Mohon tunggu...
Elsi Safitri
Elsi Safitri Mohon Tunggu... Lainnya - mahasiswa

bacalah

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Pentingnya Gaya Belajar Mahasiswa terhadap Hasil Pencapaian Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) Mahasiswa

19 Januari 2021   21:40 Diperbarui: 19 Januari 2021   21:43 220
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

PENTINGNYA GAYA BELAJAR MAHASISWA TERHADAP HASIL PENCAPAIAN INDEKS PRESTASI KUMULATIF (IPK) UNIVERSITAS PEMBANGUNAN VETERAN JAKARTA

PENTINGNYA GAYA BELAJAR MAHASISWA TERHADAP HASIL PENCAPAIAN INDEKS PRESTASI KUMULATIF (IPK) UNIVERSITAS PEMBANGUNAN VETERAN JAKARTA

ELSI SAFITRI

2010611047

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM,FAKULTAS HUKUM,UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAKARTA

elsisafitri28@gmail.com

ABSTRAK

Gaya belajar merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi prestasi belajar, akan tetapi sampai saat ini faktor gaya belajar sering terlupakan dalam proses pembelajaran. Tidak hanya oleh guru/dosen yang mengajar tetapi juga oleh individu yang belajar. Hal tersebut diperoleh berdasarkan hasil wawancara dengan 40 mahasiswa jurusan biologi yang menunjukkan bahwa sebagian besar (80%) belum sepenuhnya menyadari akan pentingnya memahami gaya belajar, Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gaya belajar, tingkat keseriusan mahasiswa dalam melaksanakan gaya belajarnya, ada tidaknya perbedaan hasil belajar (IPK) di antara tiga macam gaya belajar mahasiswa Biologi yang ada, dan korelasi antara tingkat keseriusan dengan hasil belajar.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif korelasional, sampel ditentukan secara purposive. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner (kuesioner gaya belajar kemudian kuesioner tingkat keseriusan melaksanakan gaya belajar),. Data yang telah terkumpul dianalisis dan untuk menguji ada tidaknya perbedaan hasil belajar (IPK) di antara tiga macam gaya belajar yang ada digunakan uji Kruskal-Wallis.

ABSTRACT

Learning style is one of the important factors affecting learning achievement, however, until now, learning style factors are often overlooked in the learning process. Not only by teachers / lecturers who teach but also by individuals who learn. This was obtained based on the results of interviews with 40 students majoring in biology, which showed that most (80%) were not fully aware of the importance of understanding learning styles. learning outcomes (GPA) among the three different learning styles of existing Biology students, and the correlation between the level of seriousness and learning outcomes.

 

PENDAHULUAN

Persoalan pendidikan di Indonesia persoalan yang penting, pendidikan harus dilaksanakan karena untuk mencapai salah satu tujuan negara dengan mencerdaskan kehidupan bangsa.

Cara yang tepat untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan Gaya belajar mahasiswa untuk proses pembelajaran secara maksimal agar tujuan pendidikan mampu di cerna secara matang

Pendidikan di universitas bertujuan untuk mengukur kemampuan mahasiswa di bidang akademik. Secara konkrit, universitas memberikan data IPK sebagai bukti pencapaian akademik seorang mahasiswa

Kemampuan seorang mahasiswa untuk memahami dan menyerap materi yang diberikan dosen  sudah pasti berbeda-beda tingkatannya. Hal ini bergantung pada bagaimana cara atau gaya belajar yang digunakan oleh Mahasiswa. Semakin mahasiswa paham  untuk menggunakan cara belajar apa yang tepat,serta  menerapkannya dalam memahami pelajaran. Maka semakin terlihat baik pula terhadap hasil pencapaian prestasi akademik yaitu berupa Indeks Prestasi Kumulatif yang didapatnya

METODE

Dalam melakukan penelitian terhadap suatu karya ilmiah,perlu adanya satu bentuk metode yang di gunakan dalam mencari data- data penelitian yang mananantinya akan di gunakan dalam pembahasan. Metode penelitian merupakan langkah-langkah ilmiah dalam mendapatkan data-data yang otentikserta memiliki kejelasan isi. Lalu untuk metode penelitian ini berupa kuantitatif dan studi kepustakaan (penelaahan terhadap literatur) yang mana dalam penelitian ini juga bersumber dari web internet,jurnal,maupun buku yang memiliki kejelasan serta sumber yang konkret

HASIL DAN PEMBAHASAN

1.Pengertian Belajar

Hilgard (dalam Sanjaya, 2007) : learning is the process by which an activity originates or changed through training procedures (wether in the laboratory or in the natural environment) as distinguished from changes by factors not attributable to training (belajar adalah proses perubahan melalui kegiatan atau prosedur latihan baik latihan di dalam laboratorium maupun dalam lingkungan alamiah).

Djamarah dan Zain (2010) : Belajar adalah proses perubahan perilaku berkat pengalaman dan latihan. Artinya tujuan kegiatan adalah perubahan tingkah laku, baik yang menyangkut pengetahuan, keterampilan maupun sikap bahkan meliputi segenap aspek organisme atau pribadi.

2   Gaya Belajar (Learning Style)

Gaya belajar yaitu cara mahasiswa bereaksi dan menggunakan stimulus yang diterimanya dalam proses belajar (Nasution 2003).[1] Visser (2006), “berpendapat bahwa gaya belajar mengacu pada pendekatan yang lebih disukai seseorang dalam belajar untuk mencapai hasil belajar yang optimal.”[2]

 

Berikut pengertian gaya belajar dari para ahli (diacu dalam Ardi 2007):[3]

 

1.Keefe memandang gaya belajar sebagai cara seseorang dalam menerima, berinteraksi, dan memandang lingkungannya.

 

2.Willing mendefinisikan gaya belajar sebagai kebiasaan belajar yang disenangi oleh pembelajar

 

3.Drummond mendefinisikan gaya belajar sebagai, “an individual’s preferred mode and desired conditions of learning.”  Maksudnya, gaya belajar dianggap sebagai cara belajar atau kondisi belajar yang disukai oleh pembelajar.

 

Banyak ilmuwan yang menggolongkan gaya belajar menjadi beberapa macam, namun yang paling sering digunakan adalah penggolongan menurut Grinder (diacu dalam De Porter dan Hernacki 2004) yang membagi gaya belajar menjadi 3 macam, yaitu:[4]

 

  • Gaya Belajar Visual 

 

Kata visual dalam Kamus Psikologi merupakan menyinggung penglihatan atau daya lihat.[5] Dapat diartikan peserta didik/mahasiswa dengan gaya belajar visual, artinya dominan mengandalkan kesuksesan belajarnya melalui pemanfaatan atau pemberdayaan indera mata atau penglihatan (visual).[6] 

 

Pelajar Visual adalah pelajar yang mempelajari atau menerima informasi dan melakukan sesuatu melalui apa yang dilihat dan disaksikan penglihatan. Jika anak kecil memiliki rasa ingin tahu sebelum ia dapat berbicara, maka ia akan melakukan pengamatan sendiri dengan cara melihat objek dan memegang[7] serta berfikir dalam citra gambar.[8] Dengan demikian mahasiswa visual akan mudah melihat atau membayangkan apa yang dibicarakan. Mereka sering melihat gambar yang berhubungan dengan kata atau perasaan dan mereka mengerti suatu informasi apabila melihat kejadian serta informasi tertulis dalam bentuk gambar.

 

Ada beberapa karakteristik menurut Andri yang dapat membantu seseorang memahami tentang modalitas belajar visual yang dimiliki seorang mahasiswa. Adapun ciri-cirinya sebagai berikut:[9]

 

  • Pembelajar visual-spasial adalah individu yang lebih banyak berfikir dalam bahasa gambar dari pada kata-kata.
  • Mereka tidak belajar dari hasil pengulangan dan pengayaan
  • Mereka non-sekunsial
  • Cenderung mudah terganggu dan tidak sadar tentang waktu
  • Mudah menguasai bahasa asing

  • Gaya Belajar Auditori

 

Auditori berasal dari kata oditor, yang merupakan sinonim dari kata Aural dan Otik. Aural itu secara khusus dipakai dalam kaitannya dengan telinga atau dengan alat yang dipakai dalam penelitian terhadap telinga. Sedangkan kata otik menunjuk pada sel-sel inderanya, atau dengan kaitan syarafnya.[10]  

 

Jadi gaya belajar Auditorial ini titik penekanannya pada pendengaran, artinya orang-orang yang memiliki gaya belajar auditorial, akan mudah dan maksimal menerima dan mengolah informasi yang ia dapatkan melalui apa yang mereka dengar. Mahasiswa dengan gaya belajar auditori dominan mengandalkan pemanfaatan atau pemberdayaan indera pendengarannya dalam membelajarkan diri dan berfikir dalam kata-kata.[11]

 

Dalam proses belajar mahasiswa auditor cenderung mengandalkan alat seperti radio dan alat pendengar lainnya dimana dengan bantuan alat ini memudahkan mahasiswa auditor dalam memahami materi.

 

 

Menurut Melvin Ada beberapa karakteristik pembelajar auditori:[12]

 

  • Lebih banyak berfikir dalam bahasa kata.

 

Peserta didik/mahasiswa auditori lebih cendrung menggunakan akal budi untuk mempertimbangkan dan memutuskan sesuatu melalui pendengaran termasuk dalam mendapatkan dan mengolah informasi.

 

  • Sifatnya sangat sosial.

 

Peserta didik/mahasiswa auditori memiliki sifat saling membantu/gotong royong dalam proses belajar, termasuk dalam mendapatkan dan mengolah suatu informasi. Peserta didik/mahasiswa auditori lebih senang dalam berdiskusi dan mendengarkan kata-kata dari pada membaca.

 

  • Bisa mengatur waktu dengan baik.

 

Dalam mendapatkan dan mengolah informasi peserta didik/mahasiswa auditori sangat pandai membagi wkatu dalam sehari-hari termasuk waktu belajar dengan waktu lainnya.

 

  • Belajar dengan metode langkah-demi-langkah (step-by-step) dan cobasalah (trial-error).

 

Peserta didik/mahasiswa auditori dalam mendapatkan mengolah informasi atau ilmu pengetahuan memiliki sifat tidak mudah puas hingga peserta didik/mahasiswa lebih cendrung harus berusaha sekuat mungkin agar dapat mendapatkannya dengan maksimal.

 

  • Memiliki memori auditori jangka pendek yang baik.

 

Peserta didik/mahasiswa auditori lebih cendrung memahami suatu pelajaran pada hari itu saja, namun jarang untuk jangka panjang dikarenakan mahasiswa auditori memahami pelajaran melalui pendengaran.

 

  • Lebih cepat untuk mekar.

 

Peserta didik/mahasiswa auditori lebih cepat tanggap dan memiliki sifat terbuka, hal ini terjadi dikarenakan peserta didik/mahasiswa auditori memiliki sifat rasa ingin tahu tinggi.

 

  • Tes sangat sulit untuk mereka.

 

Peserta didik/mahasiswa auditor disuruh membaca sebuah wacana dan menjawab soal wacana dalam waktu yang telah di tentukan sulit untuk diperlakukan bagi mahasiswa auditori, dikarenakan mereka tidak menyukai membaca dan lebih senang mendengarkan kata-kata.

 

  • Tes yang sangat baik untuk mereka.

 

Pembelajar auditori pandai memberi tanggapan untuk setiap pelajaran yang telah mereka dengar. Mereka juga sangat baik menghadapi ujian lisan.

 

Adapun menurut Ainul ciri-ciri gaya belajar anak auditori adalah:

 

“Berbicara kepada diri sendiri saat bekerja, mudah terganggu oleh keributan, menggerakkan bibir mereka dan mengucapkan tulisan dibuku ketika membaca, senang membaca dengan keras dan mendengarkan, dapat mengulang kembali dan menirukan nada, berirama dan warna suara, mereka kesulitan untuk menulis, hebat dalam bercerita, berbicara dalam irama berpola, biasanya pembicara yang fasih, lebih suka musik dari pada seni, belajar dengan mendengarkan dan mengingat apa yang didiskusikan daripada yang dilihat, suka berbicara, suka berdiskusi, dan menjelaskan sesuatu panjang lebar, mempunyai masalah dengan pekerjaan-pekerjaan yang melibatkan visualisasi. lebih pandai mengeja dengan keras daripada menuliskan, dan lebih suka gurauan lisan dari pada membaca komik.”[13] 

 

 

  • Gaya Belajar Kinestetik

 

Gaya belajar ini mengharuskan individu menyentuh sesuatu yang memberikan informasi tertentu agar dapat mengingatnya.[14] Ada beberapa karakteristik model belajar seperti ini yang tidak semua orang dapat melakukannya. Karakter pertama adalah menempatkan tangan sebagai alat penerima informasi utama agar dapat terus mengingatnya. Hanya dengan memegangnya saja, seseorang yang memiliki gaya belajar ini dapat menyerap informasi tanpa harus membaca penjelasannya[15]

 

Karakter berikutnya dicontohkan sebagai orang yang tidak tahan duduk berlama-lama mendengarkan penyampaian pelajaran.[16] Individu yang memiliki gaya belajar ini merasa dapat belajar lebih baik kalau prosesnya disertai kegiatan fisik. Kelebihannya, mereka memiliki kemampuan mengkoordinasikan sebuah tim dan kemampuan mengendalikan gerak tubuh (athletic ability).[17] Orang yang cenderung memiliki karakter ini lebih mudah menyerap dan memahami informasi dengan cara melihat gambar atau kata kemudian belajar mengucapkannya atau memahami fakta. 

 

Untuk menerapkannya dalam pembelajaran, kepada siswa yang memiliki karakteristik-karakteristik di atas dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai model peraga, misalnya bekerja di laboratorium atau belajar yang membolehkannya bermain. Cara sederhana yang juga bisa ditempuh adalah secara berkala mengalokasikan waktu untuk sejenak beristirahat di tengah waktu belajarnya.[18]

 

Menurut De Porter & Hernacki (2004), ciri-ciri siswa dengan gaya belajar kinestetik sebagai berikut:[19]

 

  • Berbicara dengan perlahan
  • Menanggapi perhatian fisik
  • Menyentuh orang untuk mendapat perhatian mereka
  • Berdiri dekat ketika berbicara dengan orang
  • Selalu berorientasi pada fisik dan banyak bergerak 
  • Menghafal dengan cara berjalan dan melihat
  • Menggunakan jari sebagai petunjuk saat membaca 
  • Banyak menggunakan isyarat tubuh
  • Mempunyai perkembangan awal otot-otot yang besar
  • Sulit mengingat peta kecuali jika dirinya pernah berada di tempat itu
  • Kemungkinan tulisannya jelek
  • Tidak dapat duduk diam untuk waktu lama

 

Pengertian Prestasi Akademik (IPK)

 

Prestasi akademik adalah sebuah kalimat yang terdiri dari dua kata, yaitu prestasi dan akademik, yang mana antar prestasi dan akademik mempunyai arti yang berbeda pula.[20] Prestasi berasal dari bahasa Belanda yaitu prestatie yang artinya hasil usaha.[21] Prestasi ialah hasil yang telah dicapai, dilakukan, dan dikerjakan oleh seseorang (Baiti, 2010).[22] Sedangkan, akademik merupakan segala hal yang berkaitan dengan keilmuan.[23]

 

Prestasi akademik dinyatakan sebagai pengetahuan yang dicapai atau keterampilan yang dikembangkan dalam mata pelajaran tertentu dan biasanya ditetapkan dengan nilai tes (Suryabrata, Psikologi Pendidikan, 2010).[24] Kemudian Bloom mengatakan “Prestasi akademik adalah suatu proses yang dialami oleh mahasiswa untuk menghasilkan perubahan dalam bidang pengetahuan, pemahaman, penerapan, daya analisis, tesis, evaluasi”[25] Dapat disimpulkan bahwa prestasi akademik adalah besarnya penguasaan bahan pelajaran yang telah dicapai mahasiswa yang diwujudkan berupa nilai. 

 

 

Dan dalam dunia perkuliahan prestasi akademik berupa nilai tersebut dikenal istilah Indeks Prestasi Kumulatif (IPK). Biasanya pada akhir perkuliahan mahasiswa akan mendapatkan Kartu Hasil Studi(KHS) yang didalamnya terdapat deretan nilai IPK.  

 

Berdasarkan referensi blogspot Universitas Katolik Indonesia Atmajaya yang mengatakan bahwa “IPK merupakan nilai rata-rata dari seluruh matakuliah yang pernah diambil. Dan untuk perhitungannya, hanya dari nilai tertinggi dari setiap mata kuliah yang pernah diambil.”[26] Serta menurut Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan “hasil penilaian capaian pembelajaran pada akhir program studi dinyatakan dengan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) yang dihitung dengan cara menjumlahkan perkalian antara nilai huruf setiap mata kuliah yang ditempuh dan SKS maat kuliah bersangkutan dibagi dengan jumlah SKS mata kuliah yang diambil yang telah ditempuh.”[27]

 

Penelitian yang relevan

 

Untuk mendukung permasalahan terhadap bahasan, penulis berusaha melacak berbagai literature dan penelitian yang terdahulu yang masih relevan terhadap masalah yang menjadi obejek penelitian dalam Karya Tulis Ilmiah ini. Selain itu ysng menjadi syarat mutlak bahwa dalam penelitian ilmiah menolak yang namanya plagiatisme atau mencontek secara utuh hasil karya tulisan orang lain.

 

Berdasarkan hasil eksplorasi terhadap penelitian-penelitian terdahulu, penulis menemukan beberapa penelitian terdahulu yang relevan, yakni:

 

  • Hardiansyah (2014), yang berjudul “Pengaruh Gaya Belajar terhadap Prestasi Akademik Mahasiswa Fakultas Kedokteran.” Penelitian tersebut menggunakan metode pengambilan data dengan membagikan kuesioner kepada mahasiswa Universita Diponegoro, serta variabel yang diteliti gaya belajar mahasiswa dan prestasi akademik mahasiswa. Dan menghasilkan penelitian bahwa sebagian besar gaya belajar yang digunakan adalah visual dan auditorik, dimana kedua gaya tersebut termasuk ke dalam tipe gaya unimodal. Selain itu, diperoleh juga bahwa tidak ada pengaruh gaya belajar unimodal terhadap prestasi akademik mahasiswa. Akan tetapi untuk gaya belajar multimodal, mempunyai pengaruh positif terhadap prestasi akademik mahasiswa.[28]
  •  
  • Hubungan Gaya Belajar terhadap Indeks Prestasi Kumulatif Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Lampung oleh Elly Rahmawati, Oktadoni, Fitria Saftarina (Tahun 2018). Dalam penelitian tersebut menggunakan metode penelitian analitik dengan pendekatan cross sectional. Dan menghasilkan penelitian bahwa dari 167 responden hampir setengah dari jumlah tersebut memilih gaya belajar kinestetik.[29]
  •  
  • Ashila Rahmatika (2017), yang berjudul “Hubungan gaya belajar dengan Indeks Prestasi Kumulatif pada mahasiswa fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala yang Menderita Dispepsia Fungsional. ” Penelitian tersebut menggunakan metode analitik obseravasional, dengan hasil penelitian yang menunjukan diantara 98 orang yang menderita dispepsia fungsional lebih dominan menggunakan gaya belajar auditorial[30]

 

Kerangka Berpikir

 

Gaya belajar merupakan cara yang ditempuh oleh seseorang dalam belajar. Tiap-tiap individu memiliki cara belajar atau gaya belajar yang berbeda- beda. Prestasi seseorang dipengaruhi oleh berbagai faktor salah satunya adalah gaya belajar (learning style). Individu yang belajar dengan gaya belajar mereka yang dominan, mampu mencapai prestasi yang baik bila dibandingkan dengan individu yang belajar yang tidak sejalan dengan gaya belajarnya.

 

 

Berdasarkan uraian diatas ditarik suatu kerangka berpikir dengan bagan sebagai berikut:

 

  

 

 

 

Keterangan

 

X = Variabel Bebas (Gaya Belajar)

 

Y = Variabel Terikat (Hasil Belajar) Keterangan X = Variabel Bebas (Gaya Beljar) Y = Variabel Terikat (Hasil Belajar)

 

 

  • PENTING NYA GAYA BELAJAR

  • DAFTAR PUSTAKA
  •  
  • De Porter, Hernacki.(2004).Gaya Belajar. kompasiana.com, https://www.kompasiana.com/joko_supriono/552ffcbb6ea834e67c8b45b7/gaya-belajar.
  •  
  • Elmubarok, Zaim.(2013). Membumikan Pendidikan Nilai.(2nd ed). Penerbit Alfabeta.
  •  
  • Sudjana, Nana.(2010). Cara Belajar Siswa Aktif.(1St ed). Penerbit Sinar Baru Algensido.
  •  
  • Priyatna, Andri.(2013). Pahami Gaya Belajar Anak. (2nd ed). Penerbit Kompas Gramedia.
  •  
  • Al Rasyidin dan Wahyu Nur,  Teori Belajar, 2011, hlm. 11.
  •  Syafaruddin, dkk, (2011), Pendidikan PraSekolah, Medan: Perdana Publishing, h.129

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun