Mohon tunggu...
El Sanoebari
El Sanoebari Mohon Tunggu... Penulis - Salah satu penulis antologi buku "Dari Pegunungan Karmel Hingga Lautan Hindia".

Menyukai pekerjaan literasi & kopi | Suka buku filsafat, konseling dan Novel | Jika harus memilih 2 hal saat jenuh saya akan makan banyak dan traveling | Suka belajar hal yang baru | Saya suka berpikir random, demikian dalam menulis | Imajinatif | Saya suka menulis Puisi dan cerpen sejak SD, yang terkubur di dalam laptop | Bergabung menjadi kompasianer merupakan tantangan yang menyenangkan | Saya suka segala hal yang menantang | Cukup ya, terlalu banyak

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Bonafide

20 November 2022   12:23 Diperbarui: 20 November 2022   12:24 134
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Gieri tampak lesu, tertunduk di atas kursi menghadap meja. Sejumlah buku berbau konseling, metodologi penelitian, map-map berisi lembaran-lembaran putih pun tak sanggup menatap wajah Gieri. Lian yang menyeruput jus leci dari tadi hanya memandangi wajah kusut Gieri, lalu beralih ke tumpukan berkas itu. Seolah tak peduli, hanya saja Lian bingung menolong Gieri.

"Minum jusnya, Gieri. Dosen pembimbingmu sudah berlalu. Mungkin ia menunggumu." Tegas Lian.

Gieri tak sedikitpun terkejut mendengar Lian menyebutkan dosen pembimbingnya. Gieri lebih kaget melihat Sinta, gadis sederhana meneriakkan sebuah kata "semangat". Gieri menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Lalu menuruti permintaan Lian untuk meminum jus buahnya yang tidak dinikmati rasanya.

Sinta turut duduk di meja kantin kampus bersama Gieri dan Lian. Sinta berusaha menanyakan kabar skripsi Gieri yang sepengetahuan Sinta, sudah berbulan-bulan dianggurkannya.

"Gieri, aku temani bertemu dengan pak Gede?"

Gieri kali ini mengangkat bahu, kepala dan memperbaiki duduknya.

"Terimakasih Sinta." Sahut Gieri tanpa semangat. "Pak Gede sudah menandatangani skripsnya. Aku sudah siap sidang" katanya lalu menyeruput jus alpukat kesukaannya.

"Lalu, kenapa kau begitu lesu siang ini?" sahut Lian tak tahu aturan sekaligus senang.

"Leon, Tino, Rivka para pemalas yang suka menyontek di kelas lulus lebih dulu dan nilai mereka sangat tinggi. Bagaimana penilaian dosen-dosen selama ini, bisa-bisanya mereka mendapat nilai terbaik dengan cara buruk? Bagaimana aku tidak gelisah?"

Lian dan Sinta saling pandang, mengatur siapa yang akan bicara lebih dulu.

Lian menyambet.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun