Mohon tunggu...
SURAT TERBUKA
SURAT TERBUKA Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pingin Masuk Syurga Bi Ghoiri Hisab

Mencari Doa

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Tim Situs Revolusi Mental ? Belajar di Kompasiana Yuk,,,!

8 Desember 2015   03:32 Diperbarui: 8 Desember 2015   06:07 258
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Revolusi Mental tak Cukup dengan Iklan"][/caption]Kemampuan menulis atau kemampuan merangkai kata adalah kemampuan yang melebihi kemampuan seorang raja. Seorang raja bisa tumbang seketika apabila para penulis muak dengan si raja itu. Agar para penulis tidak muak maka butuh Revolusi Mental.

Bukan merevolusi mental para penulis tapi mental para raja agar memperhatikan manfaat menulis. Karena para penulis adalah bagian dari rakyatnya para raja, bahkan jika menghitung jasa terkait rakyat para raja maka rakyat yang paling berjasa adalah para penulis.

Berbicara website tentu saja bukan website namanya jika tak ada tulisan atau informasi. Lalu apa namanya. Jangan sebut dengan nama Revolusi Mental tapi ya?. Karena saya hawatir jika disebut demikian maka Jokowi dan Puan Maharani tidak setuju. Kalau beliau tidak setuju, bisa naas nasib aksi Revolusi mental.

Berbicara Website Revolusi Mental sebagai rakyat yang mendukungnya, semoga kita semua setuju kalau para adminnya bisa belajar (bermitra) admin Kompasiana. Mengapa? karena sesuai dengan penjelasan dalam website revolusi mental bahwa Revolusi Mental adalah gerakan seluruh rakyat Indonesia bersama Pemerintah untuk memperbaiki karakter bangsa menjadi Indonesia yang lebih baik.

Menanggapi penjelasan itu, maka sebagai rakyat yang hidup di ujung tenggara Indonesia tepatnya di RT 30 Kelurahan Majidi Kecamatan Selong Kab.Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat (NTB) – Indonesia maka sudi kiranya para pemangku amanah terutama yang ada kaitannya dengan Revolusi Mental untuk memperbaiki karakter websitenya dulu sebagai upaya serius untuk Indonesia yang lebih baik

Karena sesuai pendapat sebelumnya terkait manfaat menulis, maka dengan belajar kepada admin kompasiana diharapkan menjadi cermin bahwa pemangku amanah yang menyuarakan Revolusi Mental juga harus mempunyai mental untuk berani belajar kepada rakyatnya.

Apa yang mesti dipelajari?

1. Sajian Website (Kabar atau Berita)

Saya melihat di pres release Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Republik Indonesia No: 33/Humas PMK/IX/2015 melalui http://revolusimental.go.id/berita/2015/09/11/press-release/, terlihat bahwa itu diposting apa 11 September 2015. Cukup lama bukan?[caption caption="Pres Rilies Web Revolusi Mental"]

[/caption]

Lucunya pada tag kabar ketika di klik yang muncul sebatas kabar, kira-kira bunyinya “Revolusi Mental tentu tidak boleh berhenti di situ. Revolusi Mental bukan slogan atau jargon tetapi aksi..aksi..aksi! Kita semua harus beraksi untuk perubahan ke arah yang lebih baik.

Nah, saya sangat setuju, tapi aksi seperti apa??? Apakah aksi iklan saja, gambar saja???. Saya rasa ini yang penting dan disinilah kita perlu belajar bukan sebatas menyuarakan tapi ikut kerja, kerja, kerja sebagaimana semangat bung Jokowi.

Semangat kerja juga akan lahir dari inspirasi. Tapi bagaimana inspirasi mau ada jika yang bekerja tidak ada?. Zaman ini tidak penting himbaun untuk kerja yang penting itu adalah inspirasi nyata bagaimana kita bisa bekerja. Banyak yang bekerja untuk contoh yang diharapkan dalam Revolusi Mental, tapi contoh itu mana?

Nah!!! Disinilah pentingnya website. Sumber Informasi yang akan mengabarkan mana contoh Revolusi Mental? Mana contoh pigur-pigur yang bergerak untuk Revolusi Mental. Kalau slide gambar kartun meskipun berisi motivasi, anak-anak Juwiter saja bisa, pake tulis tangan lagi (lihat saja contohnya).[caption caption="Iklan Jujur dari Siswa"]

[/caption]

Oleh sebab itu yang kami harapkan disini adalah adanya kabar dari rakyat sendiri terkait perjuangannya untuk ikut serta sesuai dengan misi Revolusi Mental, misalnya berita inspirasi darinya terkait kegiatan-kegiatan sederhana tapi bermanfaat dan sebagainya.

Tentu saja tim Revolusi Mental tidak akan mampu menjangkau secara keseluruhan dari berita inspirasi dan motivasi aktivitas rakyat Indonesia. Maka diantara caranya adalah menjadikan website Revolusi Mental sebagai Jurnalisme Warga sebagai Kompasiana.

Namun demikian tentu saja bentuk tulisannya tidak seperti Kompasiana melainkan ada kriteria tertentu yang kemudian ada dibawah keputusan Admin. Misalnya karya tulisanya harus mencerminkan sikap saling membangun, harus berisi sebuah kegiatan produktif dan sebagainya

Jikapun tulisan tersebut ada unsur preventifnya untuk ungkapan tegas penjelasan yang berbunyi “banyak permasalahan yang terjadi di negara kita saat ini, mulai dari rakusnya pejabat yang memperkaya diri sendiri, pelanggaran HAM, hingga perilaku sehari-hari masyarakat seperti tidak mau antre dan kurang peduli terhadap hak orang lain. Namun, perilaku bisa diubah, mental dan karakter bisa dibangun” maka isinya harus ilmiah dan segera ditindak lanjuti sebagai laporan rakyat, bukan sebagai penghinaan atau pencemaran nama baik.

Karena jika itu ungkapan rakyat dianggap sebagai pencemaran nama baik, sama artinya membunuh karakter dan mental rakyat, sangat tidak sesuai dengan Revolusi Mental. Karena sudah terlalu banyak maling ayam yang lebih menderita dari maling uang rakyat (Koruptor). Artinya lebih baik jangana dimuat di website Revolusi Mental, daripada harus mengorbankan rakyat.

Oleh sebab itu, belajhar pada rakyat seperti admin Kompasiana semoga menjadi contoh keseriusan Revolusi Mental

2. Cara Menghargai Penulis / Inforwan Tanpa Tanda Jasa

Saya menyebut penulis sebagai pahlawan tanpa tanda jasa karena penulis tak seperti guru yang ada gaji sertifikasinya, dan juga sebagai aparatur sipil negara (ASN) hehehe. Karena banyak diantara murid-murid bapak ibu guru yang lebih bisa karena informasi dari tulisan tak berbayar daripada bisa karena ajaran mata pelajaran. Toh sekolah kan terlihat hanya sebagai proses saja. Setuju tak setuju ini pengalaman, hehehe.

Kembali kepada Revolusi Mental, yaitu kemauan kita belajar pada rakyat tanpa tanda jasa atau hanya diberi jasa karena “HASBUNALLAH” maka menghargai penulis itu penting. Menganggarkan inforwan inspiratif itu penting. Karena bagaimanapun juga walau tulisananya tak bermanfaat untuk Menteri, Anggota DPRD, Para ASN, tapi pasti ada manfaatnya untuk Rakyat yang membuat KITA bergaji.

Untuk itu, media tempat ditampungnya penulis terbesar itu ada di Kompasiana. Mengapa tidak untuk semangat Revolusi Mental, “Bangsanku Harus Mental Belajar Disana”

 

Salam Dukungan Untuk Revolusi Mental

Semangat Revolusi, Semangat Juwiter, Salam Minat Baca, Ayo Menulis!!!, Lestari!!!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun