Mohon tunggu...
Enik Rusmiati
Enik Rusmiati Mohon Tunggu... Guru

Yang membedakan kita hari ini dengan satu tahun yang akan datang adalah buku-buku yang kita baca

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Ketika Siswa Menyadari, Menulis Itu Tidak Sulit

8 Oktober 2025   13:48 Diperbarui: 8 Oktober 2025   18:18 448
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi siswa menulis di perpustakaan. (Sumber: Dokumentasi pribadi)

Saya ajukan pertanyaan, "Menurut kalian, apa itu esai? Bagaimana strukturnya? Apa bedanya dengan teks lain seperti laporan atau artikel?"

Diskusi kecil ini ternyata memantik antusiasme. Beberapa anak berani mengangkat tangan dan memberikan pendapat mereka. Ada yang menjawab dengan polos, ada pula yang menebak-nebak, tapi dari situlah mereka mulai memahami bahwa esai bukan sesuatu yang menakutkan.

Langkah kedua, saya menjelaskan kerangka karangan sesuai di buku teks pelajaran. Saya sampaikan bahwa menulis esai bisa diibaratkan seperti membangun rumah, sebelum mendirikan dinding dan atap, kita harus menyiapkan fondasi. Fondasi itulah yang disebut kerangka.

Saya jelaskan empat bagian utama dalam menulis esai:

  1. Latar belakang. Berisi fakta atau permasalahan yang terjadi di sekitar.
  2. Informasi/rujukan. Bagian ini menjelaskan mengapa masalah itu bisa terjadi dan apa akibatnya.
  3. Solusi. Isinya menjelaskan gagasan prosedur atau langkah-langkah untuk mengatasi masalah.
  4. Kesimpulan. Bagian ini memberi penegasan kembali pemikiran penulis.

Tema dari Lingkungan Sendiri

Saya sadar, agar anak-anak bisa menulis dengan lancar, tema yang mereka pilih harus dekat dengan kehidupan mereka. Jadi, saya tidak memberi topik yang terlalu berat atau jauh dari pengalaman. Saya menyiapkan tema seputar permasalahan remaja di lingkungan sekolah.

Beberapa di antaranya adalah, pelanggaran tata tertib sekolah, kebiasaan bermain game berlebihan, pergaulan bebas, rokok pada remaja, kebiasaan malas piket, sikap tidak kompak di kelas, pelanggaran tata tertib dan perundungan (bullying) di antara teman.

Saya ingin mereka belajar berpikir kritis terhadap apa yang mereka lihat dan alami sendiri. Dengan begitu, mereka bisa memahami bahwa menulis bukan sekadar latihan akademik, melainkan juga alat untuk merefleksikan kehidupan.

Mulai Menulis

Saya memulai kegiatan menulis dengan meminta para siswa menulis bagian latar belakang. Pada tahap ini, saya mengarahkan mereka untuk menuliskan berbagai masalah yang mereka lihat di lingkungan sekitar. Saya juga menekankan agar mereka memikirkan hal-hal yang sering membuat mereka merasa tidak nyaman di sekolah maupun dalam pergaulan sehari-hari.

Dengan begitu, mereka dapat menggambarkan permasalahan secara nyata sesuai pengalaman masing-masing. Pertanyaan itu membuka banyak hal yang sebelumnya tersembunyi. Ada yang menulis tentang teman yang sering mengejek nama orang tua, ada yang menulis tentang siswa yang terlalu pendiam hingga sering dijauhi, dan ada pula yang menulis tentang kebiasaan teman sekelas yang tidak mau piket.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun