Malam segera terlewati mentaripun tiba menyebar kan gelap sementara beranda hati masih terluka cemara menganjur memanggil saya berbalik pulang saat jingga mulai menghilang hijau sunyi saya hanya dalam puisi
Kesempatan dari pagi ke pagi telah lama hati tak kacau bergetar cekam dan mendebarkan ketika diadu di atas roda besi menderu suara lantang tanpa irama saling bersahutan rasa harum masa lalu asmara mengayun
Sesudah tiba dipertemuan kedua mataku langsung mencari tempat rasa gembira dalam hatiku pada demi semua sahabat-sahabat suka berkarya sering berbagi berkelalu setia senantiasa ada dalam alam angan-angan
Begitu tengah malam dingin tawar kamu datang dalam tidurku menyerbu dengan senjatamu hingga kamu tak berdaya larut dalam barisan-barisan gerak langkah cepat tidak biasa lambat dan sayu berat mengiring kelam
Dada mengarah ke udara lenting kelangit mengarah tanah baru rangkat membuat saya tak tahu arah kembali hingga saling terdiam sama-sama mengarungi arus mega sejuk damai mengabadikan persahabatan karib
(Pondok Petir, 15 Maret 2016)