Mohon tunggu...
Endro S Efendi
Endro S Efendi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Trainer Teknologi Pikiran

Praktisi hipnoterapis klinis berbasis teknologi pikiran. Membantu klien pada aspek mental, emosi, dan pikiran. Aktif sebagai penulis, konten kreator, juga pembicara publik hingga tour leader Umroh Bareng Yuk. Blog pribadi www.endrosefendi.com. Youtube: @endrosefendi Instagram: @endrosefendi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Gendam? Ini Cara Mengatasinya

13 Desember 2017   04:45 Diperbarui: 13 Desember 2017   20:20 22728
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber ilustrasi: kompas.com

Belakangan kejahatan dengan modus gendam cukup marak. Bahkan terakhir, ada beberapa pelaku gendam ditangkap oleh Polda Kaltim. Lantas apa sebenarnya gendam itu? 

Gendam adalah teknik khusus menguasai pikiran bawah sadar orang lain dengan cepat. Menurut praktisi teknologi pikiran Samarinda, Endro S. Efendi CHt CT, siapa pun bisa melakukan gendam asalkan tahu caranya. Sebab, secara alamiah, pikiran bawah sadar seseorang akan terbuka maksimal 5 detik, sejak mendapat kejutan pertama kali. 

"Siapa saja, saat kondisi terkejut, atau sengaja dikejutkan oleh orang lain, otomatis pikiran bawah sadarnya terbuka lebar. Nah, pada saat itulah sugesti dengan mudah masuk dan dijalankan," sebut trainer teknologi pikiran lulusan Adi W. Gunawan Institute of Mind Technology ini.

Lantas, apakah korban gendam dalam posisi tidak sadar? "Tetap sadar, sangat sadar. Hanya, level kesadarannya menurun, yang aktif justru pikiran bawah sadarnya. Karena pikiran bawah sadar yang lebih aktif, maka sugesti apa pun, atau perintah apa pun yang diberikan, akan langsung dijalankan," kata pemilik Griya Hipnoterapi Endro S Efendi ini. 

Dalam dunia hipnosis, gendam ini hampir sama dengan shock induction atau membuat seseorang level kesadarannya menurun dengan sangat cepat. Bedanya, hipnosis dilakukan dengan seizin klien, sementara gendam tentu tidak meminta izin. "Namanya untuk kejahatan, jelas tak perlu izin," ujarnya.

Sumber ilustrasi: sukoharjo.sorot.co
Sumber ilustrasi: sukoharjo.sorot.co
Pelaku gendam biasanya menyasar korban yang sedang sendirian, karena jelas tidak ada yang mampu mengingatkan sang korban. Dalam kondisi bingung karena tidak ada teman, maka pikiran bawah sadar sang korban akan terbuka lebih lama. Maka, pelaku pun lebih mudah memberikan sugesti terus menerus, alias banjir informasi, sehingga korban benar-benar dibuat tak berdaya. 

Kenapa lebih banyak perempuan menjadi korban gendam? Sebab, umumnya wanita, ketika terkejut dan pikiran bawah sadarnya terbuka, kondisinya langsung sangat dalam dan diikuti dengan otot-otot tubuhnya yang kaku, tak bisa berkata apa-apa bahkan semua persendiannya kaku. Ini membuat pelaku sangat leluasa beraksi.

"Daya refleks perempuan umumnya lemah ketika menerima kejutan. Beda dengan laki-laki, saat reflek bisa memukul. Sehingga jarang laki-laki jadi korban, meski tetap ada juga," katanya. Maka jangan heran jika perempuan yang latah, justru sulit digendam. Sebab ketika dikejutkan, justru latahnya membuat pelaku balik terkejut.

Kenapa pelaku umumnya berpenampilan meyakinkan, bahkan tidak terkesan sebagai penjahat? Ini tentu untuk memanipulasi pikiran bawah sadar. Andai pelaku gendam berpenampilan urakan, jelas korban langsung otomatis membentengi dirinya. Beda ketika berpenampilan rapi, akan meningkatkan figur otoritas bagi pelakunya. Sehingga, apa pun yang disampaikan, bisa masuk ke dalam pikiran bawah sadar sang korban.

Gendam tidak hanya dilakukan dengan mengejutkan korban melalui tepukan. Suara yang baik dan lemah lembut pun bisa mempengaruhi orang lain. Sebab, orang yang bicara lemah lembut, bagi pikiran bawah sadar, selama ini dianggap orang yang baik. Maka, ketika pelaku melakukan ini, pikiran bawah sadar tidak langsung membuat pertahanan karena dianggap baik. Bahkan ketika harta sudah dikuras, pelaku masih dianggap sebagai seseorang yang baik.

Bukankah ada saja wanita yang jadi korban di pusat perbelanjaan karena iming-iming hadiah, akhirnya tertarik belanja barang yang tidak perlu dengan harga tidak masuk akal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun