Mohon tunggu...
Enik Rusmiati
Enik Rusmiati Mohon Tunggu... Guru

Yang membedakan kita hari ini dengan satu tahun yang akan datang adalah buku-buku yang kita baca

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Nama Orangtua, Bahan Bullying yang Menyakitkan

3 Oktober 2025   12:54 Diperbarui: 3 Oktober 2025   13:01 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi gambar, sumber: KlikDokter

Ada beberapa langkah yang bisa dilakukan anak ketika menghadapi ejekan nama orang tua. Langkah pertama adalah berani bicara tegas kepada pelaku, misalnya dengan mengatakan, "Saya tidak suka kalau kamu sebut nama orang tua saya."

Sikap tegas ini penting agar pelaku tahu bahwa perbuatannya tidak menyenangkan. Selain itu, anak juga perlu belajar untuk tidak menanggapi dengan emosi berlebihan. Jika korban marah besar atau bereaksi terlalu keras, justru pelaku merasa berhasil membuatnya kesal.

Bila ejekan tidak juga berhenti, anak sebaiknya segera melapor kepada wali kelas, guru BK, atau guru pendamping. Jangan lupa, dukungan teman sebaya juga bisa sangat membantu.

Dengan adanya solidaritas dari teman-teman lain, korban akan merasa lebih kuat dan pelaku pun segan untuk mengulangi perbuatannya. Keberanian anak untuk menyatakan ketidaknyamanan adalah kunci memutus rantai bullying ini.

Orang tua tidak bisa lepas tangan dalam masalah bullying, termasuk ejekan dengan nama orang tua. Sering kali, anak yang menjadi korban memilih diam karena takut dimarahi atau dianggap lemah. Karena itu, orang tua perlu hadir sebagai pihak pertama yang mau mendengarkan cerita anak tanpa menghakimi. Saat anak bercerita, dengarkan dengan tenang dan jangan langsung menyalahkan.

Selain itu, orang tua perlu menunjukkan empati. Katakan bahwa perasaan anak valid dan wajar jika ia merasa sakit hati ketika diejek. Orang tua juga sebaiknya tidak hanya menyelesaikan masalah di rumah, tetapi bekerja sama dengan sekolah. Dengan komunikasi yang baik antara orang tua dan guru, penanganan kasus bullying bisa lebih cepat dan efektif.

Terakhir, orang tua memiliki peran penting dalam menanamkan nilai saling menghargai sejak dini. Anak belajar pertama kali dari rumah untuk tidak merendahkan atau mengejek orang lain. Dengan dukungan dan teladan yang konsisten dari orang tua, anak akan lebih percaya diri menghadapi bullying dan tumbuh menjadi pribadi yang peka terhadap perasaan orang lain.

Zaman sekarang, ejekan nama orang tua tidak hanya berhenti di kelas. Media sosial bisa memperbesar dampaknya. Nama orang tua dijadikan meme, caption, atau bahan komentar di grup.

Masalahnya, bullying di media sosial jauh lebih sulit dikendalikan karena konten bisa dilihat banyak orang sekaligus, sekali tersebar hampir mustahil dihapus, dan membuat korban merasa dipermalukan lebih luas. Karena itu, literasi digital menjadi sangat penting, anak perlu diajarkan etika berkomunikasi di dunia maya sekaligus memahami konsekuensi dari setiap unggahan yang bisa merugikan orang lain.

Menghentikan tradisi ejekan nama orang tua tidak bisa dilakukan oleh satu pihak saja. Diperlukan keterlibatan semua pihak, siswa, guru, orang tua, bahkan masyarakat.

Kuncinya adalah keterbukaan dan komunikasi. Anak berani bicara, guru mau mendengarkan, orang tua ikut mendukung. Dengan begitu, sekolah akan menjadi tempat yang aman, nyaman, dan bebas dari bullying.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun