tersebut dilakukan oleh kelompoknya. Pimpinan TPNPB-OPM wilayah Yahukimo Elkius Kobak adalah yang melaksanakan penyerangan tersebut pada pukul 16:00 WIT.

Guru Pahlawan Tanpa Tanda Jasa

Guru pahlawan tanpa tanda jasa adalah perkataan yang sudah sangat familiar bagi masyarakat Indonesia khususnya bagi siswa/i di SD, SMP, SMA bahkan bagi mahasiswa di perguruan tinggi. Guru pahlawan tanpa tanda jasa disebutkan demikian karna profesi guru berkontrisbusi besar bagi bangsa sehingga layak disebut pahlawan namun ironinya seorang guru tidak mendapatkan tanda jasa dan kekhususan seperti para pahlawan nasional pada umumnya, bahkan gaji guru di Indonesia khususnya guru honorer masihlah kecil sehingga seorang guru harus mencari tambahan pemasukan lain untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

Anas Bassarudin dalam bukunya yang berjudul Secangkir Kopi Untuk Sang Guru menjelaskan bahwa julukan guru pahlawan tanpa tanda jasa diperkirakan ada sejak tahun 1970 sampai 1980-an. Pada masa itu menjadi seorang guru merupakan profesi yang sangatlah berat dimana para guru dituntut untuk mengajar ditengah keterbatasan yang ada, mulai dari keterbatasan akses, fasilitas, bahkan jaminan keamanan, para guru juga dituntut untuk bersekolah ke jenjang yang tinggi, berpengetahuan yang luas dan juga rela mengorbankan waktu serta tenaga tetapi dari banyaknya yang dituntut dari seorang guru, tuntutan itu tidaklah berbarengan dengan gaji yang memadai.

Dari tinjauan yang lebih filosofis perkataan guru pahlawan tanpa tanda jasa juga mengambarkan tanggungjawab moral seorang guru, seorang guru bertanggungjawab penuh atas peserta didiknya karna pengetahuan yang diajarkannya haruslah terserap dengan baik sehingga peserta didiknya memiliki bekal pengetahuan untuk masa depannya. Secara agama seorang guru juga bertanggungjawab kepada Tuhan untuk pengetahuan yang dimilikinya dan yang diajarkannya. Pengetahuan yang diajarkan haruslah pengetahuan yang sebenar-benarnya karna apabila pengetahuan yang diajarkannya salah peserta didik juga akan ikut salah.

Dari kasus gugurnya guru di Yahukimo terdapat banyak refleksi tentang para guru yang berusaha mencerdaskan anak bangsa, rela berkorban banyak hal bahkan nyawa untuk maju kegaris depan dalam memerangi kebodohan. Para guru sepatutnya lebih difasilitasi,  dihormati dan dihargai karna kualitas guru yang baik mencerminkan masa depan bangsa dan negara yang baik.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun