kopi yang kita pesan sudah menjadi dingin
seperti obrolan kita sore ini
karena ucapanku yang mungkin menyakiti
tapi harus ku katakan
engkau masih menangis di sudut ruangan
mengadukannya pada kabut dan hujan yang mulai turun perlahan
bertambah pula kesedihan yang tidak hanya kau saja yang rasakan
aku gagal jika
aku ingin membuatmu selalu tersenyum
nyatanya hatiku pilu
dan aku masih menunggu keluh kesahmu
tak kunjung reda tangisanmu di lereng itu
begitupun aku
yang tak berkutik di samping jam dinding
menjadikanku seirama dengan hati yang menggigil
senyummu tak lagi sama
sore itu, aku masih terambang bimbang, sampai sekarang
entah sampai kapan
karena
aku tak ingin kau mengikuti malam yang sedari tadi hujan setelah ku antar kau fi sudut pertokoan
lalu pagi masih mendung, entah sampai kapan
kopi pagi yang ku buat hanya kupandangi lalu dingin, entah sampai kapan