Mohon tunggu...
Enny Ratnawati A.
Enny Ratnawati A. Mohon Tunggu... Lainnya - Menulis yang disukai, Menulis untuk membawa manfaat

Enny Ratnawati A. -- Writerpreneur, Social Worker --- Tulisan santai dan serius juga ada di https://www.ennyratnawati.com/ --- Contact me : ennyra23@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Perlu Solusi Tepat untuk Parkir Liar

8 Desember 2023   21:42 Diperbarui: 10 Desember 2023   20:35 258
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi parkir liar | Sumber foto: kompas otomotif

Parkir liar di satu sisi mengganggu. Namun di sisi lain, kadang membantu juga. 

Awalnya tempat tersebut adalah sebuah pasar dadakan di pagi hari, di kota kami. Secara sederhana, pasar dadakan didefinisikan sebagai pasar yang keberadaannya mendadak saja, bukan pasar permanen. 

Beroperasi dari jam 6 pagi hingga jam 9 pagi, hampir semua kebutuhan ada di pasar ini. Sayuran, ikan, perlengkapan rumah tangga, makanan dan kue dan segala macam. Walau dibandingkan pasar permanen tentu saja jumlahnya masih terbatas.

Sudah bertahun-tahun keberadaan pasar dadakan ini. Karena letaknya hanya di pinggir jalan saja, biasanya pembelinya kaum pejalan kaki dan pengguna kendaraan bermotor (motor) yang akan berlalu lalang di depan pedagang. Atau bisa juga mereka memarkir sebentar motornya depan pedagang untuk kemudian berbelanja.

Tidak ada tukang parkirnya di pasar dadakan ini. Bikin macet? Tentu tidak, karena memang biasanya orang-orang hanya berbelanja sebentar saja. Motornya memang silih berganti datang dan pergi. Dan letaknya di pinggiran aspal, tidak membuat macet.

Namun sekitar dua minggu lalu, pasar dadakan tiba-tiba menghilang. Tak ada satu pun pedagang yang berjualan. Oh ternyata ada pasukan satpol PP yang mengamankan wilayah tersebut. Sehingga menjadi bersih dari pedagang. Hari itu tidak ada yang berjualan sama sekali karena Satpol PP-nya juga menunggu di tempat tersebut.

Hari kedua dan ketiga juga sama. Tapi di hari ketiga, pedagang rupanya sudah dipindahkan ke halaman rumah orang, tepat di belakang pasar dadakan sebelumnya. 

Jadi, ternyata ada rumah dengan halaman luas di belakang pasar yang bisa digunakan buat lahan berjualan. Gratis? ternyata tidak.

Kata pedagang, mereka membayar sewa 10.000 per pedagang/per hari sebagai biaya sewa lahan. Di tempat sebelumnya juga membayar tapi tak semahal yang sekarang.

Cerita ini belum selesai. Hari selanjutnya tentu saja tidak ada lagi satpol PP yang berjaga. Dan bekas pasar ternyata dimanfaatkan warga sekitar sebagai lahan parkir baru, khususnya bagi para pembeli. 

Awal-awalnya memarkir kendaraannya gratis saja. Sekarang? tentu saja sudah bayar buat ingin memarkir kendaraannya buat sekedar berbelanja di pasar dadakan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun