Mohon tunggu...
Enny Ratnawati A
Enny Ratnawati A Mohon Tunggu... Menulis untuk meninggalkan jejak kebaikan dan menghilangkan keresahan

Enny Ratnawati A. -- Suka menulis --- Tulisan lain juga ada di https://www.ennyratnawati.com/ --- Contact me : ennyra23@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Hidup Bukan Ajang Perlombaan, Terlambat Bukan Berarti Kalah

23 Juli 2025   11:39 Diperbarui: 23 Juli 2025   13:16 162
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi teman seangkatan lebih sukses (foto : kompas.com)

Hidup kata orang bukan ajang perlombaan.Terlambat bukan berarti kalah

Di suatu pagi yang cerah saya termenung. Benarkah saya memang sudah kalah banyak dalam perlombaan kehidupan? 

Cerita ini berawal ketika pagi itu melihat foto-foto di grup sekolah. Grup Sekolah Dasar (SD), salah satu grup yang saya punya. Ada dua orang teman yang sedang berfoto bersama. Rupanya mereka bertemu dalam sebuah even. Keduanya sekarang orang penting. Yang pertama jabatannya tidak main-main di Mabes Polri, yang satu lagi direktur sebuah rumah sakit daerah di kota kami. Saya mengenal keduanya dengan baik, bahkan sejak kami masih sangat belia.

Bukan hanya teman SD, mereka juga teman satu SMPN,yang suatu hari kebetulan  bertemu, dalam kondisi sudah sama-sama sukses

Dalam sebuah kesempatan yang lain. Seorang teman bertanya kepada saya, kenapa saya baru saja melanjutkan kuliah sedangkan teman seangkatan saya sekolah sudah menduduki jabatan penting di kampus tersebut, bahkan sudah meraih gelar doktor?

Hmm, saat itu saya sempat terdiam sampai kemudian berkata. "Tiap orang punya time line hidup sendiri-sendiri. Mungkin dalam satu hal ini saya terlambat. Tapi bukankah tidak apa-apa?"

Sebenarnya kalimat jawaban saya tersebut hanya sekedar kata-kata saja.kenapa demikian? karena jauh di lubuk hati terdalam, saya juga kepikiran. Apa   iya saya begitu tertinggal dengan teman seangkatan tersebut?

**

Semalam bertukar pikiran dengan suami. Suami membicarakan grup WA angkatan kuliahnya. Dia mengaku jarang ikut berkomentar, hanya sesekali. Misalnya tentu saja saat ada yang tertimpa musibah, pastilah ikut mengucapkan belasungkawa juga di grup tersebut. Selebihnya hanya baca-baca grup sekilas saja.

Namun yang menarik, dia menyimpulkan banyak teman seangkatan-- yang sudah puluhan tahun tak penah bertemu tersebut -- dan hanya via WA sekarang dalam puncak kesuksesan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun