Mohon tunggu...
Erwin Asmar
Erwin Asmar Mohon Tunggu... -

Berusaha jadi orang baik

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Sekolah Dasar

18 Juli 2012   04:42 Diperbarui: 25 Juni 2015   02:50 3424
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Tahun lalu anak saya yang terkecil masuk Sekolah Dasar (SD), setelah melalui Play Group, TKA dan TKB total 3 tahun. Saat selesai TKB, usia anak belum genap 7 tahun. Sesuai aturan pemerintah, untuk masuk SD, usia minimal siswa adalah 7 tahun.
Agak kebingungan juga saya, mau dimasukan ke SD, usia belum cukup, mau mengullang lagi di TK, rasa-rasanya kurang tepat, masa sampai 4 tahun di sekolah TK. Bisa bosan anaknya nanti. Mau nunggu sampai tahun depan, aktivitas apa lagi yang mau dilakukan, dan juga terlalu lama.
Selama anak saya di Play Group  dan TK , di sekolahnya tidak diajarkan baca tulis dan berhitung (calistung), yang didapatkan hanya sekedar mengenal huruf dan angka. Banyak teman saya yang menganjurkan agar anak saya dimasukan les tambahan agar bisa lancar membaca serta bisa berhitung, dengan alasan akan mudah mendapatkan sekolah SD nantinya. Tapi saya tidak mengikuti saran tersebut, karena saya pikir anak TK ya seharusnya memang bermain sambil belajar bersosialisasi dengan temannya serta dengan lingkungan.
Setelah tanya sini-sana, saya dapat info kalau sekolah SD swasta mempunyai batasan umur 6 tahun 8 bulan, jadi anak saya bisa mendaftar disana.
Saya daftarkan di 2 sekolah SD Islam, agak kaget juga saya ternyata di kedua sekolah tersebut ada test nya, dan salah satu test nya adalah calistung. Di sekolah yang pertama, anak saya tidak diterima karena tidak lulus test. Beruntung disekolah yang kedua, test nya tidak sesulit yang pertama, sehingga anak saya bisa diterima, Alhamdulillah.
Setelah hari pertama masuk sekolah, diumumkan bahwa jam pelajaran dimulai dari jam 06:30 s/d 14:15. Seperti kesambar petir ketika saya membaca pengumuman tersebut. Mau mempertanyakan ke sekolah, saya takut mendapat jawaban yang tidak mengenakan. Saya hanya berdoa semoga anak saya tidak bosan berada dilingkungan sekolah dan didalam kelas selama sehari penuh. Saya tidak berdoa semoga anak saya bisa mengikuti dan menerima semua mata pelajaran, karena buat saya, asal anak saya tidak bosan saja sudah bagus, jadi dia tidak minta pulang awal.
Beruntung jarak rumah ke sekolah tidak terlalu jauh, anak saya cukup pakai ojek yang pengemudinya sudah saya kenal untuk antar dan jemput.
Setiap jam pulang sekolah, saya selalu telpon kerumah dari kantor, menanyakan ke isteri saya, bagaimana keadaannya, isteri saya selalu jawab, bajunya lusuh, apalagi wajahnya, serta kaos kakinya sering hilang (di sekolahnya, untuk masuk kelas diwajibkan buka sepatu, itu sebabnya kaos kakinya sering tidak terbawa, karena mungkin terburu-buru saat jam pulang dan harus pakai sepatu kembali). Walaupun wajahnya terlihat sangat letih, tapi untung tidak membuatnya tertekan. Kalau dia merasa tertekan, mungkin jadi sulit buat membujuknya untuk berangkat sekolah besoknya. Mau memberikan les tambahan sudah tidak tega, nanti malah bikin beban tambahan buatnya. Hanya Kamis malam saja, saya datangkan guru ngaji, agar mengajinya lancar.
Karena pendiidikan menurut pemikiran saya bercermin kepada negara-negara barat yang ilmu dan teknologinya sangat tinggi, kemudian saya coba tanya kepada saudara yang hidupnya di Londion bersama keluarganya, kebetulan juga punya anak yang seumur dengan anak saya. Saya tanya, gimana pelajaran anaknya di SD di London, dia jawab, cuma sebentar koq, masuk jam 8 pulang jam 11. Saya tanya lagi emang berapa mata pelajaran, dijawab, cuma 3 mata pelajaran (saya lupa apa saja) juga cara mengajarinya tidak kaku di bangku kelas, muridnya boleh duduk-duduk lesehan dibawah. Kemudian saudara saya tanya, memangnya SD di tempat anak saya sekolah, untuk kelas 1 berapa mata pelajaran, saya jawab cuma 15 koq, belum termasuk extra kurikulernya yang paling tidak wajib diikuti 1 jenis.
Mata pelajaran yang diterima oleh anak saya yang duduk dikelas 1 SD Islam ini : 1. Al Quran, 2. Ibadah/Muamalah, 3. Aqidah/Ahlak, 4. Iqra, 5. Bahasa Arab, 6. Matematika, 7. IPA9 Ilmu Pengetahuan Alam), 8. IPS (Ilmu Pengetahuan Sossial), 9. Bahasa Indonesia, 10. Komputer, 11. Bahasa Inggris, 12. PKN (Pendidikan Kewarganegaraan), 13. Pejasorkes( Pendidikan Jasmani Olahraga Kesehatan), 14. PLBJ (Pendidikan Lingkungan Budaya Jakarta), 15. SBK (Seni Budaya dan Keterampilan).
Extra kurikulernya : Melukis, Drumband, beladiri dan Pramuka.

Hebat ya... bayangin saja, baca saja belum lurus, sudah diharuskan menghapal semua mata pelajaran yang rata-rata adalah hapalan semua.
Yang lebih hebat lagi, banyak teman saya yang anaknya kelas 1 SD dan bersekolah di sekolah swasta baik yang berciri agama maupun yang internasional, dengan bangganya menceritakan kalau anaknya belajar dari pagi hingga petang, serta sepulang sekolah ditambah les-les lainnya.

Tahun ini anak saya naik ke kelas 2 dengan nilai lumayan (masuk 10 besar dari bawah), dan saya sudah memindahkannya ke SD Negeri yang juga jaraknya dari rumah tidak terlalu jauh (sudah tidak terkena batasan umur lagi), saya yakin langkah saya ini adalah langkah yang benar. Jam belajar di SD Negeri untuk siswa kelas 1 dan 2 sekitar 3 s/d 4 jam sehari, nanti setelah kelas 3, baru mulai ditambah jam belajarnya. Ketika ditanya guru sekolahnya yang lama,alasannya pindah, saya bilang agar jarak ke sekolah tidak terlalu jauh. Bila ada teman-teman saya yang tanya, saya bilang biar ngirit karena bebas bayar SPP (SD Negeri tidak dipungut SPP).

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun