Mohon tunggu...
Mahendra
Mahendra Mohon Tunggu... Sejarah mengadili hukum dan ekonomi, sebab sejarah adalah takdir, di satu sisi. *blog: https://mahendros.wordpress.com/ *Twitter: @mahenunja *FB: Mahendra Ibn Muhammad Adam

Guru Biologi SMA di Merangin, Jambi, penyuka sejarah, dan ekonomi. "Sejarah mengadili hukum dan ekonomi, sebab sejarah adalah takdir, di satu sisi.' *blog: https://mahendros.wordpress.com/ *X: @mahenunja *FB: Mahendra Ibn Muhammad Adam

Selanjutnya

Tutup

Diary

Mencela Bau belum Tentu Cinta Lingkungan, Ayo Bersihkan!

15 April 2025   05:02 Diperbarui: 15 April 2025   06:50 132
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
screenshoot video 30 Maret 2025 - Sampah Berserak di Jalan Lintas Sumatera (Perbatasan Desa Sungai Ulak dan Desa MEntawak, Kab. Merangin


Melihat dan mencium sesuatu yang bau atau melihat sesuatu yang tidak rapi dan tanggapan "Saya tidak suka jorok, bau dan amburadul!" belum tentu cinta kebersihan. Bersih di rumah tapi tidak andil untuk kebersihan di luar rumah belum tentu cinta kebersihan. Ketika kita tidak dapat berbuat banyak atas bau, tumpukan sampah yang mengganggu keindahan di tengah pemukiman karena bukan RT tempt kita berdomisili maka kita perlu mulai dari rumah kita dan menglola sampah dapur kita sendiri yang biasa kita buang ke amrol (wadah hidrolik yang terhubung dengan truk) atau ke kotak TPS swadaya masyarakat. Berikutnya, kita sedapat mungkin ikut bergotong royong merelokasi sampah yang berserak di sekitar amrol ke dalam amrol sebagai pelaksanaan hasil rapat RT kita. Hal ini bentuk kecintaan kita pada rumah sendiri dan kecintaan kita akan kebersihan di luar rumah kita sendiri.

Saya tinggal di Perumahan Kotamandiri RT 22 Sungai Ulak Kecamatan Nalo Tantan Kabupaten Merangin. Namun di luar RT yang bukan tanggung jawab RT domisili saya, maka saya tidak bisa banyak berbuat selain mengedukasi cara mengelola sampah dapur rumah kita sendiri agar tidak semuanya dibuang ke amrol (melalui konten medsos tiktok, youtube dan lainnya).

Amrol RT 22 berukuran 2 x 2 x 5 m atau 20 m kubik diangkut 2-3 kali dalam sebulan (karena sudah penuh). Jumlah kepala keluarga di RT 22 sebanyak 200-an atau setidaknya 400-an jiwa. Jika dikalkulasi dalam sebulan ada 40 sampai 60 m kubik. Jika dikalkulasi dalam sebulan setiap jiwa menghasilkan sampah  0,10 sampai 0,15 m kubik. Jika dikalkulasi jumlah penduduk Merangin 378.357 jiwa (BPS Merangin, 2025) maka sekurang-kurangnya menghasilkan  sampah 37.835m kubik dalam sebulan atau  454.020 m kubik dalam setahun.

Dengan laju pertumbuhan penduduk merangin 1,41 persen per tahun dapat kita hitung proyeksi jumlah penduduk pada tahun 2035 atau proyeksi jumlah sampah yang dihasilkannya. Jika dihitung dengan metode geometri {Pn = Po x (1 + r )t} maka proyeksi jumlah penduduk Merangin pada tahun 2035 adalah 435.220 jiwa dengan menghasilkan sampah sebesar 43.522 m kubik dalam sebulan atau 522.264 m kubik dalam setahun.

Saya perkirakan kita bisa menghasilkan tidak kurang dari 5 - 10 kg gel dari limbah popok (Buang Air Kecil/BAK) dalam sebulan (anak saya biasa menghabiskan 88 popok ukuran L dalam sebulan). Artinya dalam setahun kita berpotensi menghasilkan 60 - 120 kg popok. Saat ini saya menghasilkan sekitar 20 kg gel dari limbah popok BAK dalam dua bulan terkahir (belum melanjutkan karena tidak ada tempat yang aman dan strategis untuk menampung volumenya dan mengendalikan bau pesingnya).

Di RT saya ketahui ada 9 balita yang saya hitung memakai popok karena saya sering keliling dalam RT 22 mengantar surat undangan kegiatan hari besar Islam dan sering melihat limbah popok dalam amrol RT saya. Ini hitungan yang saya ketahui, artinya estimasi saya, RT saya dapat menghasilkan 540 kg - 1.080 kg gel dari sampah popok dalam sebulan. Kalau ada 10 balita bisa mencapai  600 -- 1200 kg gel dalam sebulan. Ha, mencapai 1 ton gel dalam sebulan! Potensinya bisa mencapai  12 ton dalam setahun!

Di beberapa titik dekat perumahan maupun di pelosok serta di tepi jalan masih ditemukan tumpukan sampah yang menggagu keindahan lingkungan Merangin, mungkin saja ini terjadi di sejumlah pelosok nusantara. Perhatikan video berikut!


Jika volume sampah ini tidak dikendalikan atau dikelola maka akan semakin mencemari lingkungan, karena baunya atau potensi menjadi sarana kembang biak nyamuknya. Kita mengelola sampah dapur kita masing-masing untuk mengurangi setidaknya 20 sampai 50 persen di masa kini maupun masa depan atau mengurangi 100.000 sampai 250.000 m kubik sampah dalam setahun. Ini juga dalam rangka mengimpelementasikan kimia hijau dan pembangunan berkelanjutan hingga tahun 2035.

Prinsip mengelola sampah organik adalah menumpuk (sehingga tidak berserak) dan membiarkan terurai atau dipercepat dengan penambahan mikroba fermentor atau dekomposer (dari jamur nasi basi atau susu anak yang telah basi mengandung bakteri ) dengan menambah sumber karbon dari limbah nasi, kentang (atau jika tidak ada limbah tersebut, ditambah dengan gula putih atau gula merah). Saya mencoba memanfaatkan limbah sayur dan buah-buahan serta gal dari limbah popok menjadi pupuk organik (padat atau cair).

Manfaat pupuk organik

Menurut Kementerian Pertanian (2022) dari bukunya berjudul Pupuk Organik (Dibuatnya mudah, HAsil tanam Melimpah), Pupuk organic bermanfat sebagai berikut

  • Pupuk organik mampu berperan untuk memobilisasi atau menjembatani hara yang sudah ada di tanah sehingga membentuk partikel ion yang mudah diserap oleh akar tanaman.
  • Berperan dalam pelepasan hara tanah secara perlahan dan kontinu sehingga dapat membantu dan mencegah terjadinya ledakan suplai hara yang dapat menyebabkan keracunan pada tanaman.
  • Membantu menjaga kelembapan tanah dan mengurangi tekanan atau tegangan struktur tanah pada akar-akar tanaman.
  • Meningkatkan stabilitas komposisi partikel yang berada dalam tanah sehingga memudahkan pergerakan air dan partikel udara dalam tanah, memudahkan aktivitas mikroorganisme baik, serta meningkatkan pertumbuhan akar dan kecambah biji.
  • Membantu mencegah terjadinya erosi lapisan atas tanah yang merupakan lapisan kaya hara.
  • Pemakaian pupuk organik menjaga kesuburan tanah.
  • Pupuk organik berperan mencegah kehilangan nitrogen dan fosfor terlarut dalam tanah.

Syarat membiakkan mikroba fermentor atau decomposer

  • Adanya air steril seperti air sumur yang telah dimasak (bukan air PAM)
  • Adanya sumber karbon seperti nasi, larutan cucian beras, kentang, gandum
  • Adanya sumber karbon dari monosakarida seperti gula putih atau gula merah atau limbah air tebu (basi)
  • Adanya mikroba (jamur, protozoa atau bakteri) dari sayuran atau buah-buahan yang membusuk

Cara membiakkan (mengkultur) mikroba fermentor atau dekomposer

  • Mencampur air steril (bukan air PAM) dengan larutan gula, nasi basi
  • Didiamkan selama 3-4 minggu
  • Disaring
  • Larutan cair ditampung di botol 600 ml atau 1,5 liter.

Cara mendekomposisi atau memfermentasi limbah dapur menjadi pupuk cair organik

  • Limbah dapur berupa sayuran atau buah-buahan ditumpukkan dalam wadah ember atau wadah lain
  • Dicampur dan diaduk bersama larutan mikroba
  • Dibiarkan selama 3-4 minggu

Cara mengurai limbah dapur menjadi pupuk padat organik

  • Sisa padatan limbah sayur atau buah-buahan busuk diendapkan di dasar wadah
  • Dilapiskan dengan lapisan tanah atau abu atau arang di atas endapan limbah
  • Dibiarkan selama seminggu
  • Dikontrol agar tidak menjadi panas berlebihan akibat pembusukan

Cara mengelola sampah popok bekas Buang Air Kecil

  • Dibuka popok menurut alur jahitan dengan jari atau gunting
  • Keluarkan isinya (berupa gel)
  • Ditampung didiamkan selama 3-4 minggu, bagus juga ditambahkan  dan diaduk dengan mikroba fermentor atau dekomposer
  • Untuk pengaplikasikan ke tanaman, letakkan di dalam pot tanaman lalu lapisi dengan sedikit tanah di atas lapisan gel

Referensi

BPS. Jumlah penduduk merangin 2025.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun