Mohon tunggu...
Emoef Abdu Somad
Emoef Abdu Somad Mohon Tunggu... Guru - Guru yang punya hobby nulis

Nama pena yang biasa digunakan EMOEF ABDU SOMAD. Sampai sekarang saya masih aktif sebagai pengajar di SMP N 11 Tegal

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Pengkhianatan

2 Oktober 2020   09:46 Diperbarui: 2 Oktober 2020   09:47 311
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Siapa aku itu tidak penting, Bangsat! Aku cuma menginginkan nyawamu." 

"Hah pemuda cacat sepertimu tak mungkin mampu membunuhku. Cuh!" Bajingan itu meludahi wajahku. 

Seketika darahku menggelegak. Kubalas perbuatannya dengan satu tusukan di telapak tangan dia. Setan alas, dia tak bersuara sama sekali, juga tak menunjukkan rasa sakit. Darah mulai mengalir membasahi lengannya.

 "Itu untuk kaki yang telah kau buat pincang seumur hidup, Bajingan! Dan ini untuk nyawa Bapak, Simbok, dan Yu Sri yang telah kau ambil beberapa tahun silam!" 

Aku seperti kesetanan. Kutusuk berkali-kali laki-laki tua ini dengan senjata yang ada di genggaman. Air mata mengalir, nafas memburu, setan mengendalikkanku kini. Darah mengalir di mana-mana. Bangsat sialan ini meregang nyawa. Aku tak mau berlama-lama membiarkan dia hidup.

 "Hahaha ... kau temuilah bapak dan simbokku. Mereka telah menunggumu. Juga Yu Sri. Aku puas ... aku puasss!" Setan menari bersamaku, merayakan kemenangan ini. Tiba-tiba saja, bug! Seseorang memukulku dari belakang. Darah mengucur dari belakang kepalaku. Aku limbung karena kepala ini dihantam benda berat. 

Samar-samar, sebelum kesadaran hilang, aku melihat sosok semampai berbaju serba hitam, berdiri di atasku. Perlahan dia membuka kain yang menutupi wajahnya. Aku terkejut. Itu Kemuning! 

"Kenapa kau lakukan ini? Kenapa kau mengkhianatiku?" Aku mencoba menjaga kesadaran, di antara rasa sakit yang menyerang. 

Kemuning tersenyum sinis. "Kau memperkosa dan membunuh adikku, Kang. Aku benci kamu!" 

"Membunuh adikmu? Sss -- siapa adikmu?" 

"Aku tak masalah kau bunuh si tua bangka itu, Cak Dikun, orang kepercayaan si Barja. Bahkan aku sangat bahagia kau bunuh si Barja.  Namun, aku tak terima saat kau bunuh Gayatri." 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun