4. Tidak demokratis. Dalam AD/ART, selalu tertulis hal-hal yang ideal. Tetapi kenyataannya, tidak sesuai dengan praktik yang dijalankan. Sistem organisasi sering melenceng karena ulah oknum dalam tubuh partai.
Misalnya, ketika memilih ketua departemen, ada yang mendapat dukungan penuh dari pimpinan pusat. Orang yang dipilih bukan berdasarkan suara terbanyak, tetapi karena penunjukan pemimpin di atasnya.
5. Intervensi dari luar. Biasanya pihak ketiga yang menginginkan perpecahan di suatu partai adalah partai saingan atau partai besar. Partai saingan ini menyusupkan orangnya di struktur organisasi partai tersebut.Â
Nah, nantinya orang tersebut melakukan pembusukan dari dalam. Misalnya, menyebarkan fitnah tentang pimpinan yang ingin digulingkan, membangun rasa tidak percaya dan ketidakpuasan. Orang seperti ini sangat pandai berbicara sehingga banyak yang terperdaya.
Partai dominan yang menjadi pendukung penguasa, tidak akan membiarkan partai lain menjadi besar. Partai-partai lain harus dikerdilkan dengan berbagai cara, meski di luar etika. Partai tersebut memaksa partai-partai lain untuk tunduk, dengan mengganti pimpinan mereka.