Mohon tunggu...
Edy Priyatna
Edy Priyatna Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawan Swasta

Kata yang indah adalah keluar dari mulut manismu............... Buku GEMPA, SINGGAH KE DESA RANGKAT, BUKU PERTAMA DI DESA RANGKAT.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Puisi | Setiap Detik Selalu Lahir Kembali

17 Januari 2019   09:23 Diperbarui: 17 Januari 2019   09:36 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
www.jigsawplanet.com

Puisi : Edy Priyatna

Larutan mengalir pekat berwarna putih. Sebagai kelangsungan pemburuan. Tak dapat membentuk air. Ada mutasi perubahan. Menuai dirimu saat tak ada. Saat ku tepis adamu menjadi sunyi. Memilih angka nan lain. Larut dalam semangat air tanah api udara. Agar tak goyah kala gempa melanda. Mengganggu perjalanan musim. Begitu tak ternyana. Cukup mendebarkan hati. Menciptakan lukisan indah abadi. Di mana letak langit itu dan di mana orang sama. Keberadaannya sirna bersama langit. Tak terlihat oleh kaburnya mataku. Saat ku rasakan gempa delapan belas tahun nan lalu. Menimbulkan lantar kegelisahan. Sedikit meresahkan anak buah. Pada mata angin selatan. Kau berkunjung ke tempatku. Datang bersama badai batu. Dalam goncangan gempa besar. Kadang mendadak langit menjadi gelap. Setiap detik selalu lahir kembali.

(Pondok Petir,12 Januari 2019)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun