Mohon tunggu...
Ridwan Fasih Rasyid
Ridwan Fasih Rasyid Mohon Tunggu... -

Ekspresi rasa dengan tulisan. Suka Baca Tulisan Orang. Penulis 'freelance'. Musik, otomotif, sosial-budaya, biografi. ridwanfrasyid@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mengapa Harus Baca (Buku Sastra)?

21 Maret 2017   15:08 Diperbarui: 21 Maret 2017   23:32 188
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

"Bacalah dengan nama Tuhanmu yang menciptakan iqra!"

 

HASIL riset menyebut: Siswa tingkat SMU berbagai negara diwajibkan membaca buku sastra. Eropa dan AS rata-rata 30-an buku. Jepang 12 buku, Singapura dan Malaysia 6 buku, dan Indonesia nol buku! (Taufik Ismail)

SMU zaman Hindia Belanda, siswanya wajib baca buku sastra minimal 20 buku selama tiga tahun masa pendidikannya. Tokoh-tokoh besar yang jadi siswa SMU di zaman ini, antara lain Soekarno, Mohammad Hatta dan Ali Sasroamidjoyo (perdana menteri Indonesia, 1950-an).
.
Mengapa buku sastra? Apakah berarti kita ingin menjadikan semua anak di negeri ini menjadi sastrawan? Bukannya negeri ini membutuhkan lebih banyak insinyur, ahli hukum, dan tenaga medis, juga kontraktor?

Ooo, tentu tidak!

Membaca bukan sekadar untuk mengerti arti kata, arti kalimat dan jalan cerita sebuah kisah. Membaca yang benar bukanlah sekadar kegiatan kognitif. Membaca bukan sekedar untuk 'ngerti' dan sekadar tahu. Membaca itu untuk mengolah rasa, mengasah kepekaan, serta membangkitkan kesadaran.

Membangun kecintaan pada membaca bukanlan pekerjaan 'satu malam Aladin' dan tanggun jawab sekolah saja.

Bangsa yang membaca akan lebih bijak, karena ia memiliki banyak jendela untuk memandang masalah dari berbagai sudut.

Jadilah bangsa yang “Iqra!”, bacalah dengan nama Tuhanmu yang menciptakan “iqra!”.

Ijinkan harap ini: Suatu saat nanti Makassar tidak hanya memiliki gedung-gedung tinggi, mall-mall besar nan megah, jalan-jalan lebar dan mulus tapi juga memiliki lebih banyak toko-toko buku yang indah, perpustakaan yang nyaman, membuat kita mau berlama-lama.

Semoga saja begitu....[#]

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun