Maafkan aku wahai relung
Yang tak mampu mengetuk pintu rumahmu, mengisyaratkan bahasa kalbu di bibir nirwana, menuliskan mantra berkidung puji di batas rasa.
Aku sudah mencarimu dalam rima, menemuimu dalam sajak, menghampirimu dalam pesona syairmu bersama perjalanan hidupku, sampai aku tersungkur di ambang surgamu.
Wahai sunyi
Haruskah aku tulis sepucuk surat rindu untuk belahan hatimu, sementara aku tak mampu melipat jarak yang bergeser di ujung waktu.
Sampai senja telah datang lagi, Â menatap sesaat, setelah itu berlalu, sambil berkata, "Jangan lagi kau merayu waktu, karena jarak yang terbentang di depanmu hanyalah semu, kembalilah menemukan diksimu,"
Ohh..relung, sungguh aku terpasung pada kesempurnaan rasa yang kau sebut dengan cinta.
Blitar, 10 Juni 2019