Mohon tunggu...
Muthiah Alhasany
Muthiah Alhasany Mohon Tunggu... Penulis - Pengamat politik Turki dan Timur Tengah

Pengamat politik Turki dan Timur Tengah. Moto: Langit adalah atapku, bumi adalah pijakanku. hidup adalah sajadah panjang hingga aku mati. Email: ratu_kalingga@yahoo.co.id IG dan Twitter: @muthiahalhasany fanpage: Muthiah Alhasany"s Journal

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Perang Dagang dengan Turki, Awal Kepunahan Dolar AS?

24 Agustus 2018   17:59 Diperbarui: 24 Agustus 2018   18:04 975
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Finansial. Sumber ilustrasi: PEXELS/Stevepb

Ulah Presiden Amerika Serikat, Donald Trump yang semakin menjadi-jadi dalam perang dagang internasional membuat gerah banyak negara. Eropa barat semakin tidak menyukai keputusan-keputusan Trump. Apalagi pajak ekspor ke Amerika Serikat untuk Eropa Barat juga dinaikkan. 

Perang dagang yang paling sengit adalah Amerika Serikat dengan Turki. Tidak seperti perkiraan Donald Trump, selain Rusia, Turki didukung pula oleh Jerman, Italia dan negara-negara Eropa Barat lainnya. Masalahnya, Amerika Serikat sudah dianggap keterlaluan dan merugikan mereka.

Turki memang memiliki posisi strategis dalam banyak hubungan bilateral dan internasional. Sehingga jika terjadi sesuatu atas Turki akan memberi efek domino bagi yang lainnya. Harus diakui, bahwa Turki adalah mitra yang dibutuhkan oleh Eropa Barat.

Eropa Barat berselisih paham dengan Amerika Serikat dalam banyak hal. Salah satunya adalah tentang perdagangan minyak dan gas dari Iran. Amerika Serikat berusaha menekan Eropa agar menghentikan pasokan Iran, tetapi tidak mendapat tanggapan. Eropa bergantung dengan minyak dan gas Iran yang lebih murah dan mudah didapat.

Namun perang dagang dengan Turki jauh lebih berat. Hal itu disebabkan karena Turki juga merupakan anggota NATO, berarti dia masih merupakan warga  blok Barat. Sebagai sesama anggota NATO, seharusnya Amerika Serikat tidak berbuat semena-mena kepada Turki.

Nilai Dolar yang melonjak drastis dan memukul Lira, juga telah membuat mata uang  negara-negara Eropa jatuh. Mereka merasa geram karena Dolar terlalu mendominasi keuangan global sehingga memengaruhi perekonomian masyarakat internasional.

Kesadaran akan hal itu membuat Jerman dan kawan-kawan memutuskan untuk menghentikan dominasi Dolar. Langkah yang akan diambil adalah melakukan transaksi perdagangan tanpa menggunakan Dolar. Eropa memiliki Euro, karena itu penggunaan Euro akan dimaksimalkan.

Jerman sebagai negara terkuat di Eropa, baik dari segi ekonomi maupun politiknya, telah mendorong anggota Uni Eropa untuk meninggalkan Dolar AS. Bagi Jerman, sangat penting untuk memperkuat otonomi Eropa dan mempertahankan persatuan mereka. Eropa akan lebih berhati-hati dalam menentukan alternatif sistem pembayaran SWIFT yang didominasi Amerika Serikat.

Inggris, yang telah menyadari kesalahannya dengan Brexit juga cenderung memperbaiki pola kerjasama ekonomi dengan negara-negara lain. Kemarin Inggris melakukan beberapa perjanjian ekonomi dengan Turki, tanpa melibatkan Amerika Serikat.

Rusia telah lebih dahulu meninggalkan Dolar AS. Dalam perniagaan minggu ini dengan beberapa negara mitra di Timur Tengah, Rusia tidak mau menggunakan Dolar. Begitu pula dengan Cina, yang melakukan perdagangan internasional dengan mata uangnya sendiri, Yuan.

Sedangkan Afrika dan negara-negara OKI juga sepakat meninggalkan Dolar AS. Setiap ada kerjasama ekonomi mereka menggunakan mata uang negara yang bertransaksi. Misalnya, Qatar dengan Turki menggunakan Lira Turki. Indonesia dan Malaysia termasuk negara yang menyetujui kesepakatan ini.

Maka jika Amerika Serikat tetap dengan arogansinya dan selalu bertindak sewenang-wenang, kemungkinan besar negara adidaya itu akan lumpuh. Negara-negara yang masih mau berhubungan dengan Amerika Serikat hanya Israel, Arab Saudi dan Uni Emirat Arab.

Trump telah membawa Amerika Serikat ke dalam jurang yang dalam. Kebijakan-kebijakannya justru merugikan negara itu menuju kehancuran. Mungkin Amerika Serikat masih bisa mempertahankan kekuatan militernya yang digunakan untuk menakut-nakuti negara lain. Tetapi kekuatan ekonominya merosot drastis.

Bayangkan, jika separuh saja  dari masyarakat internasional tidak menggunakan Dolar AS, ketergantungan akan negara itu semakin mengendur. Negara-negara lain bebas melakukan aktivitas ekonomi tanpa perlu persetujuan dari Paman Sam. Inilah dunia global yang sesungguhnya.

Perang dagang kini menjadi blessing in disguise bagi negara-negara yang biasanya tertindas oleh kesewenangan Amerika Serikat. Mungkin dengan ini perdamaian bisa tercipta. Semoga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun