Mohon tunggu...
Enik Rusmiati
Enik Rusmiati Mohon Tunggu... Guru

Yang membedakan kita hari ini dengan satu tahun yang akan datang adalah buku-buku yang kita baca

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Komentar Negatif, Cermin Kekurangan Diri

25 September 2025   20:07 Diperbarui: 26 September 2025   06:34 145
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi (DragonImages via KOMPAS.COM)

"Orang yang sibuk memperbaiki dirinya sendiri tidak akan punya waktu untuk mengkritik orang lain." (Mahatma Gandhi)

Kalimat dari Gandhi ini rasanya begitu relevan dengan kehidupan kita sehari-hari, terutama di tempat kerja. Banyak dari kita mungkin pernah mengalami situasi, datang dengan niat bekerja baik-baik, namun tiba-tiba terdengar komentar miring dari rekan kerja.

Ada yang mengomentari baju kita, cara kita berbicara, bahkan hal sepele seperti menu makan siang. Semua itu sering disampaikan tanpa filter, seolah-olah lidah tak punya rem.

Fenomena komentar negatif ini tidak hanya mengganggu kenyamanan, tetapi juga bisa merusak suasana kerja yang seharusnya kondusif. Lalu, mengapa orang begitu mudah mengucapkan hal-hal buruk tentang orang lain?

Perlu dibedakan antara kritik membangun dengan komentar negatif. Kritik membangun hadir dengan niat memperbaiki. Misalnya, atasan memberi masukan tentang cara presentasi kita agar lebih jelas dan terstruktur. Itu bentuk kepedulian.

Sebaliknya, komentar negatif biasanya datang spontan, tanpa tujuan memperbaiki. Contoh paling sederhana, "Wah, bajumu merah banget, silau lihatnya!" atau "Kamu kok makan melulu, nggak takut gemuk?" Perkataan seperti ini bukanlah masukan, tapi hanya melukai dan membuat suasana tidak nyaman.

Mengapa orang begitu mudah memberi komentar buruk? Dalam psikologi, ada istilah projection, yaitu kecenderungan seseorang menyalurkan rasa kurang percaya diri dengan menyalahkan atau merendahkan orang lain.

Ambil contoh soal baju merah tadi. Orang yang mengomentari bisa jadi sebenarnya ingin memakai baju merah, tapi tidak percaya diri. Karena keinginan itu tidak terpenuhi, ia melampiaskannya dengan menjelekkan orang lain. Jadi, komentar negatif sering kali bukan cerminan kita, melainkan cerminan dari hati si komentator.

Hal ini juga berlaku pada banyak kasus lain, misalnya seseorang mengolok rekan kerja yang aktif berbicara di rapat, bisa jadi ia sendiri ingin berani bicara, tapi takut salah.

Seseorang menertawakan gaya rambut baru, sebenarnya ia ingin mencoba gaya berbeda, tapi khawatir tidak cocok. Dengan kata lain, komentar negatif sering berakar dari rasa iri, minder, atau kurang percaya diri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun