Rusia dan Ukraina merupakan negara yang masuk dalam pemasok gandum terbesar di pasar global. Sebagai negara peringkat 3 penghasil gandum terbesar di dunia, Rusia mampu menghasilkan 1,2 miliar ton gandum. Disusul oleh Ukraina yang masuk dalam peringkat 5 penghasil gandum terbesar di dunia dengan menghasilkan 433 juta ton sejak tahun 2000-2020 (Binekasri, n.d.). Peranan kedua negara ini sebagai pengekspor gandum global menjadi penting bagi kestabilan ketahanan pangan dunia. Akan tetapi, puncak konflik antara Rusia dan Ukraina di tahun 2022 telah mempengaruhi pasokan pangan dunia terkhusus bahan pangan gandum. Peperangan kedua negara ini telah mengganggu pasokan pangan gandum di dunia terkhusus di Indonesia sebagai negara yang bergantung pada impor gandum. Permasalahan ini sangat penting untuk diteliti guna menganalisis dampak konflik kedua negara terhadap ketahanan pangan khususnya gandum di Indonesia dengan menggunakan perspektif teori Human Security yang menjelaskan tentang pentingnya keamanan pangan bagi kesejahteraan manusia.
Rusia dan Ukraina mulanya merupakan satu negara yang disebut dengan Uni Soviet. Hingga akhirnya, Uni Soviet runtuh dan menghasilkan banyak negara pecahan termasuk Rusia dan Ukraina menjadi negara yang berdaulat. Konflik kedua negara ini bermula ketika Ukraina berganti kepemimpinan yang dirasa oleh Rusia sebagai ancaman karena dikhawatirkan akan lebih dekat ke Eropa ketimbang Rusia. Alasan inilah yang membuat Rusia bertindak agresif dengan menginvasi kota di Ukraina yaitu Krimea di tahun 2014. Konflik terus berlanjut hingga memuncak di tahun 2022 ketika Ukraina mendeklarasikan dirinya untuk ikut bergabung dalam NATO. Rusia yang geram akhirnya menggencarkan serangan militernya khususnya di serangan udara. Banyak korban jiwa yang timbul akibat konflik kedua negara ini.
Konflik yang terjadi antara Rusia dan Ukraina menimbulkan krisis bahan pangan gandum. Tak hanya berdampak untuk Eropa, namun juga untuk negara--negara di Asia Tenggara termasuk Indonesia. Harga makanan global menjadi meningkat sebanyak 20% di tahun 2022. Harga gandum juga ikut melonjak padahal Rusia dan Ukraina punya peran penting dengan menyumbang 40% impor gandum di Asia Tenggara (Hamzah et al., 2024). Terlebih Indonesia akan terkena dampak yang besar karena mengimpor gandum sebanyak 2,9 ton dari Ukraina pada tahun 2021 (giarpradipta, 2022). Ancaman ketahanan pangan gandum terjadi karena konflik ini membuat hubungan Rusia dan negara barat yang mendukung Ukraina menjadi memburuk. Berbagai sanksi ekonomi diterima oleh Rusia menghambat impor sehingga harga gandum global menjadi meningkat.Â
Sebagai negara pengimpor gandum, Indonesia terkena dampak atas konflik Rusia dan Ukraina. Kenaikan harga gandum membuat kenaikan harga bahan pokok di Indonesia. Harga makanan seperti mie instan, tepung terigu, dan roti menjadi meningkat. Ketidakpastian harga pasar membuat Indonesia mencari alternatif negara lain terkhusus di negara-negara Eropa untuk mengimpor gandum. Meskipun begitu, Indonesia tetap dirugikan karena harus membeli dengan harga yang lebih mahal dibanding biasanya. Daya beli masyarakat terhadap gandum mulai menurun dan beralih ke alternatif pangan yang lain berupa singkong. Hal ini berdampak pada pedagang atau produsen makanan berbahan pokok gandum. Terlebih untuk industri menengah dan kecil.Â
Dalam menghadapi dampak konflik Rusia dan Ukraina terhadap pasokan gandum di Indonesia, pemerintah Indonesia mengambil inisiatif dalam upaya menjaga kestabilan pangan dan harga di Indonesia. Hal yang dilakukan pemerintah adalah bekerjasama dengan negara lain untuk mengimpor gandum, bukan hanya dari Rusia dan Ukraina. Pemerintah mengambil langkah untuk bekerjasama dengan Australia dan Kanada. Selain itu, pemerintah melakukan substitusi pangan dengan mengganti gandum dengan singkong atau sagu sebagai alternatif pangan. Pemerintah juga turut menjaga kestabilan harga dengan pemberian subsidi pangan. Akan tetapi, berbagai langkah ini tidak sepenuhnya berhasil dijalankan karena faktor ketergantungan oleh bahan pokok gandum. Oleh karena itu, diperlukan strategi yang lebih efektif dan berjangka panjang agar kedepannya permasalahan seperti ini tidak mengganggu pangan regional.Â
Konflik yang terjadi antara Rusia dan Ukraina membawa dampak signifikan untuk ketahanan pangan di Indonesia terkhusus pada gandum. Indonesia yang menggantungkan impor gandumnya pada dua negara tersebut harus menerima dampak harga gandum yang melonjak. Ketahanan pangan dapat mengancam keamanan hidup masyarakat. Oleh karena itu, pemerintah perlu mengambil langkah yang serius untuk mengatasi permasalahan ini dengan priotitas kesejahteraan rakyat. Dengan begitu diharapkan Indonesia dapat membangun sistem pangannya sendiri secara mandiri agar tidak mudah goyah oleh dinamika konflik global.Â
DAFTAR PUSTAKA
Binekasri, R. (n.d.). (2025). 10 Negara Penghasil Gandum Terbesar Di Dunia, Siapa Juaranya? CNBC Indonesia. https://www.cnbcindonesia.com/market/20220913085433-17-371559/10-negara-penghasil-gandum-terbesar-di-dunia-siapa-juaranya
Giarpradipta. (2022, May 13). Dampak Perang Ukraina dengan Rusia terhadap Supply Komoditas Gandum di Indonesia. https://mlrp.feb.ugm.ac.id/2022/05/dampak-perang-ukraina-dengan-r
Hamzah, M., Miskatlubby, M. F., Kusuma, D. A. J., & Hi, M. (2024). PENGARUH KONFLIK RUSIA-UKRAINA TERHADAP KETAHANAN PANGAN DI NEGARA-NEGARA ASIA TENGGARA. Jurnal Komunikasi.
Ivan. (2024, December 23). Bagaimana Perang Rusia-Ukraina Memicu Krisis Pangan Dunia. Food Station. https://www.foodstation.id/news/bagaimana-perang-rusia-ukraina-memicu-krisis-pangan-dunia/23/12/2024/