Mohon tunggu...
Enik Rusmiati
Enik Rusmiati Mohon Tunggu... Guru - Guru

Yang membedakan kita hari ini dengan satu tahun yang akan datang adalah buku-buku yang kita baca

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas Artikel Utama

Orangtua, Jangan Hanya Ajarkan Anak Belajar untuk Hasil namun Ajarkan Juga Hal Ini

6 Desember 2020   16:08 Diperbarui: 7 Desember 2020   14:26 518
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi, anak yang sedang belajar (Sumber: parenting.co.id)

"Bu, bagaimana nilai anak saya pada semester ini? Selama di rumah, saya sudah berusaha mengarahkan belajar, semoga nilai rapor anak saya tahun ini lebih baik dari tahun lalu."

Demikian keluh orangtua siswa suatu hari dan ini bukan satu-satunya orangtua siswa yang bertanya tentang hal ini.

Barangkali kita juga termasuk salah satu orangtua seperti wali murid di atas, yang menuntut anak belajar untuk memenuhi nilai di rapor, mengharap prestasi anak bisa terukir sempurna di deretan angka pada halaman laporan hasil belajar akhir tahun pelajaran. 

Orangtua yang selalu meminta anak belajar menghafal materi pelajaran agar rapornya tidak mempermalukan orangtua di hadapan guru dan lingkungan sosial.

Memang tidak ada yang salah bila setiap orangtua mengharapkan anak-anaknya di akhir semester nilai rapornya baik, bahkan bisa menduduki rangking unggul di kelasnya. 


Namun jangan hanya itu yang dijadikan tujuan anak mau belajar. Karena bila nantinya anak tidak bisa memenuhi tuntutan orangtua, maka anak akan menjadi pusat kemarahan.

Perlunya orangtua memberi pemahaman kepada anak bahwa selain nilai berupa angka sebagai tujuan anak belajar, ada nilai moral yang diperolehnya selama proses belajar. 

Nilai kemanusiaan itu jauh lebih utama dari pada sebuah angka yang tertulis di deretan rapor siswa, seperti nilai kedisiplinan, mandiri, jujur, sabar, tangguh, tidak mudah menyerah, dan tanggung jawab.

Untuk apa nilai anak kita seratus, bila masih saja suka molor bangun bagi, tidak menjalankan perintah agama. Masih suka marah-marah bila dinasihati. Mudah patah semangat bila mendapat permasalahan dengan teman. Tidak peduli dengan kesibukan orangtua dan acuh tak acuh dengan lingkungan sekitar.

Belajar bukan untuk ujian, namun ujian untuk belajar 

Saat ini, di lembaga pendidikan formal memang sedang berlangsung penilaian ujian akhir semester ganjil. Penilaian ini bertujuan untuk mengukur pencapaian hasil kompetensi belajar siswa yang diajarkan oleh pendidik selama satu semester.

Nilai akhir ujian memang perlu. Maka siswa perlu belajar untuk mendapatkan nilai di atas Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Nah, dalam proses pencapaian nilai di atas KKM itulah pasti ada usaha-usaha belajar yang berbuah pada peningkatan karakter anak.

Misalnya saja pada saat pembelajaran setiap hari, biasanya para siswa ini responnya terhadap pelajaran  biasa-biasa saja. Artinya tidak begitu 'ngoyo' dalam mempelajari materi. 

Namun ketika menjelang semester, jangankan pada saat pembelajaran yang sudah terjadwal, di luar jam pelajaranpun, siswa sangat antusias bertanya tentang materi yang akan diujikan.

Hal ini menandakan bahwa anak cukup peduli terhadap belajarnya dibandingkan dengan hari-hari biasanya. Meski masih ada anak yang apatis dengan mata pelajaran. Kenyataan ini mengindikasikan bahwa adanyan ujian sekolah ini telah menjadi rangsangan yang cukup besar untuk menjadikan anak belajar.

Pengalaman saya selama Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ), bila setiap harinya yang mau merespon pelajaran tidak pernah mencapai 100%. Namun pada saat ujian semester, siswa aktif mengikuti kegiatan ujian ini, kecuali sedang sakit atau atau ada kepentingan tugas dari sekolah.

Ketika anak belajar karena menghadapi soal-soal ujian sekolah, sebenarnya mereka telah belajar menjadi anak yang bertanggungjawab, disiplin, jujur dan mandiri. 

Usaha memahami dan menghafalkan materi yang akan diujikan merupakan bentuk tanggung jawab. Datang dan mengerjakan soal tepat waktu sesuai petunjuk adalah bentuk usaha menjadi anak yang disiplin sedangkan mengerjakan soal dengan tanpa mencontek dan menanyakan jawaban kepada teman adalah bentuk kejujuran dan kemandirian anak.

Selanjutnya ketika anak mampu bertahan sampai waktu ujian berakhir, anak sudah belajar menjadi anak yang kuat, tangguh dan sabar. 

Bila sehari sekolah menjadwalkan dua mata ujian, itu artinya anak belajar bertahan tiga sampai empat jam memahami dan berusaha menjawab setiap pertanyaan.

Nah, bila anak berhasil bertahan selama ujian berlangsung, selama satu minggu (rata-rata jadwal ujian), tidak tidur di tempat ujian, tidak marah-marah, tidak bermalas-malasan dan tidak mengeluh, bararti anak telah belajar menjadi orang yang kuat, tangguh dan sabar.

Sebenarnya bisa kita ibaratkan, ketika sedang menghadapi ujian sekolah, anak-anak kita ini sedang menghadapi ujian hidup. Anak-anak sedang diuji oleh hidup, akankah mereka akan kuat, dan tidak menyerah?

Jawaban ini bergantung pada guru dan orangtua. Bila masih menuntut anak-anak berhasil hanya pada batas angka, maka nilai karakter anak ya berhenti di halaman rapor saja. 

Namun bila orangtua dan guru mampu mengarahkan anak-anak ini menjadi manusia yang bermartabat, maka harus diyakinkan pada anak bahwa yang paling penting bukan hasil sebuah ujian, namun bagaimana mengambil setiap hikmah nilai karakter selama menjalani proses ujian.

Bagaiamana ayah bunda, mari kita antarkan anak-anak kita menjadi manusia yang siap meghadapi ujian hidup yang sebenarnya ketika harus terjun di masyarakat. 

Bukan anak yang mampu mengerjakan soal dengan cepat, tetapi gagap menjadi manusia seutuhnya dalam dunia nyata. Nilainya bagus, tetapi nihil dalam aplikasi sehari-hari.

Semoga anak-anak kita termasuk siswa yang mampu mengerjakan soal-soal ujian di sekolah dan mampu mengerjakan soal-soal ujian hidup yang sebenarnya. Amin.

Blitar, 6 Desember 2020

Enik Rusmiati

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun