Mohon tunggu...
Aciek Rangkat
Aciek Rangkat Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Rangkater http://acikrangkat.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Erlina #6

19 Oktober 2013   14:02 Diperbarui: 24 Juni 2015   06:19 245
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Erlina hanya tersenyum kecil, mendengar candaan yang dilontarkan Wilsa.

***

Rumah kontrakan Wilsa terbilang kecil. Apalagi di sana sini terlihat tumpukan buku, terlihat semakin sumpek. Tadinya Erlina berencana menginap di hotel, selama liburan di Jepang, karena takut menganggu Wilsa yang sedang berkutat dengan thesisnya. Namun, serta  merta Wilsa melarang. Wilsa justru merasa senang dengan keberadaan Erlina di rumah kontrakannya.  Penambah semangat. Begitulah alasan Wilsa melarang Erlina menginap di Hotel.

Hari  demi hari dilalui Erlina dengan sangat bahagia,  selama liburanya di Jepang. Ia merasa begitu nyaman berada di samping Wilsa. Tak ada rasa risih sedikitpun seperti yang Ia rasakan sebelumnya.  Pun ketika, tiba - tiba Wilsa mencium bibir Erlina dengan lembut. Tak ada penolakan sedikitpun dari Erlina. Bahkan terlihat Erlina sangat menikmatinya.

"Jangan panggil aku dengan Wilsa. Wilsa adalah masa laluku, masa lalu kita. Willy. Yah, panggil aku dengan sebutan Willy. " Bisik Wilsa lembut  ke telinga Erlina.

Erlina pun menenggelamkan tubuhnya ke pelukan Willy . Kehangatan yang diberikan Willy membuat Erlina yakin bahwa seseorang yang selama ini ia cari adalah Willy.


***

"Jadi, sudah yakin neh, aku tambatan terakhir hatimu? Aku masih belum mapan lho, Er. Thesis aja belum kelar. Kalau pak Amin kan sudah mapan. Paket hemat lagi. Dapat suami plus anak. Hahahhahaha " goda Willy seraya menikmati teh hangat di beranda rumahnya. Mendengar candaan Willy, Erlina hanya tertawa sambil bergelayut manja di bahu Willy.

Tak ada lagi yang disembunyikan Erlina tentang kehidupan pribadinya . Mulai dari pertemuannya yang tidak sengaja dengan Rido di bandara, sampai pak Amin yang memintanya menjadi istrinya. Semua sudah diceritakan dengan gamblang tanpa kurang sedikitpun. Willy pun menanggapinya dengan bijak. Bahkan Willy masih sempat  menyarankan Erlina untuk bisa mencari pria yang bener - bener normal, tidak seperti dirinya. Namun, cinta sudah membutakan logika Erlina.  Erlina sudah memantapkan hati dan pilihannya ke Willy, apapun konsekuensinya.  Erlina hanya butuh Willy seorang di dekatnya. Saat ini dan untuk selamanya. Sepulang dari liburannya, Erlina akan menceritakan semuanya ke keluarganya sekaligus ke Pak Amin, itu yang ada di benak Erlina.

***

Sore itu begitu syahdu. Hanya keheningan yang tercipta di sela - sela pohon kamboja. Rintik hujan yang turun membuat suasana sore terlihat lebih  sendu dari biasanya, seakan tahu kepedihan hati Willy saat itu.  Hanya tinggal willy sendirian yang masih duduk terpaku menatap hamburan bunga mawar di atas gundukan tanah yang masih basah. Begitu cepat Tuhan merenggut kebahagiaan yang baru ia reguk. Baru setetes embun kebahagiaan yang ia rasakan. Yah... Tuhan sepertinya tidak rela Willy menikmati embun itu selamanya. Tuhan mungkin murka, sampai tega mengambil embun kebahagian darinya untuk selamanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun