Mohon tunggu...
Enik Rusmiati
Enik Rusmiati Mohon Tunggu... Guru - Guru

Yang membedakan kita hari ini dengan satu tahun yang akan datang adalah buku-buku yang kita baca

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Literasi dalam AKM, Menuju Generasi Indonesia Literat

29 Juni 2020   18:36 Diperbarui: 29 Juni 2020   18:34 1094
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Permasalahan terbesar dalam dunia Pendidikan di negeri ini adalah masih rendahnya budaya membaca siswa. Dilansir dari okezone.com, laporan PISA 2018 menunjukkan Indonesia meraih skor rata-rata yakni 371. Berada  di peringkat ke-74 dari studi yang menilai 600.000 anak berusia 15 tahun dari 79 negara.

Tentang kemampuan membaca ini, pada suatu kesempatan saya pernah mengajak siswa satu jam membaca di kelas. Ternyata masih dalam hitungan menit ke-30 anak yang aktif hanya bisa dihitung jari. Rata-rata mereka sudah 'tumbang', ada yang tertidur, bermain dan ngobrol dengan teman sebangkunya.

Musibah pandemi covid -19 menyebabkan pemerintah meniadakan pelaksanaan Ujian Nasional (UN) yang secara resmi akan dilaksanakan pada tahun 2021. UN yang dulu dijadikan tolak ukur keberhasilan siswa dijenjang pendidikan dasar menengah dan atas, di tangan Menteri Pendidikan Nadiem Makarim format penilaian ini diganti dengan Asesmen Kompetensi Minimal (AKM). Fokus AKM ini akan menguji  tiga kemampuan siswa yaitu kompetensi literasi, numerasi dan survei karakter siswa.

Menurut Dr. Titik Harsiati dari Universitas Islam Malang, dalam  Webinar "Literasi dalam AKM" yang diadakan oleh Kelompok Kerja Madrasah Sewilayah Kediri, menyampaikan bahwa tujuan pelaksanaan AKM yaitu, satu, menumbuhkembangkan budi pekerti peserta didik melalui pembudayaan ekosistem literasi sekolah agar mereka menjadi pembelajar sepanjang hayat. 

Siswa yang literat itu adalah anak yang berkarakter mulia, menghargai temanya, suka menolong, menghormati yang lebih tua dan tumbuh sikap senang belajar dimana saja.

Kedua, mendiagnosis kompetensi siswa untuk menjadi umpan balik pembelajaran. Melalui AKM guru bisa memetakan kemampuan siswa sebagai bahan untuk menentukan desain pembelajaran. Sehingga pembelajaran akan bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari. 

Ketiga, untuk mengetahui setiap siswa sudah menguasai apa dan belum menguasai apa, sehingga guru bisa mengajar ditingkat yang sangat tepat.

Dosen Bahasa Indonesia Universitas Malang  ini juga menyampaikan bahwa literasi sebagai salah satu bagian dari AKM ini harus benar-benar bisa membudayakan literasi dalam kehidupan sehari-hari anak. 

Karena tujuan pembelajaran literasi ini adalah anak mampu menggunakan kemampuan literasi untuk memecahkan masalah kehidupan sehari-hari secara kritis dan kreatif. Selain itu siswa juga mampu mengomunikasikan  proses dan hasil pemikirannya dengan menyakinkan.

Ada tiga tahapan dalam berliterasi yaitu kemampuan mengakses informasi yang bernilai bagi siswa. Kemampuan memahami informasi dengan kompetensinya dan mampu menggunakan informasi tersebut secara cerdas untuk meningkatkan kualitas dirinya dan berkontribusi dalam masyarakatnya.

Meski literasi itu bisa berasal dari sumber yang berbeda-beda, namun literasi yang paling baik menurut Dr. Titik adalah literasi membaca. Karena dalam bacaan ada simbol-simbol tulisan yang bisa membuat anak berfantasi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun