Mohon tunggu...
Elsa Maulida Rahma
Elsa Maulida Rahma Mohon Tunggu... Mahasiswa - hai

hai

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Sulitnya Hidup sebagai Pengayuh Becak Pancal di Era Modern

14 April 2022   06:55 Diperbarui: 14 April 2022   20:20 366
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Setiap aku keluar dari rumah pada siang hari untuk membeli barang di toko tetangga dekat rumahku, ataupun saat aku tidak pergi ke toko tersebut aku selalu melihat seorang pengayuh becak yang kurus dan lusuh beristirahat di depan toko tersebut. 

Sempat terlintas dipikiranku dia siapa, dia darimana, dan mengapa dia disitu? Dengan ditulisnya artikel ini memberi kesempatan saya untuk sedikit berbincang dengan beliau. 

Ya, namanya Bapak Paito. Dia adalah seorang pengayuh becak pancal sejak puluhan tahun lamanya, beliau lupa ketika ditanya kapan persisnya mulai menjadi pengayuh becak pancal. "Yo sampun dangu mbak, kulo supe pokok e sakderenge kulo kalih ibu e" (Ya sudah lama mbak, saya lupa yang penting sebelum saya sama ibu nya 'menikah') ujarnya. 

Beliau memutuskan untuk menjadi seorang pengayuh becak karena pada jaman dahulu di era beliau masih muda, becak menjadi transportasi darat yang lumayan ramai akan peminat dan pengguna. 

Dari muda beliau selalu mangkal di pangkalan becak Pasar Turen yang dekat dengan daerah kami, beliau mengaku saat masih muda dulu banyak yang menggunakan jasa becaknya karena dulu terlihat masih kuat daripada sekarang yang sudah terlihat renta. 

Tak jarang juga beliau mengambil pekerjaan dengan sistem kontrak oleh pengguna jasanya sehingga perbulannya pasti mendapat penghasilan seperti pada toko tetanggaku yang menggunakan jasa becak beliau untuk mengangkut barang-barang dari pasar ke toko dan dibayar setiap bulannya, maka dari itu aku sering melihat Pak Paito ini kerap kali berada di toko tersebut. 


Beliau juga bilang bahwa keadaan jasa becak sekarang sudah berbeda dengan jaman dulu yang masih minim akan transportasi umum lainnya bahkan saat ini semua orang telah mempunyai transportasi pribadi yang pasti lebih daripada becak, hal tersebut juga berpengaruh kepada penghasilannya yang saat ini dibilang kurang stabil daripada dulu. "Sakniki sing penting cukup damel dhahar pun syukur" (Sekarang yang penting cukup buat makan sudah bersyukur) ucap beliau. 

Beliau juga mengaku keadaannya sebagai pengayuh becak sangat sulit, becak pancal yang beliau miliki tersebut tidak mempunyai lampu karena rusak dan belum memiliki uang lebih untuk menyervice nya. Akibat lampu becak yang rusak tersebut, beliau tidak bisa berangkat untuk mencari nafkah mulai dini hari karena pernah kejadian sekitar shubuh hari beliau berangkat bekerja dengan harapan mendapat rezeki lebih. 

Alih-alih menjemput rezeki, seringkali hampir ditabrak dan diserempet oleh mobil yang mengaku tidak melihat akan Pak Paito yang sedang mengayuh becak pancal tanpa lampu tersebut. Namun, beliau juga mengaku jika berangkat mengayuh becak pada pagi hari yang sudah terang, jasa becaknya kurang laku karena telah kalah dengan pengayuh becak lain. Tak hanya itu, di masa modern seperti ini jasa becak pancalnya juga telah kalah dengan jasa bentor (becak motor) atau transportasi umum lainnya. 

Melihat hal tersebut, sejak pandemi Covid-19 beliau saat ini juga merangkap menjadi perosokan sampah atau barang yang tidak berguna lagi seperti kardus, gelas plastik, atau lainnya yang sekiranya bisa dijual lagi dan akan beliau bawa serta diangkut di becaknya sembari menunggu yang akan menggunakan jasa becaknya. 

Pak Paito ini juga menghidupi keluarga kecilnya, yang terdiri dari istrinya dan dua anaknya. Istrinya tidak mempunyai pekerjaan hanya ibu rumah tangga, anak yang pertama duduk di bangku SMA, dan anak kedua duduk di bangku SD. 

Meskipun dengan keadaan seperti ini, beliau tetap gigih untuk menghidupi dan menyekolahkan anak-anaknya setinggi mungkin. Namun beliau bercerita akan anak yang pertama ini diasuh oleh orang lain yang masih saudara dengan beliau karena saat itu takut jika anaknya ini tidak sekolah dan demi kebaikan hidup anaknya juga. Meskipun demikian, beliau tidak lupa akan anaknya, begitu juga anaknya juga tidak lupa dengan Pak Paito ini. 

Pak Paito ini juga bercerita mengenai keapesan yang beliau alami akhir ini, dengan ingatan yang sudah hampir lupa beliau bercerita disuatu pagi hari dimana beliau yang baru mulai mencari nafkah dengan keadaan pasar yang ramai, beliau dihampiri oleh seorang yang berpura-pura menjadi penumpangnya namun bukannya ke tempat tujuan penumpang, beliau diajak ke rumahnya untuk mengambil uang simpanannya yang terbilang nominal yang cukup banyak bagi Pak Paito lalu diberikan ke penumpang tersebut tanpa sadar. 

Hal tersebut biasa disebut dengan hipnotis atau 'gendam', bagaikan sudah jatuh tertimpa tangga, kejadian apes tersebut telah terjadi pada Pak Paito. Meskipun dengan berbagai keluh kesah dan kejadian apes yang dialami beliau, Pak Paito ini tetap sabar dan tabah mencari nafkah sebagai pengayuh becak pancal sekaligus merangkap sebagai perosok. 

Beliau juga bilang bahwa hidup ini seperti kompetisi, kuat-kuatan hidup, dia yang menang dia akan bahagia, namun definisi bahagia menurut beliau tidak hanya tentang uang, melainkan dari segi hal lain juga bisa mendapatkan kebahagian. Namun "Misal mboten kiat nggeh pandungo mawon ten Gusti Allah" ucap beliau jika seringkali merasa tidak percaya diri dengan hidupnya. 

Sedikit informasi dari tetangga saya yang mempunyai toko sekaligus pengguna jasa becak Pak Paito ini mengaku turut prihatin dengan keadaan beliau sehingga ingin membantunya sedikit ditambah dengan penyakit yang diderita Pak Paito, beliau mempunyai penyakit yang kurang diketahui seperti suka ngeblank, pikiran kemana-mana, atau bisa dibilang seperti 'ngelantur' dalam beberapa keadaan tertentu. 

Aku juga tidak banyak menyinggung akan hal itu saat berbincang dengan beliau, yang pasti Pak Paito terlihat sangat baik dan tulus, terlebih lagi beliau masih mempunyai semangat untuk menjalani hidupnya mencari nafkah sebagai pengayuh becak pancal di era modern seperti ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun