Mohon tunggu...
Nurdin Taher
Nurdin Taher Mohon Tunggu... Administrasi - Keberagaman adalah sunnatullah, karena itu pandanglah setiap yang berbeda itu sebagai cermin kebesaran Ilahi. Surel : nurdin.en.te.70@gmail.com0

Lahir dan besar di Lamakera, sebuah kampung pesisir pantai di Pulau Solor, Flores Timur. Menempuh pendidikan dasar (SD) di Lamakera, kemudian melanjutkan ke SMP di Lamahala, juga kampung pesisir serta sempat "bertapa" 3 tahun di SMA Suryamandala Waiwerang Pulau Adonara, Flores Timur. Lantas "minggat" ke Ujung Pandang (Makassar) pada Juli 1989. Sejak "minggat" hingga menyelesaikan pendidikan tinggi, sampai hari ini, sudah lebih dari 30 tahun berdomisili di Makassar. Senantiasa belajar dan berusaha menilai dunia secara rasional dengan tanpa mengabaikan pendekatan rasa, ...

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Meragukan Nadiem Meretas Pendidikan Menuju Indonesia Maju?

24 November 2019   08:32 Diperbarui: 24 November 2019   08:40 1658
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
tangkapan layar oleh penulis

Kehadiran Nadiem, bagi kalangan warga net (netizen) merupakan sebuah fenomena tersendiri. Bagi nitezen Indonesia, Nadiem nyaris identik dengan Gojek. Nadiem adalah Gojek, dan Gojek adalah Nadiem.

Sehingga segera setelah Nadiem diundang ke Istana oleh Presiden pada 21 Oktober 2019, langsung disambut keriuhan yang gegap gempita oleh netizen dengan meme-meme yang menggelitik penuh jenaka nan satir.

Setidak-tidaknya ada banyak meme yang cukup jenaka nan satir sebagai representasi keriuhan warga net menyambut sang nahkoda baru Menteri Pendidikan (Mendikbud) yang baru.

Salah satu netizen menulis, "setelah Nadiem menjabat Mendikbud, "di kelas, (terjadi dialog antara guru dan siswa), hari ini belajar apa anak-anak? (Siswa-siswi pun menyambut), sesuai aplikasi Pak". Lain lagi dengan netizen lainnya, menulis, "Nadiem Makarim jadi Mendikbud, kini tiap UKS sekolah dilengkapi dengan terapis go massage" (sumber 4).

Masih banyak kejenakaan meme-meme netizen yang mnegundang senyum,tapi salah dua itu sudah cukup menggambarkan bagaimana "respek" warga net terhadap kehadiran seorang Nadiem.

Suara "penolakan" tidak hanya diekspresikan melalui meme-meme menggelitik, tapi juga datang dari ormas seperti Muhammadiyah dan pengamat. Muhammadiyah sebagaimana diungkapkan oleh salah seorang Pengurus PP Muhammadiyah, Fahmi Salim, bahwa Muhammadiyah merasa kaget dan kecewa, karena selama ini secara tradisi posisi Mendikbud diisi oleh kalangan Muhammadiyah (sumber 5).

Sementara para pengamat juga secara tidak langsung meragukan kapasitas dan kemampuan seorang Nadiem membawa perubahan pendidikan Indonesia. Antara lain datang dari Koordinator Jaringan Pemantauan Pendidikan Indonesia (JPPI), Ubaid Matraji. Menurut JPPI, Nadiem Makarim belum teruji untuk menangani birokrasi pendidikan yang cukup kompleks (sumber 6).

Setali tiga uang, Ketua Umum Ikatan Guru Indonesia (IGI), M. Ramli Rahim, juga menunjukkan sikap resisten, dan malah secara sarkastis menyindir Nadiem. Ketum IGI ini dengan sinis menyindir, "... tahu apa Nadiem soal pendidikan negeri ini?" (sumber 7). Pernyataan yang sombong dan arogan! Pertanyaannya, kalau Ketum IGI tahu segala hal tentang masalah pendidikan, mengapa Jokowi harus menunjuk Nadiem? Aya-aya wae!

Meski banyak yang meragukan kapasitas dan kemampuan seorang Nadiem, ada juga yang memberikan sambutan positif. Hal itu ditunjukkan oleh Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI). PGRI melalui Ketum PGRI Pusat, Unifah Rosyidi, mengimbau semua unsur organisasi yang dipimpinnya itu, di pusat maupun daerah, untuk mendukung penunjukan Nadiem Makarim sebagai mendikbud di Kabinet Indonesia Maju (sumber 8).

Tentu saja masih banyak suara-suara sumbang yang ingin menegasikan profil dan kapasitas serta kemampuan seorang Nadiem dalam memimpin birokrasi raksasa seperti Kemendikbud. Sperti kekhawatiran salah seorang Guru Besar UGM (sumber 9), dan anggota DPR (sumber 10).

Bahkan pada suatu kesempatan ada kegiatan di Makassar (LPMP) yang mengundang peserta dari Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota di Sulawesi Selatan, salah seorang peserta dengan menyentil menyebut bahwa bukan hanya karena seseorang memiliki sedikit kemampuan di bidang digital langsung dipercayakan untuk mengurus pendidikan.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun