Mohon tunggu...
Robertus Elyakim Lahok Bau
Robertus Elyakim Lahok Bau Mohon Tunggu... Penulis - Pegiat Literasi di Komunitas Secangkir Kopi

Aktif menulis di media masa

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Amu Stanis Pejuang Kemanusiaan

21 Juni 2019   10:57 Diperbarui: 21 Juni 2019   11:38 330
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Foto Doc Pater Stanislaus Besin, SVD)

 Keesokan harinya ia memilih untuk kembali ke daerah konflik. Tujuannya untuk mencari umat gembalaannya yang belum sempat tertolong. Walau pembakaran, penjarahan dan pembunuhan sedang berlangsung di Timor-Timur, ia tetap berangkat untuk membawa lagi kelompok umatnya yang belum sempat mengungsi ke Timor Barat.

Cerita tentang aksi kesetiaannya menjaga umatnya terus belanjut di tempat pengungsian. Amu Stanis tidak melepaskan mereka begitu saja. Setiap pagi Amu Stanis mengunjungi umatnya di rumah-rumah pengungsian. Ia selalu ingin memastikan mereka sehat walafiat, aman dan terjaga. Yah cerita tentang teror dan intimidasi terjadi pula di tempat pengungsian. Bahkan beberapa orang pun hilang di tempat pengungsian.

Stanis dengan penuh setia mengupayakan makanan dan tempat tinggal sementara bagi mereka. Amu Stanis tetap memperjuangkan kebutuhan dasar mereka serta hak-hak mereka. Hingga masa arus balik pengungsian di Timor Barat ke Timor Leste, Amu Stanis tetap setia mendampingi mereka.

Amu Stanis memilih untuk kembali ke Timor Leste melayani dan mendampingi umatnya setelah Timor Leste merdeka dan dalam masa transisi pembentukan pemerintahan baru. Situasi ekonomi, politik dan pemerintahan belum menentu pada masa itu. 

Makanan di daerah-daerah yang jauh dari Dili belum sepenuhnya terpenuhi. Amu Stanis tidur bersama umatnya dari rumah ke rumah untuk tetap memastikan bahwa mereka aman dan terlindungi. Sejak 1999, Amu Stanis menghabiskan waktu untuk karya pelayanan imamatnya di Timor Leste.

Hingga tahun 2017, ketika staminanya sudah menurun termakan usia, Amu Stanis baru dipindahkan ke biara induk di Nenuk. Kesadaran Amu Stanis menurun dan mulai hilang ingatan. 

Namun ditengah kondisi kesehatan yang kritis, ia masih sempat "melarikan diri" dari rumah jompo dan kembali ke tempat pelayanannya di Timor Leste. Kadang keluarga mencemaskan kondisi kesehatannya, tetapi pilihannya akan tugas panggilan imamatnya mengalahkan segala kerisauan itu.

Inilah bukti kesetiaannya pada tugas pelayanan sebagai imam. Ia telah memilih jalan keberpihakan kepada kemanusiaan. Nyawanya telah dipertaruhkan untuk melindungi umatnya. Stanis Besin, SVD adalah pejuang kemanusiaan oraang-orang kecil. 

Sampai hari ajalnya ia menghabiskan waktu melayani umatnya dengan berjalan kaki. Stanis hanya meninggalkan baju kemeja putih, celana panjang coklat tua dan sendal kulit hitam yang selalu menemani hari-hari masa hidupnya. Yah saya selalu ingat gambaran tentang dirinya dengan tiga simbol kuat yang melakat pada dirinya sepanjang hidupnya (Kemurnian, Ketaatan dan kemiskinan).

*Cerita tentang P. Stanis Besin, SVD disadur dari pengggalan kesaksian-kesaksian umatnya dan juga pengelaman penulis tentangnya pada Referendum 1999. 

**Mohon dikoreksi bila nama tempat atau Tahun tidak sesuai.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun