Pendekatan untuk keluarga Indonesia perlu mempertimbangkan kekayaan tradisi dan kearifan lokal yang kita miliki. Indonesia memiliki ratusan permainan tradisional yang telah terbukti membantu perkembangan motorik, kognitif, dan sosial anak -- dari permainan tradisional yang mengasah kemampuan berhitung hingga permainan kelompok yang mengajarkan kerja sama tim.
Orang tua dapat memadukan nilai-nilai tradisional dengan kebutuhan literasi digital modern, menciptakan pendekatan yang unik dan sesuai konteks. Ini seperti menanam pohon dengan akar yang kuat (nilai-nilai tradisional) namun cabang yang fleksibel (adaptasi terhadap dunia digital) -- keduanya diperlukan untuk tumbuh sehat di dunia yang terus berubah.
Para ahli pendidikan menekankan pentingnya interaksi langsung: "Kunci utama perkembangan bahasa anak adalah interaksi langsung dan percakapan dengan orang dewasa di sekitarnya." Pendekatan ini sejalan dengan budaya Indonesia yang kaya tradisi lisan dan nilai-nilai kebersamaan, menjadikannya solusi yang alamiah dan sesuai konteks.
Langkah Ke Depan: Keseimbangan Digital yang Bertanggung Jawab
Ke depan, Indonesia memerlukan dialog nasional yang melibatkan orang tua, pendidik, pembuat kebijakan, dan industri teknologi untuk merumuskan panduan yang seimbang tentang penggunaan teknologi untuk anak-anak. Kita tidak bisa sepenuhnya mengisolasi anak-anak dari dunia digital yang semakin mendominasi, tetapi kita bisa mengajarkan mereka untuk bernavigasi di dalamnya dengan bijaksana.
Gerakan anti-screen time ini sebenarnya bukan tentang menolak teknologi secara total, melainkan tentang menegosiasikan kembali hubungan kita dengannya. Orang tua Indonesia yang cerdas memahami bahwa teknologi adalah alat, bukan pengganti interaksi manusia yang bermakna. Ini seperti membedakan antara menggunakan api untuk memasak (bermanfaat) dan membiarkan rumah terbakar (berbahaya) -- kuncinya adalah kontrol dan tujuan penggunaan.
Sebagaimana disampaikan oleh pakar kebijakan pendidikan anak, screen time adalah isu yang perlu ditangani secara serius, sama seperti kita menangani isu-isu penting lainnya dalam pengasuhan: "Kita membatasi banyak hal pada anak-anak untuk melindungi mereka, mulai dari jam malam, akses ke konten dewasa, hingga aktivitas berbahaya. Mengapa tidak kita terapkan kehati-hatian yang sama pada perangkat digital yang begitu berpengaruh?" Sudah saatnya kita menerapkan kehati-hatian yang sama terhadap teknologi digital seperti yang kita terapkan pada hal-hal lain yang berpotensi berdampak signifikan pada perkembangan anak.
Generasi anak anti-screen time yang sedang tumbuh di Indonesia mungkin akan menjadi pionir dalam menciptakan hubungan yang lebih sehat dengan teknologi, tidak seperti generasi sebelumnya yang harus belajar dari kesalahan. Mereka adalah generasi yang memiliki keuntungan pengetahuan yang kita peroleh dari penelitian dan pengalaman, memungkinkan mereka untuk memanfaatkan teknologi tanpa menjadi budaknya.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI