Nasihat orang tua zaman dahulu, seringkali terbukti. Kita bisa selamat dalam menjalani kehidupan selama mengikuti apa yang diarahkan oleh orang tua, termasuk dalam pengelolaan keuangan. Hal ini sesuai pula dengan sebuah pepatah "Hemat pangkal kaya, rajin pangkal pandai".Â
Saya selalu ingat ketika ibunda mengatakan, kalau saya punya uang berlebih sebaiknya ditabung dalam bentuk emas. Pada masa itu, yang dimaksud adalah perhiasan emas seperti kalung, gelang dan cincin. Perhiasan emas mempunyai dua fungsi. Fungsi pertama adalah sebagai perhiasan yang bisa digunakan pada saat menghadapi acara khusus. Kedua, sebagai tabungan darurat yang bisa dicairkan ketika keadaan mendesak.Â
Siapa sih perempuan yang tidak menyukai perhiasan emas? Saya juga begitu. Apalagi saya menyukai batu permata. Maka batu-batu permata tersebut saya ikat dengan logam mulia. Kebanyakan berupa cincin karena paling mudah memakainya dan terlihat indah berkilauan.Â
Perhiasan emas ini telah menolong saya menghadapi masa-masa sulit di mana perekonomian Indonesia semakin memburuk. Terutama pada masa pandemi Covid 19 yang membuat seluruh dunia terguncang. Sampai sekarang, Indonesia belum pulih dari kelemahan perekonomian.Â
Gen Z dan investasi emasÂ
Dengan perekonomian Indonesia yang tersendat-sendat, maka masa depan generasi muda menghadapi kendala yang cukup berat. Inflasi yang tinggi menyebabkan harga-harga kebutuhan pokok melonjak tajam. Di sisi lain, mereka terjebak dengan gaya hidup trendi dan nongkrong di cafe yang menghabiskan banyak biaya.Â
Sebagian memang berhasil memiliki mata pencaharian yang baik. Namun sebagian besar hanya dapat bertahan hidup dengan penghasilan pas-pasan. Kalau demikian, bagaimana mereka bisa merencanakan masa depan?Â
Harga rumah yang semakin membumbung tinggi menjadikannya tak terjangkau oleh gen Z. Karena itu, rata-rata hanya sanggup mengontrak rumah sesuai dengan kondisi keuangan mereka. Belum lagi jika sudah menikah, bakal ada kebutuhan anak-anak. Bukan hanya untuk makan, tetapi juga pendidikan dan kesehatan.Â
Lalu bagaimana caranya mereka bisa mempunyai masa depan yang cerah? Tampaknya nyaris tidak mungkin . Hal itu seperti pungguk merindukan bulan. Penghasilan yang hanya bisa untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, sepertinya mustahil untuk menabung demi masa depan.Â
Solusi dari PegadaianÂ