Mohon tunggu...
Edy Priyatna
Edy Priyatna Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawan Swasta

Kata yang indah adalah keluar dari mulut manismu............... Buku GEMPA, SINGGAH KE DESA RANGKAT, BUKU PERTAMA DI DESA RANGKAT.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Larutan Manfaat Mengikuti Perjalanan Mentari

17 Oktober 2019   07:35 Diperbarui: 17 Oktober 2019   07:56 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi : Edy Priyatna

Tidak boleh bermain bebas perkebunan. Sesapan ladang rata terbenam gubuk petani. Penanam ikut tenggelam keluarganya. Ahli berlinangan air alat penglihatan. Pendapat pernah ambil banyak buku. Hamba baca hampir tak ada nyaris terlewati. Teratasi namun masih belum pernah selesai. Sedia karena setiap detik selalu terlahir. Jasmani kembali dari beberapa rahim. Para penyair dari perut para cendekiawan. Waktu semalam tak ada rembulan. Membuatku menjadi resah gelisah.

Sementara hamba mulai larut pasrah. Taat kugadaikan jiwaku desirnya terbang. Melangit bumantara tak biru lagi burung. Unggas mulai enggan terbang angin tak beraksi. Tingkah laku selalu memiliki rawi mentari. Surya mencari sajak indah untuk kusunting. Edit sebagai hiasan kata pada tiap lekuk. Kelok cantiknya hingga melahirkan berahi. Sepanjang hari setiap malam kucumbu. Rayuan dengan senandung alunan gita. Senandung lembut nan merdu ketika pagi. Menjelang mode kupeluk dengan puisi.

Tulisan setiap saat kubuka lembar demi lembar. Benang tali halaman pertama sampai habis. Lewat ada perubahan lebih kadang. Sesekali mendadak langit menjadi gelap pekat. Kental hingga halaman terakhir kulihat. Jingau dengan mata hati kerap kunikmati. Bahagia menghamburkan demi mentari. Sejak tenggelam aku tiba bersama senja. Malam rangkaian katanya kukunyah tanpa gigi. Baham kutelan secara perlahan semua. Segala makna arti lalu kuminum air. Larutan manfaat mengikuti perjalanan mentari.

(Pondok Petir, 02 Oktober 2019)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun