Mohon tunggu...
Ernip
Ernip Mohon Tunggu... Administrasi - Wanita dan Karyawan swasta

Terima kasih sudah berkunjung!

Selanjutnya

Tutup

Money

Usia Pertambangan Indonesia Telah Sedewasa Umur Manusia

10 November 2016   12:20 Diperbarui: 11 November 2016   13:07 457
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tepat pada tanggal 28 September 2016 usia pertambangan Indonesia mencapai umur ke-71. Kementerian ESDM merayakan usia pertambangan ini. Bukan! Tepatnya, kita negara Indonesia merayakan juga hari istimewa ini. Sebab, sedikit-banyaknya kita semua sudah mengecap karunia kekayaan alam Indonesia melalui pertambangan.

Jika disamakan dengan usia manusia, kira-kira pertambangan Indonesia sudah dewasa. Dewasa menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah telah matang, matang pikiran dan pandangan. Memang,jumlah usia bukanlah ukuran kedewasaan tetapi dilihat dari pengalaman sejarah dan lapangan, semestinya pertambangan kita tak diragukan lagi. Pengalaman ini menjadi sumber ide-ide baru, arahan, dan bimbingan terpercaya.

Apa jadinya kita tanpa tambang? Jawabnya, kita masih hidup dan berkembang tetapi dalam peradaban yang berbeda. Tanpa tambang kita tidak akan memiliki alat transportasi (jembatan, jalan, bandara, sepeda, mobil, pesawat, kapal) seperti yang sekarang. Alat telekomunikasi (listrik, sinyal, ponsel, televisi, laptop) juga tidak ada. Kalau pun ada kira-kira kita menggunakan telepati atau merpati. Rumah kita tidak akan terbuat dari dinding beton, batu bata, lantai keramik, atap seng, kerangka besi dan baja yang kuat.

Barangkali tempat tinggal kita akan terbuat dari kayu, susunan batu tak beraturan, tanah liat, ijuk, dll. Kita juga tidak bisa menikmati keindahan alam pariwisata Indonesia yang terbentang di seantero negeri dengan waktu tempuh yang singkat. Besar kemungkinan pertemuan antar suku, bahasa, dan agama dari pulau berbeda jarang terjadi. Mau naik kapal kayu, berenang atau jalan kaki dari Sumatera ke Papua? Masa kini dapat kita menikmati kecanggihan teknologi, transportasi, dan komunikasi asal-muasalnya dari barang tambang yang telah diolah sedemikian rupa. Pengelolaan pertama dilakukan di dapur pertambangan.

Dalam prosesnya, pertambangan dilakukan secara sebagian atau seluruh rangkaian kegiatan mulai dari penelitian, pengelolaan dan pengusahaan mineral atau batubara. Hal ini dilakukan melalui penyelidikan umum, eksplorasi, studi kelayakan, konstruksi, penambangan, pengolahan dan pemurnian, pengangkutan dan penjualan, serta kegiatan pascatambang. Pun pertambangan tidak berdiri sendiri. Ada lahan tambang sebagai sumber bahan baku, industri untuk memproduksi bahan baku menjadi barang setengah jadi atau barang jadi, dan pihak (seperti karyawan) yang terlibat langsung mengerjakan di bagian lahan tambang, produksi, dan transportasi barang tambang ke industri hingga produk ke konsumer. Lalu kita sebagai konsumer menggunakan hasil tambang yang telah disulap industri menjadi produk.

Menilik Sejarah Pertambangan Indonesia

Pemuda sangat berperan dalam sejarah pertambangan bangsa Indonesia. Sekelompok pemuda pemberani, yaitu: Raden Ali Tirtosoewirjo. A.F. Lasut. R. Soenoe Soemosoesastro dan Sjamsoe M. Bahroem mengambil alih kantor Dinas Pertambangan (Chisitsu Chosasho) dari tangan bangsa Jepang pada 28 September 1945. Tanggal ini menjadi saat bersejarah yaitu hari pertambangan nasional.

Sejarah ini bermula sejak tahun 1602 dimana Pemerintah Belanda membentuk VOC. Sejak mereka dengar kabar Indonesia kaya akan sumber saya alam termasuk tambang, mereka pun datanglah menjajah bangsa Indonesia. Pada tahun 1652 dilakukanlah penyelidikan oleh ilmuwan Eropa. Mengetahui benar Indonesia berlimpah ruah akan kekayaan barang tambang maka mereka membentuk Dinas Pertambangan di tahun 1850 di Batavia.

Pertambangan ini dinamai bangsa Belanda sebagai Dienst van het Mijnwezen (Mijnwezenn-Dinas Pertambangan) bertempat di Batavia. Setelah kekuasaan Bangsa Belanda atas Indonesia berakhir pada tahun 1942 hingga tahun 1945 kantor pertambangan ini beralih ke tangan Jepang yang kemudian namanya di ganti dari kantor Chisitsu Chosasho. Nama ini kemudian diganti oleh A.F. Lasut, dkk saat mereka berhasil merebutnya dari tangan Jepang. Ialah Poesat Djawatan Tambang dan Geologi.

Tak sudi kekayaan tambang bangsa sendiri dikuasai oleh bangsa lain, melalui semangat sepakat dan kegigihan A. F. Lasut dan R. Soenoe Soemosoesastro membuka Sekolah Pertambangan-Geologi Tinggi (SPGT), Sekolah Pertambangan-Geologi Menengah (SPGM), dan Sekolah Pertambangan-Geologi Pertama (SPGP) di Bandung. Mereka bermimpi suatu saat anak muda yang bersekolah disana dapat meneruskan mengelola barang tambang bangsa Indonesia. Sudah pastilah mereka yakin seyakin-yakinnya bahwa kita mampu mengelola kekayaan tambang kita sendiri. Tentunya ada pihak lain yang turut serta mewujudkan cita ini bersama mereka.

Singkatnya, selama perang kemerdekaan 1945-1949, Belanda lagi-lagi datang lalu berharap A. F. Lasut mau kerjasama mereka. Mengagumkan! A. F. Lasut lebih memilih bangsanya dengan menolak tegas bekerja sama dengan Belanda. Karenanya, A. F. Lasut dibunuh di daerah Sekip. Oleh jasanya beliau mendapat Pahwalan Kemerdekaan Indonesia.  Suatu kebanggaan atas sikap A. F. Lasut  patutlah menjadi teladan bagi kita, berpihak pada kepentingan dan kemakmuran bangsa sendiri. Bahkan maut rela dia hadapi membela bangsanya.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun