Mohon tunggu...
Endah Iri Aryani
Endah Iri Aryani Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Simulacra

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Pola Perilaku Masyarakat Kampung Pengemis di Kota Bogor Ditinjau dalam Perspektif Sosiologi

11 November 2020   18:01 Diperbarui: 11 November 2020   18:51 571
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Terlihat adanya kesenjangan ataupun ketimpangan sosial yang terjadi diantara kedua kampung tersebut. Ini menunjukkan adanya kelas sosial dalam bidang profesi antara perbatasan kedua kampung tersebut. Eksploitasi anak-anak hingga pekerja seks komersil juga termasuk ke dalam adanya bukti kemiskinan yang terjadi di Kampung Pengemis.

Namun, pada tahun 2015 setelah berganti RT 005/006 ini, menjadi Pak Badri sebagai Ketua RT Kampung Ciheleut Pakuan ini mengajukan ke Kelurahan Tegallega untuk menggabungkan Kampung Pengemis dengan RT 005/006 agar tercatat di dalam sensus kependudukan. Dalam membuat keputusan tersebut, Beliau memberikan perubahan untuk Kampung Pengemis, yakni 

(1) warga Kampung Pengemis telah terdaftar oleh sensus kependudukan, 

(2) sudah tidak ada yang bekerja sebagai pekerja seks komersil dan preman, 

(3) anak-anak sudah bersekolah sampai tingkat minimal SMP bahkan adanya sudah di Perguruan Tinggi, 

(4) sebagian mulai beralih dari menjadi pengemis berubah menjadi bekerja sebagai kuli, pedagang, satpam, pemulung, hingga buruh, 

(5) adanya komunitas PKK yang berisikan kegiatan ibu-ibu pengajian. Perubahan ini tidak sepenuhnya terjadi diakibatkan adanya pola pikir dimana masyarakat masih menggemari menjadi pengemis.

luas ini memuat setidaknya sekitar 210 Kepala Keluarga. Kemiskinan yang terjadi di dalam Kampung Pengemis merupakan bentuk dari representasi bagaimana kemiskinan masih menjadi masalah perkotaan yang sampai saat ini belum tuntas.

Kualitas Sanitasi

Selain dari mata pencaharian yang umumnya merupakan seorang pengemis, kemiskinan yang ada di Kampung Pengemis tidak lepas dari penilaian terhadap kualitas sanitasi. 

Kualitas sanitasi Kampung Pengemis terbilang sangat buruk karena tidak terdapat adanya Mandi, Cuci, Kakus (MCK) di setiap rumah atau MCK umum. Kualitas sanitasi juga dilihat dalam air minum, MCK, dan juga pengolahan sampah dan saluran pembuangan air limbah rumah tangga. Namun, masyarakat Kampung Pengemis setiap hari melakukan kegiatan mencuci baju, mandi dan lain sebagainya dilakukan di sungai yang letaknya di bawah pemukiman.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun