Mohon tunggu...
Faiz Siloinyanan
Faiz Siloinyanan Mohon Tunggu... penyair

Muhammad Rifai Siloinyanan, lahir di Tual, 3 Desember 1996. Jiwa yang gemar merangkai kata, menyusun cerita dari kenangan, dan menafsir hidup lewat puisi. Bagiku, sejarah bukan sekadar masa lalu, budaya bukan sekadar warisan, dan romansa bukan sekadar kisah dua hati—semua adalah nafas yang menghidupkan puisi yang kubuat. Dengan pena dan imaji, aku ingin mengabadikan jejak, membisikkan suara yang mungkin terlupakan, dan mengajak siapa saja menikmati seni dalam kata. Karena bagiku, 'Puisi adalah seni menikmati hidup.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Perempuanku

22 Juli 2020   16:47 Diperbarui: 22 Juli 2020   16:45 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Perempuanku..
Perempuan yang awalnya, ku kira berbeda Agama lantaran namanya..
Perempuan yang awalnya, biasa-biasa saja...
Namun, dia adalah perempuan yang namanya kumohonkan dihadapan pemilik Alam Semeta...
Hingga tanpa ragu-ragu, kusemogakan dia menjadi bagian dari pengikut Fatimah Azzahra...

Perempuanku..
Perempuan yang memilih menjadi bunga liar di puncak Rinjani...
Agar terjaga kesuciaanya dan tak mudah untuk dimiliki...
Seindah itukah Jalan cinta yang mesti kudaki...
Demi menjaga dirimu menjadi taman bunga dalam ingatanku...

Perempuanku...
Perempuan yang hatinya sedang berkelana di ujung senja kehidupan...
Entah untuk menikmati kesendirian
Atau menyusun kenangan-kenangan harapan...
Disini, bila kau ingat kembali..
Ada hati yang tak pernah putus berdoa....
Meminta kepada sang maha kuasa...
Untuk menjadikan hatinya tempat hatimu bersemayam dengan abadi didalamnya.

Waiheru, 22-07-2020

(Tuan Muda Tormas)

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun