Mohon tunggu...
Era Listyorini
Era Listyorini Mohon Tunggu... -

a writer wanna be. Hanya ingin berbagi dan memberikan manfaat bagi sesama. Visit my blog at http://eralistyorini.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Wanita yang Baik untuk Lelaki yang Baik

14 Maret 2015   08:32 Diperbarui: 17 Juni 2015   09:41 192
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

A bad relationship is like running on treadmill. It doesn't take you anywhere, only makes you tired.

Saya mendapati cuitan ini dari akun twitter seorang kawan. Ya, memang lebih baik treadmill hanya digunakan sebagai sarana berolah raga untuk membuat tubuh bugar, bukan untuk menyia-nyiakan waktu dan tenaga, apalagi untuk mempermainkan hati dan perasaan seseorang.

Saya jadi teringat dengan curahan hati seorang sahabat. Bertahun-tahun menjalani hubungan dengan seseorang, tetapi hubungan itu tak membawanya kemana-mana. Dia masih berada di posisi yang sama, seperti ketika awal menjalin hubungan. Tak bisa dikatakan sama sebetulnya, karena tentu saja sekarang ada luka di hatinya. Kalaupun rasa sakitnya telah menghilang, bekasnya akan selalu ada. Ibarat mencabut paku, lubang itu akan selalu ada di sana.

Sahabat saya memang tak lagi merasakan sakit dalam hatinya, tetapi rasa penyesalan masih menghimpit dadanya. Dia merasa sudah move on, tetapi melupakan tidak semudah memencet tombol “del” di laptop. Tahun-tahun yang dilaluinya dengan “berlari-lari” di atas treadmill telah terbuang sia-sia dan tak mungkin akan kembali.

Seorang wanita, yang mapan dan matang seperti sahabat saya, sangatlah wajar menginginkan hubungan serius yang mengarah ke perkawinan. Itulah yang menjadi alasan dia mau menjalani hubungan itu. Perkataan dan perlakuan buruk, berulang kali bahkan rutin dia terima, namun sahabat saya memilih untuk tegar dan tetap bersabar.

Saking seringnya mendapatkan perlakuan buruk dari pasangannya, sahabat saya sampai bisa menemukan polanya. Kapan, bagaimana dan apa pemicunya sudah dia kenali betul, dan dia berusaha untuk menghindarinya. Akhirnya semua masalah pun hanya dia pendam sendiri, tak mau lagi dia menceritakannya kepada lelakinya. Bukannya jalan keluar, malah sebutan “bodoh” yang akan diterimanya.

Bodoh. Itu pula yang akan saya gunakan untuk menyebut tindakan sahabat saya yang membiarkan dirinya diperlakukan buruk dan memilih bertahan dalam hubungan dengan seseorang yang berperilaku buruk. Tetapi siapakah yang mampu menasihati orang yang sedang jatuh cinta? Saya hanya bisa mendoakan dan berharap sahabat saya mendapatkan pelajaran berharga.

Hubungan bertahun-tahun itu tak membawanya kemana-mana. Pernikahan yang begitu diharapkan tak kunjung memberikan tanda-tanda akan segera digelar. Selalu mengelak, itulah yang dilakukan kekasih hatinya. Dan yang paling menyakitkan hati, dikatakannya alasan dia mengelak adalah karena sahabat saya tak mampu menjadi pendampingnya yang sempurna.

Tak perlu lagi saya katakan bahwa kekasihnya hanyalah seorang laki-laki pengecut yang seharusnya dibuang jauh-jauh ke laut. Sahabat saya telah menyadarinya kini. Setelah bertahun-tahun membiarkan waktunya terbuang sia-sia. Tetapi sahabat saya ini sungguh hebat. Patah hati tak membuatnya terpuruk, dia menguatkan hati dan kembali bangkit. “Ini karena kebodohanku..” begitu yang dia katakan. “Laki-laki itu hanya menjadi dirinya sendiri, lemah dan pengecut. Akulah yang bodoh mengikuti permainannya. Aku bersyukur Allah masih memberiku waktu untuk memperbaiki diri. Inilah cara Allah menyadarkan aku dia bukan lelaki yang pantas dan tepat untukku.” Lalu sahabat saya dengan mantap menambahkan, “Dia di bawah kelasku..”

Ada satu jodoh untuk setiap kelas pribadimu. Jika engkau kelas biasa, jodohmu biasa. Jika engkau kelas hebat, jodohmu juga hebat. Demikianlah yang dikatakan sang motivator Mario Teguh. Rupanya sahabat saya ini telah benar-benar sadar dimana posisinya kini. I’m happy for her. Patah hati tak membuatnya terlarut mengasihani diri. Aku bahkan bisa menarik pelajaran dari kisahnya.

Dalam suatu hubungan yang buruk, kadang seringkali kita hanya menyalahkan si dia. Karena si dia begini, atau si dia begitu yang membuat hubungan ini tak berhasil. Bukankah kita tak bisa merubah orang lain, diri kita sendirilah yang bisa kita ubah. Mungkin si dia hanya menjadi dirinya sendiri. Lihatlah ke dalam diri kita, mungkin karena kita sekelas dengannya kita dipertemukan dengan si dia. Jika ingin mendapatkan yang lebih baik, kitalah yang harus menaikkan kelas pribadi kita. Insya Allah kita juga akan dipertemukan dengan sesorang yang lebih baik. Allah tidak akan menyalahi janji-Nya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun