Mohon tunggu...
Nurdin Taher
Nurdin Taher Mohon Tunggu... Administrasi - Keberagaman adalah sunnatullah, karena itu pandanglah setiap yang berbeda itu sebagai cermin kebesaran Ilahi. Surel : nurdin.en.te.70@gmail.com0

Lahir dan besar di Lamakera, sebuah kampung pesisir pantai di Pulau Solor, Flores Timur. Menempuh pendidikan dasar (SD) di Lamakera, kemudian melanjutkan ke SMP di Lamahala, juga kampung pesisir serta sempat "bertapa" 3 tahun di SMA Suryamandala Waiwerang Pulau Adonara, Flores Timur. Lantas "minggat" ke Ujung Pandang (Makassar) pada Juli 1989. Sejak "minggat" hingga menyelesaikan pendidikan tinggi, sampai hari ini, sudah lebih dari 30 tahun berdomisili di Makassar. Senantiasa belajar dan berusaha menilai dunia secara rasional dengan tanpa mengabaikan pendekatan rasa, ...

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Meragukan Nadiem Meretas Pendidikan Menuju Indonesia Maju?

24 November 2019   08:32 Diperbarui: 24 November 2019   08:40 1658
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
tangkapan layar oleh penulis

Meski pernyataan Nadiem terakhir cenderung kedengarannya terlalu optimis, tapi saya menaruh harapan besar akan besarnya pengaruh yang akan ditorehkan seorang Nadiem dalam "merevolusi" Pendidikan Indonesia. Keyakinan ini diperkuat oleh pernyataan seorang teman (Widyaiswara), bahwa menurutnya Mendikbud yang baru ini mempunyai visi pendidikan yang (menjangkau) jauh ke masa ke depan.

Epilog

Usia Kabinet Indonesia Maju belum juga seumur jagung. Belum pula mencapai 100 hari pertama. Sehingga bila kita memkasakan diri untuk melakukan penilaian terhadap kinerja seorang Menteri, maka hal itu terlalu prematur.

Biarlah waktu yang menjadi hakim yang paling jujur untuk menilai, seberapa tepat dan akurat insting seorang Presiden dalam mendapuk seseorang untuk memimpin sebuah kementerian. Tak terkecuali untuk seorang Nadiem Anwar Makarim, Mendikbud periode 2019-2024.

Insting Presiden itu relatif tepat jika kita coba melihat proses penunjukkan mantan Menteri Perikanan dan Kelautan, Susi Pudjiastuti. Di awal penunjukkan Susi Pudjiastuti juga sangat ramai dengan berbagai cibiran, celotehan "merendahkan", tapi waktu kemudian membuktikan banyak hal yang telah dilakukan selama mengemban amanah sebagai Menteri Perikananan dan Kelautan yang mengundang decap kagum. Tentu saja di antara berbagai apresiasi atas prestasi itu, banyak juga yang perlu disempurnakan.    

Kembali ke Nadiem! Meski dibayangi rasa pesemisme atas alas apriori dari beberapa kalangan yang merasa "dilangkahi", tidaklah hal itu menjadi penghalang bagi seorang Nadiem untuk mewujudkan visi pendidikan Indonesia Maju.

Karena itu, saya sangat bergembira (ketika menonton live TV) saat keluar dari istana setelah dipanggil Presiden, menjawab wawancara wartawan, Nadiem dengan sangat lantang berujar, "Saya akan membawa Indonesia maju ke panggung dunia".

Dengan alasan-alasan tersebut di atas maka tidak menjadi relevan jika masih ada saja yang secara apriori dan bersikap pesemis nan sinis untuk menunjukkan resistensi terhadap kehadiran seorang anak muda bertalenta di tampuk puncak Kemendikbud. Apapun celoteh di luar yang menyangsikan kemampuan seorang Nadiem, biarlah waktu yang menentukan!

Bagi saya, kapasitas dan kemampuan seseorang tidak hanya diukur selama dia memegang sebuah posisi pada suatu rentang waktu tertentu, tetapi hal itu dapat dilihat seberapa panjang rentang waktu yang telah dilalui, seberapa jauh karya dan jejak langkah yang telah diukir sebelumnya. Tak masalah, apakah rekam jejak dan karya besar yang dilakukan sebelumnya mempunyai relevansi dan korelasi secara langsung dengan posisi dan tugas fungsi pada posisi baru itu.

Dengan demikian, menurut saya, revolusi pendidikan Indonesia itu sudah dimulai. Tengoklah bagaimana seorang Nadiem mencoba keluar dari pakem normatif yang sudah menjadi tradisi terkait naskah pidato resmi pada sebuah acara Pendidikan berskala nasional.

Bahkan secara eksplisit, Nadiem menyebutkan bahwa pidato seragam pada Hari Guru Nasional 2019 kali ini dia tidak ingin hanya berisi kata-kata inspiratif penuh retoris(k). Tetapi sedikit menyentil, Nadiem menegaskan bahwa pidatonya kali ini sedikit berbeda dari tradisi pidato resmi pejabat Pemerintah selama ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun