Membahas MBG memang tak ada habisnya. MBG dengan pangan lokal? sebuah ide yang menarik.
Seperti yang pernah saya ceritakan sebelumnya, Â Jumat merupakan hari yang ditunggu anak-anak yang menerima menu makan bergizi gratis (MBG). Alasannya menunya biasanya bukan nasi tapi makanan lain pengganti nasi. Jumat memang bukan nasi, Â salah satu alasannya karena pulangnya lebih cepat. Sehingga makanan non nasi dianggap sudah cukup.
Jumat lalu, menu MBG seperti yang saya jadikan foto di tulisan ini. Ada burger , nugget ikan, semangka, tomat dan selada plus sepotong tempe. Enak, begitu testimoni anak saya. Walau dia juga heran, kenapa ada tempe nyempil diantara menu burgernya hehe..
Menarik menyertakan nugget ikan. Karena memang ikan di wilayah Kalsel cukup berlimpah. Â Khususnya ikan sungai , yang tentu bisa jadi alternatif menu MBG juga.
Potensi Pangan Lokal Kalsel
Kalimantan Selatan (Kalsel) dengan luas wilayah 38.744.23 km2 atau 6,98 persen dari pulau Kalimantan dan 1,06 persen dari wilayah Indonesia terdiri atas 11 kabupaten dan 2 kota madya. Dengan jumlah penduduk per 2023 sebesar 4.234.214 jiwa, penduduk Kalsel sangat beragam. Namun suku Banjar, masih suku terbesar di Kalsel. Suku-suku lain di Indonesia juga sudah sangat banyak di Kalsel sebut saja Dayak, Bugis dan Jawa (data BPS)
Seperti halnya daerah lain di Indonesia, pangan lokal Kalsel juga sangat beragam. Â Yang utama adalah Beras lokal dan ikan sungai.
Beras lokal Banjar bisa dikatakan beras yang hampir di konsumsi sebagian besar masyarakat kalimantan Selatan saat ini. Memang ada beras Jawa di pasaran. Namun, tampaknya, beras lokal lebih banyak dikonsumsi. bahkan banyak sekali orang Banjar yang tidak bisa makan nasi yang berasnya bukan beras lokal Banjar.
Secara spesifik, beras asli Banjar adalah beras lokal dari Kalsel yang memiliki karakteristik berbeda dengan beras yang dihasilkan di daerah lain. Beras ini karakteristiknya pera (tidak pulen), berbutir kecil dan tahan lama. di tanam di lahan gambut/ rawa, beras asli banjar memiliki beragam varian dan nama.
Yang terkenal antara lain beras gambut, beras Anjir, Unus, siam, mutiara, dan masih banyak lagi. Beras-beras ini jika sudah dimasak jadi nasi, dipercaya masyarakat kenyangnya lebih lama dan tidak cepat basi juga. Walau harganya kadang melambung, beras lokal tetap menjadi pilihan masyarakat.
Selain beras lokal, ikan sungai merupakan komoditas yang dikonsumsi sehari-hari oleh masyarakat lokal. Ikan sungai seperti haruan (gabus), papuyu (betok), kapar, sapat, lais, patin, baung, saluang dan berbagai jenis ikan sungai lain menjadi konsumsi harian di masyarakat. Meskipun sudah banyak ikan laut di jual di pasar tradisional, ikan sungai bisa dikatakan tetap eksis dan hadir di meja makan masyarakat lokal.