Mohon tunggu...
Pena Herawati
Pena Herawati Mohon Tunggu... One Day, One Writing .

Suka berbagi manfaat.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Bangku Tua di Halaman Belakang

11 April 2025   21:25 Diperbarui: 11 April 2025   21:25 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bangku kayu itu sudah mulai rapuh. Catnya mengelupas, dan salah satu kakinya agak pincang. Tapi setiap sore, Pak Rafi masih duduk di sana, menatap pohon mangga yang pernah ia tanam bersama istrinya, Bu Lilis, lima puluh tahun lalu.

Tetangga sering melihatnya berbicara sendiri, pelan, seakan seseorang sedang duduk di sebelahnya. Tapi tak ada yang menertawakan. Semua tahu, Bu Lilis telah tiada sejak dua tahun lalu.

"Lilis suka duduk di sini, jam segini," katanya suatu sore pada cucunya, Raka, yang baru pulang dari sekolah. "Katanya, anginnya pas. Nggak terlalu dingin, tapi cukup buat ngusir penat."

Raka duduk di sebelahnya. Ia tak banyak bicara, hanya mendengarkan. Kadang, kakeknya bercerita tentang masa muda, tentang sepeda tua yang mereka pakai keliling kampung, atau tentang hujan pertama yang mereka nikmati sambil tertawa di bawah payung bocor.

Suatu hari, bangku itu tak kosong. Tapi Pak Rafi tak lagi duduk di sana. Hanya ada selembar kain batik, milik Bu Lilis, dilipat rapi di sisi bangku. Dan surat kecil:

"Kalau nanti aku nggak ada, jangan pindahkan bangku ini. Biarkan tetap di sini, tempat aku dan dia jatuh cinta setiap sore."

Bangku tua itu masih ada di halaman belakang, dan Raka---yang kini sudah dewasa---sering duduk di sana. Kadang sendiri, kadang dengan anaknya. Ia selalu bilang, "Di sini anginnya pas."

Dan cinta, ternyata, bisa tinggal abadi... bahkan di sepotong bangku kayu yang hampir roboh. 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun