Mohon tunggu...
Eliza Bhakti
Eliza Bhakti Mohon Tunggu... Environmental Enthusiast

Government Officer | Environmental Enthusiast | Writer in progress |

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Beragam Teknologi Air Minum di Lahan Gambut

4 Februari 2025   13:53 Diperbarui: 4 Februari 2025   16:40 761
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Perbandingan Air gambut sebelum dan setelah pengolahan HFNF (Dok. BPPW Provinsi Riau)

Teknologi Membran dalam Pengolahan Air Gambut

Di lain sisi, BUMD air minum dapat mengembangkan teknologi lanjutan karena sumber daya yang lebih mumpuni. BUMD air minum dengan sumber air gambut biasanya menyediakan air bersih melalui Instalasi Pengolahan Air (IPA) konvensional. Penggunaan IPA konvensional yang tidak khusus dirancang untuk air gambut memiliki beberapa kekurangan antara lain memerlukan konsumsi bahan kimia yang tinggi, menghasilkan limbah lumpur Bahan Berbahaya dan Beracun (B3), serta biaya operasional yang tinggi (sekitar Rp 9.000 hingga Rp 11.000 per meter kubik).

Perbandingan Air gambut sebelum dan setelah pengolahan HFNF (Dok. BPPW Provinsi Riau)
Perbandingan Air gambut sebelum dan setelah pengolahan HFNF (Dok. BPPW Provinsi Riau)
Untuk menjawab tantangan IPA konvensional tersebut, dikembangkan pengolahan air gambut dengan menggunakan membran, salah satunya dengan nano filter. Teknologi Hollow Fiber Nano Filter (HFNF) sudah pernah dilakukan pada instalasi pengolahan air gambut di Davao, Filipina. Di Indonesia teknologi ini diimplementasikan di Perumdam Tirta Dumai Bersemai Kota Dumai melalui program National Urban Water Supply Project (NUWSP).

Prinsip pengolahan dengan teknologi HFNF yang menggunakan membran dNF080 adalah penyaringan semua molekul yang berukuran < 1 nano mikron dan Molecular Weight Cut Off (MWCO) lebih kecil 800 Dalton. Partikel warna yang bersumber dari humic acid dan masuk dalam kategori Natural Organic Matter (NOM) dapat disaring dengan sempurna.  HFNF tidak memerlukan pre-treatment khusus dalam hal pengolahan air gambut serta tidak memerlukan bahan kimia berupa koagulan. Sistem HFNF juga tidak memerlukan sistem backwash seperti dalam proses flitrasi.

Penggunaan membran memiliki keuntungan yaitu desain modul yang sederhana dan compact, serta biaya operasi dan pemeliharaan cenderung lebih efisien (Rp 1.700-Rp 2.000 per meter kubik). Pengoperasiannya pun relatif lebih mudah karena tidak memerlukan persiapan dosing bahan kimia. Lahan yang diperlukan juga relatif lebih kecil dibanding IPA konvensional. Secara lingkungan teknologi ini tidak menghasilkan limbah lumpur Bahan berbahaya Beracun (B3) sehingga ramah lingkungan.

Menyediakan air yang aman bagi masyarakat merupakan kewajiban negara. Terobosan teknologi dan pengetahuan perlu terus dikembangkan untuk inovasi pengolahan air gambut. Inovasi harus dikembangkan baik untuk teknologi tepat guna skala individu, maupun untuk pengolahan air minum skala BUMD air minum. Ke depan kita patut optimis bahwa air minum yang aman dapat dinikmati seluruh lapisan masyarakat demi terwujudnya Indonesia sehat.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun