Mohon tunggu...
Endrina RiaPriyanka
Endrina RiaPriyanka Mohon Tunggu... Mahasiswa - HI 18

jesuschrist.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Geopolitik Tiongkok Melalui Kebijakan One Belt One Road

23 April 2021   12:00 Diperbarui: 23 April 2021   12:10 462
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Geopolitik adalah studi tentang pengaruh faktor geografis pada perilaku negara - bagaimana lokasi, iklim, sumber daya alam, penduduk, dan medan fisik menentukan pilihan kebijakan luar negeri suatu negara dan posisinya dalam hirarki Negara. Bagi analis geopolitik, terdapat hubungan penting antara lokasi, kekayaan, dan kekuasaan. Negara akan lebih kuat dari negara-negara lain jika memiliki tempat strategis dan iklim yang mendukung pertumbuhan ekonomi dan politiknya. Isu keamanan sangat penting bagi negara negara tak terkecuali China. Untuk menghadapi kekuatan-kekuatan besar mak diperlukan juga kekuatan yang besar pula.

China adalah salah satu negara yang besar dapat dilihat dari luas wilayah, jumlah penduduk dan indikator lainnya. Pasca perang dunia II, banyak negara-negara bangkit dari keterpurukan. Situasi dunia yang awalnya di gambarkan sebagai bipolar atau bahkan unipolar, kini menjadi multipolar. Pasca perang dunia II tatanan dunia seolah berubah, khususnya China yang terus berusaha mengembangkankan negaranya.

China melihat ada kesempatan untuk menumbuhkan ekonominya melihat kawasan Asia. China menyebut kawasan Asian sebagai Tiongkok's New Found Asia Policy. Dengan memiliki 4 dorongan kuat dalam menjalankan kebijakannya. Yang pertama yaitu ; fakto perlindungan keamanan internal dan perbatasana, kedua faktor ialah upaya mempertahankan pertumbuhan ekonomi China, ketiga ialah respon terhadap kekuatan AS. Ketiga, adalah menanggapi kekuatan besar Amerika Serikat dan terakhir adalah perbaikan citra China di wilayah Asia.

Selain itu pengelolaan sumber daya alam merupakan salah satu alasan Tiongkok membangun kembali jalur perdagangan yang nantinya akan terkait pada kepentingan ekonomi negara tersebut. Kekuatan posisi Tiongkok dalam dunia internasional menjadi kepentingan geopolitik Tiongkok dalam kebijakan The New Silk Road nya yang nantinya akan berupa dominasi Tiongkok dalam pembangunan berbagai proyek infrastruktur. Jika di Asia Tenggara fokus Tiongkok adalah klaimnya di Laut Tiongkok Selatan yang kaya akan sumber daya alam sekaligus menjadi pangkalan militer Tiongkok di Asia Tenggara. Dalam hal ini Asia Tenggara merupakan Implementasi Tiongkok dalam menyebarkan Geopolitiknya salah satunya adalah pembangunan ekonomi melalui jalur sutra yang sudah lama mati kemudian dihidupkan kembali dengan alasan untuk kerjasama, mencapai perdamaian dan belajar satu sama lain. Kerja sama ini sebagai manifestasi pandangan Tiongkok terhadap negara-negara yang tergabung dalam jalur perdagangan ini khususnya negara-negara Asia Tenggara termasuk Indonesia.

Jalur perdagangan lama sempat mengalami vakum karena ditutup oleh Kekaisaran Ottoman. Kemudian New Silk Road menjadi visi Xi Jinping yang pertama kali diumumkan pada kesempatan kunjungan Xi Jinping ke Kazakhstan, tepatnya enam bulan setelah menjadi Presiden Tiongkok. Jalur perdagangan baru yang akan dibuka kembali oleh Tiongkok terbagi menjadi dua yaitu melalui daratan dan lautan.

Berbeda dengan jalur perdagangan lama yang tidak dibedakan namanya, yaitu hanya jalur perdagangan untuk jalur darat dan laut, sementara jalur perdagangan baru pada abad 21 ini jalur perdagangan daratan disebut Jalur Sabuk Ekonomi. Sedangkan untuk jalur perdagangan lautan disebut Jalur Sutra Maritim. Jalur Perdagangan Maritim berhubungan dengan pelabuhan dari Laut Tiongkok Selatan, Samudera Hindia, Teluk Persia, Laut Merah hingga ke Teluk Aden. Berdasarkan peta tersebut adapun Jalur Perdagangan Darat dimulai dari Xian, menuju ke barat melalui Lanzhou dan Urumqi, menuju Asia Tengah, Timur Tengah, dan Eropa. Sedangkan Jalur Sutra Laut melewati Guangdong dan Hainan, menuju ke Selat Malaka dan Samudra Hindia. Melintasi Tanduk Afrika sebelum memasuki Laut Merah dan Mediterania. Yang pada akhirnya dua jalur darat maupun laut bertemu di Venice.

Dalam hal ini bagi Tiongkok pembangunan ekonomi merupakan hal yang sangat penting bagi negaranya. Sehingga melalui jalur perdagangan yang kembali dibuka, Tiongkok merelisasikan hal ini melalui sebuah kebijakan yang diberi nama One Belt One Road. Melalui kebijakan ini, selain Tiongkok mengejar kepentingan nasional nya yang termasuk kepentingan ekonomi dan politik, Tiongkok juga mengejar unsur geopolitiknya. Dalam kebijakan ini terdapat proyek pembangunan 6 koridor ekonomi yang akan menghubungkan berbagai kota penting yang ada di Asia dan Eropa dengan Tiongkok .

Selain itu Tiongkok melakukan investasi di kanal Thailand, yang bertujuan memotong jalur melalui Thailand selatan untuk menghemat 48 jam waktu pengapalan melewati jalur transit antara Asia dan Eropa, yang digunakan sebagai rute untuk menghindari Selat Malaka. Selain itu kebijakan ini  memberikan akses Tiongkok ke zona ekonomi Asia Tenggara, sehingga rute ini terdapat banyak bahan strategis Tiongkok, termasuk minyak, bijih besi, dan impor biji tembaga. Melalui jalur ini juga, Tiongkok mampu meningkatkan akses perdagangannya sehingga menghindari bendungan Amerika melalui Asia Pivotnya. Tiongkok mengalami kelebihan kapasitas manufaktur yaitu baja.

Melalui kebijakan ini juga mendorong pembentukan kelompok baja besar melalui penggabungan usaha, penciptaan standar kualitas dengan pengaruh internasional yang lebih besar, dan menggunakan One Belt One Road sebagai alat untuk mempromosikan ekspor. Proyek Tiongkok dalam One Belt One Road, akan mampu mengalihkan kelebihan kapasitas bajanya ke pembangunan jalan raya, kereta api, dan kontainer yang memerlukan baja. Kepentingan ekonomi Tiongkok berupa keamanan energi, jalur perdagangan, dan pasar baru investasi guna mengatasi kelebihan kapasitasnya. Tiongkok juga tidak ragu mengeluarkan biaya yang sangat besar untuk memberikan bantuan terhadap negara -- negara Asia Tenggara di sepanjang jalur. Bantuan -- bantuan ini memiliki tujuan yang berhubungan dengan kepentingan nasional Tiongkok.

Dari data yang terkumpul banyak responden mengatakan bahwa kebijakan yang dilakukan oleh China dibawah kepemimpinan Xi Jinping, akan menyeret negara-negara yang kurang kuat ke dalam orbit ekonomi China. Pada akhirnya akan meningkatkan kekuatan geopolitik negara China. Dalam kebijakannya Presiden Xi Jinping meliputi proyek seperti jalan, rel kereta, pelabuhan dan lainnya di berbagai negara di dunia. China kerap memberikan pinjaman kepada berbagai negara-negara yang kurang mampu, hal ini menjadi sebuah isu. Banyak anggapan bahwa China membuat jebakan hutang terhadap negara-negara yang dirasa tidak mampu membayar hutang yang diberikan yang mengakibatkan akan terlilit dan masuk dalan jebakan China.

Kemudian ketakutan lainnya ialah China akan menanamkan pengaruhnya dikawasan Asean. Namun bagimanapun negara-negara di Asia khususnya negara yangbkurang mampun pastinalan tetap membituhkan investmen dalam melakukan pembangunan, dari sini dapat dilihat bahwa China melihat peluang yang besar untuk menjalankan kebijakannya di Asia. Salah satu negara Asean yang cukup banyak menerima pinjaman dari China ialah Laos.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun