Bagaimana jati diri wanita Indonesia? Mungkin sebagian besar kaum perempuan Indonesia sekarang ini tak tahu bagaimana menjadi wanita Indonesia. Mereka hanya tahu lahir dan besar di Indonesia. Namun tidak memilki gambaran yang jelas sebagai wanita Indonesia. Inilah salah satu kekurangan dari dunia pendidikan kita, tidak pernah memperkenalkan dan menegaskan sosok perempuan Indonesia yang sesungguhnya.
Saya berasal dari keluarga Jawa. Tentu kultur dan kebiasaan orang Jawa yang diterapkan dalam keluarga kami. Â Pada umunya perempuan Jawa bertutur kata dan berperilaku halus, tidak sembarangan dan tidak serampangan. Â Namun pada diri saya, ada sifat tomboy yang sangat dominan hingga dewasa. Sejak kecil saya senang melakukan permainan yang tidak feminin seperti memanjat pohon, bermain layangan, catur dsb. Pada saat remaja, hobi saya juga lebih maskulin, yaitu karate, pecinta alam dan travelling.
Ketika masih kuliah, saya sempat menjadi atlet karate, simpai (guru karate) saya adalah Iwan Fals, seorang musisi legendaris yang mempunyai jutaan penggemar. Tak banyak yang tahu bahwa Iwan Fals juga seorang karateka yang pernah meraih gelar nasional. Saat itu memang dia sedang menjadi fenomenal dengan lagu Bento. Di sisi lain, dia tetap menjadi pelatih saya dan membawa saya mengikuti pertandingan-pertandingan karate.Â
Suatu hari, dalam sebuah pertandingan karate, pada kelas kumite perempuan, yang menjadi juara pertama adalah sosok yang belum saya kenal. Ketika menerima medali, dia melangkah biasa, tanpa terlihat gagah. Wajahnya pun manis feminin, tidak tampak galak.Â
Kemudian Iwan Fals berkata kepada saya,"Mut, begitulah seharusnya wanita. Meski dia seorang jagoan, tapi tetap bisa bersikap feminin. Kekuatan tidak perlu ditunjukkan."Â
Kata-kata itu terpatri dalam ingatan saya. Walau saya tidak segera menjadi feminin, tapi ada suatu keinginan bahwa kelak saya juga bisa bersikap anggun meski memiliki  kekuatan.
Mempelajari jati diri wanita Indonesia
Sewaktu saya mulai aktif di beberapa organisasi, saya banyak membaca buku sejarah untuk mengenal kepribadian bangsa Indonesia. Terutama buku-buku dari the founding fathers, Bung Karno dan Bung Hatta. Saya menemukan bahwa dalam buku Sarinah, Bung Karno menjelaskan tentang wanita Indonesia. Oh ya, mengapa kita tidak bisa seperti apa yang digambarkan Bung Karno? Karena nilai-nilai mulia wanita Indonesia terkikis oleh budaya Barat. (sebagian sudah saya ulas di artikel berjudul Character Building melalui Ladiesiana).
Stereotip bahwa perempuan Jawa adalah lemah, ternyata salah sama sekali. Perempuan Jawa  memiliki banyak kelebihan yang kurang atau sulit dipahami oleh orang-orang yang hidup di zaman modern ini. Pertama, kecerdasan yang tinggi seperti yang dimiliki oleh ibu Kartini.  Ia menggunakan kecerdasannya untuk mendidik kaumnya. Namun di sisi lain, ia patuh pada budaya, dimana ia menjadi selir atau istri kedua seorang bangsawan Jawa.
Kalau kita mempelajari tokoh-tokoh Indonesia yang sangat terkenal, maka kita akan tahu bahwa kehebatan mereka tidak lepas dari andil para istri. Karena itulah muncul pameo bahwa di balik kehebatan seorang lelaki, ada wanita yang memberi kekuatan. Bung Karno menjadi pemimpin ketika didampingi oleh Ibu Inggit. Begitu pula dengan tokoh-tokoh pejuang nasional lainnya.
Wanita Indonesia menyembunyikan kekuatan dalam keanggunan. Kalau kita lihat ke belakang, bagaimana Cut Meutia juga menghunus senjata dalam melawan pasukan Belanda, sementara itu ia adalah istri yang baik bagi suaminya Teuku Umar. Begitu pula dengan Cut Nyak Dien dan pahlawan-pahlawan wanita lainnya. Jadi, pembuktian dalam sejarah, wanita hanya mengeluarkan kekuatannya jika keadaan sudah memaksa.
Dalam budaya Minang, perempuan justru memiliki posisi yang sangat kuat. Perempuan adalah pewaris utama. Perempuan yang mengatur dan memanajemen kondosi perekonomian keluarga. Karena itu, jika ingin menikah dengan perempuan Minang, maka laki-laki harus inrospeksi diri, apakah dirinya sepadan/memiliki kemampuan untuk mengimbangi wanita Minang yang akan menjadi istrinya. Di sini terlihat bahwa laki-laki menjadi partner wanita dalam menjalani kehidupan.
Menonjolkan keanggunan
Kalau memperhatikan perempuan Indonesia dari Sabang sampai Merauke, barulah kita sadar bahwa perempuan Indonesia selalu menunjukkan keagungan dan keanggunan. Kita lihat saja dari balutan pakaian tradisional yang mereka kenakan. Apapun sukunya, pasti menonjolkan keanggunan, meski di balik itu perempuan mempunyai sejuta kekuatan. Saya bangga dengan kekayaan khazanah budaya Indonesia yang sebenarnya tidak dimiliki oleh bangsa lain di dunia.
Sebenarnya saya ingin juga memakai pakaian-pakaian tradisional yang cantik dan anggun, terutama pada momen istimewa. Untuk itu saya mengoleksi beberapa kain tenun dari berbagai daerah, sayangnya agak sulit mendapatkan pakaian wanita dari belahan Indonesia Timur. Dalam beberapa acara resepsi pernikahan, saya mengenakan pakaian nasional. Misalnya di wilayah Kepulauan Riau yang didominasi buadaya Melayu, maka saya mengenakan baju kurung yang dipadu dengan kain tenun.