Mohon tunggu...
Muthiah Alhasany
Muthiah Alhasany Mohon Tunggu... Penulis - Pengamat politik Turki dan Timur Tengah

Pengamat politik Turki dan Timur Tengah. Moto: Langit adalah atapku, bumi adalah pijakanku. hidup adalah sajadah panjang hingga aku mati. Email: ratu_kalingga@yahoo.co.id IG dan Twitter: @muthiahalhasany fanpage: Muthiah Alhasany"s Journal

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Pawai Obor, Hal Seru yang Hilang dari Masa Kecil pada Bulan Ramadan di Depok

3 Juni 2018   14:41 Diperbarui: 3 Juni 2018   14:44 667
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kisah Untuk Ramadan. Sumber ilustrasi: PAXELS

Masa kecil memang masa yang paling indah.  Banyak kenangan yang tak terlupakan.  Dan kita tahu kebahagiaan di masa kecil tak akan kembali,  termasuk ketika menjalani ibadah bulan Ramadhan. 

 Ada beberapa kenangan  yang akan selalu terpatri dalam ingatan saya setiap bulan Ramadhan.  Tempat tinggal saya bersama orang tua di Perumnas Depok I.  Beberapa tradisi seru sempat saya rasakan waktu itu. 

 Ada pawai obor yang diselenggarakan setiap malam Nuzulul Quran.  Biasanya,  pawai ini hanya untuk anak anak.  Pawai obor diorganisir oleh kelurahan setempat.

 Setelah sholat  Tarawih selesai,  anak anak dikumpulkan di lapangan dekat masjid.  Dalam pawai ini kami boleh memakai pakaian apa saja.  Karena itu ada yang memakai pakaian adat dan ada yang memakai pakaian muslim. 

Saya senang mengenakan  jubah sutra  peninggalan kakek.  Jubah itu berasal dari Persia,  dibawa setelah pulang menunaikan ibadah haji.  Jelas jubah itu kebesaran,  tapi saya melipat di bagian pinggang dan dikenakan sabuk.  Ibuku tercinta yang memakaikannya. 

Jubah ini jarang dimiliki orang lain.  Ketika saya memakainya,  banyak orang yang terkagum kagum.  Bordirnya yang cantik dan indah,  serta warna biru langit yang cemerlang membuat orang menoleh dan memperhatikan. 

Kami diatur dalam barisan yang panjang.,  dua dua. Setiap anak lelaki diberi satu obor yang sudah menyala.  Lantas kami mulai bergerak,  jalan kaki sesuai rute yang telah ditetapkan. 

Sambil berjalan kami melantunkan shalawat Nabi  diiringi mudik rebana dari belakang.  Sebagian anak yang pandai marawis berkesempatan menunjukkan kebolehannya. 

Orang orang dewasa,  guru ngaji atau kakak mendampingi dan mengikuti dari samping dan belakang barisan. Mereka membawa minuman untuk yang haus di tengah jalan.   Biasanya yang berada di depan untuk memimpin adalah remaja masjid. 

Jalan kaki menyusuri jalan jalan utama di Depok Jaya dimulai dari jalan Nusantara.  Lalu belok ke jalan Melati dan lanjut ke jalan Merpati dimana ada lapangan sepak bola.  Tapi kami tidak berhenti. 

Selama  pawai obor lewat,  semua kendaraan menggiring.  Tak satu pun yang berani mengganggu.  Bahkan mereka ikut bersorak sorai memberi semangat.  Banyak di antara mereka membawa kamera dan mengabadikan pawai ini. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun