Mohon tunggu...
Emy Kusuma
Emy Kusuma Mohon Tunggu... -

aku, hidupku, dan semangatku..\r\n\r\nlove parents

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

analisis novel

13 Desember 2012   13:29 Diperbarui: 24 Juni 2015   19:44 266
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

I.SINOPSIS

SAMAN

Karya Ayu Utami

Wis. Athanasius Wisanggeni namanya, sebelum ia menggunakan nama Saman. Wis adalah seorang pastor muda. Ayahnya bernama Sudoyo, seorang pegawai Bank Rakyat Indonesia. Sedangkan, ibunya meninggal karena penyakit kanker Rahim yang diderita ibunya.

Kisah Wis dimulai ketika ia berkunjung kesebuah desa bernama Parabumulih, yang merupakan desa tempat tinggal Wis semasa kecil. Ketika Wis tiba di rumah itu, Wis kembali bisa merasakan hawa-hawa aneh seperti kisah masa kecilnya di rumah itu. Ia juga dapat mendengar suara adiknya dengan menggunakan bahasa mereka masing-masing. Tiba-tiba ia mendengar suara seorang gadis yang mengerang kesakitan. Terdengar isak tangisnya. Wis mencoba mendatangi sumber bunyi itu dengan penuh kehawatiran. Kemudian ia menemukan sebuah sumur di tengah hutan, yang dari dalamnya terdengar rintihan. Tapi gadis itu tidak terlihat sekali karena kegelapan malam. Wis segera bergegas mencari pertolongan. Setelah orang-orang berkumpul mendekati Wis, salah satu dari mereka berkata pada Wis bahwa tiga tahun lalu ada seorang gadis gila yang terjerumus ke dalam sumur. Mendengar cerita itu, Wis semakin berantusias untuk menolong gadis itu. Ia memberanikan diri untuk masuk ke dalam sumur. Ia menyuruh orang untuk mengikatkan tali ketubuhnya dan meminta selendang untuk menutupi hidungnya. Akhirnya, Wis dan gadis itu selamat.

Nama gadis itu adalah Upi. Seorang gadis gila yang diasingkan oleh keluarganya karena mereka menganggap bahwa Upi berbahaya. Upi diasingkan oleh ibunya dipemasungan yang sangat kecil dan tak lebih baik dari kandang kambing. Ibunya bercerita kepada Wis tentang kisah anak perempuannya yang gila. Ketika lahir kepala anaknya begitu kecil, sehingga ayahnya menyesal telah membunuh seekor penyu didekat Tasik ketika istrinya sedang hamil muda. Dan anak itu akhirnya tak pernah bisa berbicara, meski tubuhnya kemudian tumbuh dewasa. Karena tak bisa berbahasa manusia, maka setan menguasainya dan memeliharanya.

Mendengar cerita itu, Wis merasa kasihan pada Upi. Kemudian ia membuatkan rumah pasung baru untuk Upi. Hampir setiap minggu ia datang menemui Upi untuk sekedar menyapa dan menghiburnya. Sedikit demi sedikit muncul rasa sayang dihati Wis terhadap Upi. Hingga pada suatu hari Wis terlibat terlalu dalam pada sebuah desa. Disana ia mebantu perekonmian warga disekitar Upi tinggal. Dengan modal yang ia dapat dari ayahnya serta ijin dari kepala pastor untuk memperbaiki desa tersebut. Wis dan warga desa membangun pembangkit listrik dan menanam pohon karet. Lama-kelamaan mereka pun semakin tergantung pada Wis dan perekonomian warga desa tersebut sedikit demi sedikit membaik.

Namun rencana mereka tidak berjalan lancar. Sebuah keputusan dari pemerintah memerintahkan untuk perkebunan tersebut beralih ke tangan sebuah perusahaan swasta untuk dikembangkan suatu perkebunan kelapa sawit. Hal tersebut tentunya sangat merugikan warga desa. Wis mencoba mengumpulkan warga desa untuk mencari sebuah kesepakatan. Mereka pun memutuskan untuk tidak mengikuti anjuran tersebut. Mereka semua tetap bersikukuh mempertahankan perkebunan karet yang telah memberikan banyak keuntungan tersebut. Namun teror demi teror datang untuk membuat keputusan itu dicabut. Hingga pada suatu ketika mereka terjebak. Sehingga perkebunan tersebut dapat dikuasai pihak atau golongan tertentu tersebut. Wis sangat marah dan kecewa pada dirinya sendiri yang tidak bisa menolong Upi dari peristiwa yang membuat nyawa Upi terennggut. Ia ditangkap dan disiksa di dalam sebuah penjara. Hingga ia mengarang bahwa ia merupakan seorang komunis. Kemudian Wis, mencoba mencari cara untuk melarikan diri untuk sementara waktu ke Amerika mengganti namanya menjadi Saman. Ia pun kini menjadi sangat dekat dengan Yasmin dan sangat mencintai Yasmin. Yasmin tak kuasa menahan perasaan sedihnya terhadap kepergian Wis. Mereka akhirnya melakukan hubungan terlarang yang tidak seharusnya dilakukan.

Dalam kehidupannya, Wis juga pernah terlibat dalam kehidupan empat orang gadis yang bersahabat. Mereka adalah Shakuntala, Cok, Yasmin, dan Laila.

Dulu Laila sangat mengagumi Wis, namun sekarang ia tertarik pada sosok Sihar pemuda yang telah memiliki seorang istri. Dan akhirnya perselingkuhan diantara mereka terjalin hingga merenggut keperawanan Laila. Hingga pada suatu saat, Sihar terlibat masalah dengan Rosano karena peristiwa kesalahan kerja yang merenggut nyawa sahabat Sihar. Laila meminta bantuan dua temannay Yasmin dan Saman agar membantu Sihar untuk menjeblosakan Cano ke penjara.

Setelah kejadian itu, Sihar mengilang entah kemana. Hingga membuat Laila gelisah mencarinya. Sahabat-sahabat Laila. Shakuntala, Cok , dan Yasmin  mengahawatirkan keadaan Laila yang terlalu memikirkan Sihar yang sudah beristri. Laila menceritakan semua yang terjadi antara ia dan Sihar. Tentang hubungan terlarang mereka pada sahabat-sahabatnya. Mendengar cerita itu, sahabat-sahabat Laila prihatin tentang kisah cinta Laila. Merekapun berupaya mencari informasi tentang keberadaan Sihar untuk membahagiakan hati Laila agar tidak bersedih dan terus memikirkan keberadaan Sihar.

II.AMANAT

1.Bagaimanapun kesetiaan itu jauh lebih indah.

2.Rasa sayang tidak diukur dengan melakukan seks bebas.

3.Sahabat sejati akan selalu ada ketika sahabatnya mengalami kesusahan.

4.Keadilan tidak dengan gampang dibeli dengan uang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun