Mohon tunggu...
Edy Priyatna
Edy Priyatna Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawan Swasta

Kata yang indah adalah keluar dari mulut manismu............... Buku GEMPA, SINGGAH KE DESA RANGKAT, BUKU PERTAMA DI DESA RANGKAT.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Puisi | Tak Sanggup untuk Menghalaunya

18 Juli 2019   06:57 Diperbarui: 11 September 2019   07:40 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Puisi : Edy Priyatna

Ketika ini akhirnya aku hanya mendengarmu. Barangkali entah apa jadinya hati ini. Anggap rasakan selalu gempa kalbuku. Tak mengerti mengapa sering kerap terjadi. Senantiasa ingin ini tetap berlangsung.

Tanpa air mata punca lagi. Menusuk terus kerongga dada. Waktu reda masih terasa rintik. Kemudian kuhirup mata airmu. Hingga kehausan rindu ini tetap tergenangi.

Bosan kenyang onak dan penarung. Arah tujuanku tetap keinginan. Betapa bukan pernah mengambau. Meskipun tak tegas berlebihan. Biarpun tak tega menduganya.

Maju melacarlah luncur bahteraku. Silam lampaui segala keluh dan kesah. Terai rasa ini padamu tak pernah kumau. Beliau datang tanpa undangan. Tak sanggup untuk menghalaunya.

(Pondok Petir, 03 Juli 2019)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun