Mohon tunggu...
ELVI HIDA
ELVI HIDA Mohon Tunggu... Freelancer - Dewa Hades

Do what you expect to do

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

"Epic Women's"

24 April 2018   06:20 Diperbarui: 24 April 2018   08:26 314
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sejak zaman dahulu wanita tercipta dengan segala kemampuan yang di miliki dan semua keterbatasan yang ada pada dirinya, seiring berjalanya waktu wanita semakin mampu mengusahakan apa yang diinginkannya, tak ada lagi belenggu yang menyekat pemikiran dan raganya. Jurang pembeda kini telah tertutup, hal yang dulu dipandang tabu kini telah jadi hal yang seru untuk jadi perbincangan setiap hari. tak ada dogma, tak ada norma, yang menahan ataupun membedakan.

Wanita yang dulu dipandang tak mampu melakukan sesuatu kini telah bertransformasi menjadi pengambil keputusan disetiap bagian kegiatan sehari-hari, wanita  yang dulu hanya terpaku kegiatan sebagai ibu, kini telah bisa berubah menjadi sosok penentu. Tak lagi asing jika kita melihat wanita menjadi tulang punggung keluarga, sudah biasa menjumpai  wanita karir yang bebas melakukan aktifitasnya dimana saja ia berada. 

Kebebasan pola fikir, kebebasan berkarya, kebebasan untuk memilih jalan hidup kini telah sepenuhnya dimiliki wanita. Jauh jika menilik masa lalu saat zaman belum begitu maju, wanita hampir sama sekali tak mendapatkan tempat untuk menempati posisi dalam kegiatan apapun. 

Mereka seakan hanya menjadi obyek monopoli yang selalu di eksploitasi, tak lebih dari sebuah hiasan yang dipajang, mereka hanya jadi lambang kemewahan oleh keluarganya, memakai segala busana mewah sebagai tanda kekayaanya. Hanya itu saja tanpa mendapatkan hak untuk menjadi pintar tanpa memiliki kesempatan untuk leluasa beraktifitasdan menyampaikan pendapat. Sungguh miris memang jika melihat keb belakang. Kebebasan yang tak pernah dirasakan, yang selalu di perjuangkan, kesetaraan yang diinginkan dulu tak pernah terkabulkan. Tapi kini semua telah berubah, kini semua telah sama.

Wanita kini telah benar-benar bebas dari apapun. Semua lini profesi kini telah bisa ditangani. Mulai dari petani hingga teknisi, mulai dari sopir hingga sipir. Tak ada lagi kesenjangan gender yang terlihat. Namun tentunya hal tersebut kini seakan menjadi boomerang disaat banyak norma yang terabaikan, saat dogma tak lagi dihiraukan, banyak batasan yang seharusnya melindungi malah dihianati. 

Apalagi dengan kemajuan teknologi, bukanya dimanfaatkan untuk hal positif namun malah terkesan memposisikan diri mereka sebagai obyek visualisasi, memang tak semuanya namun sekiranya semuanya tau mengenai apa yang terjadi kini.

Sudah menjadi kodrat bahwa wanitalah yang melahirkan setiap insan di dunia. Maka tugas wanitalah untuk menjadi pendidik pertama bagi setiap anak. Doktrin permanen yang di tancapkan kepada setiap manusia berasal dari mulut wanita kepada anaknya, mereka akan memenuhi setiap kekurangan yang dimiliki oleh pria di dalam rumah tangga. Wanita pulalah yang akan mewakili ketika sang laki-laki tak berada di tempatnya, karena itu kodrat kedua wanita.

Wanita diciptakan untuk mendampingi, secara arti luasnya mereka diciptakan untuk mendampingi peradaban zaman, mengantar para generasi penerus untuk menapaki kemajuan selanjutnya. Mereka dikaruniai karakter penyayang yangmana harus menyayangi seisi dunia. Mereka memiliki rasa peka terhadap rangsang yang lebih tinggi, peka mengenai setiap peristiwa yang ada. Mereka mampu untuk menjadi tonggak perubahan berkat kesabaran yang dimilikinya.

Wanita adalah mahkluk hebat seperti yang terlihat, tak akan ada hal yang tak bisa dilakukannya, bahkan tak jarang ada wanita yang mampu membenahi genteng rumahnya yang bocor. Maka tak ada wanita sama artinya dengan tak ada kehidupan.

Karena wanita akan mampu menjadi apapun jika diberi waktu, Kartini mampu menjadi sang pembaharu meskipun tak diberi tempat, apalagi wanita yang diberi tempat?  tak terhitung berapa sosok wanita tangguh yang menjadi kader pembaharuan, yang tak segan terjun dalam peperangan demi membela kehormatan, dengan gagah berani memimpin pasukan melawan musuh

sebut saja tjut nyak dien dan masih banyak lagi, wanita yang mengambil bagian dalam perubahan zaman yang mampu memimpin suatu negara yang dilanda konflik dan mampu menyelesaikannya sebut saja mantan presiden palestina benazir butho, dengan berwibawa mampu mengelola negaranya dan jadi pemimpin yang arif dan bijaksana. Wanita memang sosok yang tak mudah di tebak, sulit bahkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun