Mohon tunggu...
Enik Rusmiati
Enik Rusmiati Mohon Tunggu... Guru

Yang membedakan kita hari ini dengan satu tahun yang akan datang adalah buku-buku yang kita baca

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Ketika Siswa Menyadari, Menulis Itu Tidak Sulit

8 Oktober 2025   13:48 Diperbarui: 8 Oktober 2025   18:18 432
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi siswa menulis di perpustakaan. (Sumber: Dokumentasi pribadi)

Pada bagian informasi atau rujukan, saya membimbing siswa untuk menelusuri penyebab dan akibat yang ditimbulkan dari masalah yang ditulis. Saya mendorong mereka agar berdiskusi dengan teman di sebelahnya dan saling bertukar pandangan, karena setiap siswa mungkin memiliki pendapat yang berbeda mengenai penyebab suatu masalah.

Melalui cara ini, mereka belajar melihat persoalan dari berbagai sudut pandang. Mereka pun berdiskusi, bertukar pikiran, dan menuliskannya kembali dengan bahasa mereka sendiri. Saya melihat kelas menjadi hidup. Tidak ada wajah bosan. Suara-suara kecil penuh ide terdengar di setiap sudut ruangan.

Lalu tibalah bagian yang paling menarik, solusi. Di sinilah saya benar-benar kagum. Anak-anak ternyata memiliki pemikiran yang matang. Ada yang menulis bahwa bullying bisa dihentikan dengan menumbuhkan rasa empati. Ada yang menulis bahwa teman yang introvert sebaiknya diberi ruang, bukan dijauhi. Ada pula yang mengusulkan agar piket dilakukan dengan sistem bergiliran yang lebih adil.

Terakhir, para siswa menulis bagian kesimpulan sebagai penutup dari esai mereka. Bagian ini membuat saya merasa bangga karena banyak dari mereka mampu menuliskan pemikiran yang bermakna. 

Melalui tulisan-tulisan itu, mereka menyadari bahwa masalah kecil di lingkungan sekolah dapat berkembang menjadi persoalan besar jika tidak segera diselesaikan, serta memahami bahwa menjadi remaja yang baik berarti berani memperbaiki diri sendiri.

Kelas yang Hidup, Tulisan yang Jujur

Dalam waktu hanya dua jam Pelajaran, sekitar 80 menit, mereka berhasil menyelesaikan esai dengan struktur yang lengkap. Tidak ada yang menyalin dari internet, tidak ada yang menyerah di tengah jalan. Semua menulis dengan antusias.

Saya membaca tulisan mereka satu per satu. Rasanya seperti membuka jendela ke dalam dunia kecil di hati para siswa. Di sana, ada kejujuran, kepedulian, dan kesadaran yang kadang tidak muncul dalam percakapan sehari-hari.

Ada tulisan tentang anak perempuan yang marah karena sering dipanggil dengan nama bapaknya, tentang teman laki-laki yang terlalu banyak bermain game hingga lupa belajar, tentang remaja yang mencoba rokok karena ajakan teman, hingga anak yang tidak mau piket karena merasa tidak pernah dihargai.

Melihat hasil tulisan mereka, saya menyadari bahwa sebagai guru, saya pun belajar banyak hal. Saya belajar bahwa ketika siswa diberi ruang untuk menulis tentang hal-hal yang dekat dengan kehidupannya, maka mereka akan menulis dengan jujur dan lancar.

Saya juga belajar bahwa tugas guru bukan hanya mengajarkan teori menulis, tetapi membimbing proses berpikir agar siswa merasa percaya diri mengekspresikan diri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun