Berusaha mecari jalan sedihku bukan main. Susah hati terharu untuk tempat kelahiranku. Medan ajang kejadian buat para tukang. Getah perca pembuangan sampah. Penyingkiran dengan bekerja setiap hari. Bertugas saban hari tanpa alas kaki. Sonder lapisan tak mengeluh telapaknya. Mengaduh terbakar aspal panas. Selanjutnya ikhlas kulitnya kerap. Belulang selalu tersengat baskara. Antup sundak mencapai tiba waktunya. Hamba akan tunjukan pada kalian.
Serentak borong aku tutup diriku. Walakin jangan kalian anggap aku ini siapa. Sembarang orang anggap saja aku makhluk baru. Manusia sudah hampir setahun bersamamu. Bersertamu setiap hari selalu kalian belah. Awak atau anggap saja aku makhluk lama. Selanjutnya bangkit dari keterpurukan. Lewat akan segera beranjak angkat kaki. Sohibku menepi dalam ketenangan. Retas lepas bebas dalam alam kabir. Tempat pelangi fatamorgana mengurai. Mengembalikan luka swatantra otomatis.
(Pondok Petir, 31 Oktober 2019)
Puisi : Edy Priyatna