Mohon tunggu...
Emshofi
Emshofi Mohon Tunggu... wiraswasta -

butuh pil nafsu menulis

Selanjutnya

Tutup

Olahraga

Tamparan Triyatno dan Eko Yuli

10 Agustus 2012   03:50 Diperbarui: 25 Juni 2015   02:00 1854
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Olahraga. Sumber ilustrasi: FREEPIK

Satu perak, satu perunggu yang membahagiakan. Muka prestasi olah raga diselamatkan, walau tetap terselip rasa kecewa, tradisi emas olimpiade putus.  Prestasi terburuk, titik nadir yang menjadi pembenar bahwa negeri ini sedang sakit. Sendi-sendinya tidak normal, tata kelola semrawut di segala bidang, dan olah raga bisa menjadi barometer sahih.

Syukur pengurus masih punya malu, sembunyi melarikan diri, ngacir entah kemana ketika pulang dari London. Semua raib, wartawan gagal dapat narasumber kompeten. Tipis bedanya, antara malu atau lari dari tanggungjawab, entahlah. Jadi teringat kata-kata om the special one, "kemenangan milik bersama, kekalahan milik saya sendiri". Bertolak belakang sekali.

Pak Adang sedikit nyenyak tidurnya, terhibur dengan prestasi anak didiknya dalam angkat berat, angkat besi. Setelah berbulan-bulan stres memikirkan Ibu Nunun yang bolak-balik, pulang pergi dari LP, pengadilan dan ruma sakit. Amnesia yang mengkhawatirkan. Untungnya Triyatno dan Eko Yuli tidak nuntut dibelikan tas Hermes pak. tapi kalau dibelikan, bapak juga tidak akan rugi kok. Sekalian kasih cek pelawatnya juga Alhamdulillah.

Curahan Triyatno dan Eko Yuli, bersliweran di media. Sudah menjadi rahasia umum, jadi atlet di negeri ini harus berkorban lahir bathin. Gaji macet, fasilitas memprihatinkan, bonus telat cair, dan sejuta masalah lain. Bahasa singkatnya pemerintah kurang perhatian, amatir tidak profesional.

Luar biasa, di tengah pemerintah yang acuh tak acuh. Hidup dalam masyarakat manja, penuntut, penghujat dan malas. Triyatno dan Eko Yuli memberi bukti, tekad yang kuat mengalahkan segala. Semua tak berarti, bahwa kita bisa berprestasi. Tanpa melulu menyalahkan keadaan, mengeluh terus, dan pasrah pada situasi.

Olah raga Indonesia berhutang pada individu-individu mandiri, Induk organisasi hanya formalitas pemakan budjet. Negeri ini diselamatkan bakat-bakat hebat, bukan melalui program  yang omong kosong. Bangunan megah penyedot rupiah, Hambalang dll hanya mental memperkaya pejabat.

Triyatno dan Eko Yuli berjuang dalam kesunyian, hasil yang mengagumkan. Salut juga untuk atlet2 lainnya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun