Mohon tunggu...
Suryan Masrin
Suryan Masrin Mohon Tunggu... Guru - Guru

Penulis Pemula, Guru SD Negeri 10 Muntok (sekarang), SD Negeri 14 Parittiga, pemerhati manuskrip/naskah kuno lokal Bangka, guru blogger

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Review Buku Kapita Selekta Penulisan Sejarah Lokal Tahun 2020; Setting Bangka Barat

18 Desember 2020   21:30 Diperbarui: 18 Desember 2020   21:36 398
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kapita Selekta Penulisan Sejarah Lokal 2020, dokpri

KAPITA SELEKTA PENULISAN SEJARAH LOKAL 2020

1.

Para Pembela Republik dari Mentok; Catatan atas aktivitas kaum republiken di Mentok pada kronik revolusi kemerdekaan RI tahun 1945-1949

Oleh: Babang Haryo Suseno 

2.

Jejak pendidikan dikalangan peranakan Tionghoa Bangka Barat (Mentok, Jebus, dan Parittiga)

Oleh: Suwito Wu

3.

Benteng masa Kesultanan Palembang di Bangka Barat; 

Studi sejarah dan struktur pada benteng seribu benteng tempilang dan benteng sungai Buluh

Oleh: Muhammad Ferhad Irvan

4.

A.M. Joesoef Rasidi; 

Penjaga Sangsaka Merah Putih

Oleh: Agung Purnama

5. 

Jejak tarekat sammaniyah di Bangka;

Mentok, Simpang Teritip, Jebus, dan Parittiga Bangka Barat 

Oleh: Suryan 

6.

Sejarah Kerkhof Muntok

Oleh: Fakhrizal Abubakar

Para Pembela Republik dari Mentok; Catatan atas aktivitas kaum republiken di Mentok pada kronik revolusi kemerdekaan RI tahun 1945-1949

Oleh: Babang Haryo Suseno

Para pembela republik dari Mentok, sumber buku Kapita Selekta Penulisan Sejarah Lokal Tahun 2020
Para pembela republik dari Mentok, sumber buku Kapita Selekta Penulisan Sejarah Lokal Tahun 2020
Proklamasi kemerdekaan RI pada 17 Agustus 1945 yang dikumandangkan dari Jalan Pegangsaan Timur Nomor 56 di Jakarta menyebar luas seantero tanah air termasuk di Bangka. Di ujung barat Pulau Bangka pada kota kecil bernama mentok gaung kemerdekaan itu disambut dengan semangat perjuangan yang membara oleh kelompok pemuda pemudi yang kemudian disebut sebagai kaum republiken. Walaupun kemudian Bangka kembali berhasil direbut oleh Belanda di 1946, perlawanan kaum republikan untuk terus mempertahankan kemerdekaan dan bergabung ke dalam wilayah Republik Indonesia tetap terjadi titik hingga pada tahun 1948 1949 pengasingan para tokoh RI di Muntok semakin menggelorakan perjuangan rakyat Bangka atas kemerdekaan RI.

Tulisan ini berupaya mengungkap kiprah kaum republikan di mentok pada tahun 1945 sampai 1949 dalam upaya membangun semangat republiken  dan aktivitas mereka bersama para tokoh RI selama pengasingan di Bangka.

Para pembela Republik dari mentok layak disematkan kepada para kaum penyongkong berdirinya negara Republik Indonesia. Mereka telah menunjukkan tindakan nyata dalam kebersamaan dan upaya patriotik atas kemerdekaan Republik Indonesia yang dikumandangkan pada 17 Agustus 1945. Semangat ikut serta menyokong berdirinya Republik sudah ada sejak 1945, 4 tahun sebelum kedatangan para pemimpin Republik yang diasingkan Belanda di mentok.

Hal itu yang membantah persepsi bahwa masyarakat mentok Pro Belanda dan tidak berpihak kepada berdirinya Republik Indonesia. Catatan atas aktivitas kelompok nama tokoh dan kejadian yang ada di mentok Pada kurun waktu 1945 sampai 1949 menegaskan keberpihakan kepada Republik titik Kedatangan para pemimpin RI ke Bangka semakin menurut api semangat Pro republiken bagi masyarakat.

Bahwa di mentok pada era 1945 sampai 1949 terdapat peran dari kelompok tokoh dan peristiwa sejarah yang penting untuk terus digenerasikan sebagai bagian dari melestarikan semangat nasionalisme dan menumbuhkembangkan kecintaan generasi muda atas daerahnya dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Jejak pendidikan dikalangan peranakan Tionghoa Bangka Barat (Mentok, Jebus, dan Parittiga)

Oleh: Suwito Wu

sumber buku Kapita Selekta Penulisan Sejarah Lokal Tahun 2020
sumber buku Kapita Selekta Penulisan Sejarah Lokal Tahun 2020
Orang Tionghoa mendiami Bangka, beberapa jejak peninggalan anne-marie tinggalkan dalam rekam sejarah di pulau Bangka titik peninggalan itu tidak hanya bentuk fisik saja melainkan juga diwariskan kenangan dan semangat titik pendidikan menjadi bagian kehidupan orang Tionghoa yang tidak dapat ditinggalkan dalam jejaknya di Bangka khususnya di Bangka Barat, orang Tionghoa menorehkan rekam jejak perjalanannya

Tulisan ini menguraikan sejarah perjalanan pendidikan di kalangan orang Tionghoa, khususnya komunitas Tionghoa Bangka Barat (Mentok, Jebus, dan Parittiga). Selain itu, tulisan ini juga menguraikan hubungan isu politik Indonesia dengan keberlangsungan lembaga pendidikan Tionghoa di Bangka Barat.

Pendidikan tradisional sudah dijalankan di Bangka Barat sejak akhir abad ke-20 titik sistem pendidikan modern mulai populer pada tahun 1920-an. Gejolak politik Indonesia yang bersinggungan dengan ideologi Tiongkok pada akhir 1950 an berujung penutupan sekolah Tionghoa di Bangka

Benteng masa Kesultanan Palembang di Bangka Barat; 

Studi sejarah dan struktur pada benteng seribu benteng tempilang dan benteng sungai Buluh

Oleh: Muhammad Ferhad Irvan

Benteng Tempilang, sumber buku Kapita Selekta Penulisan Sejarah Lokal Tahun 2020
Benteng Tempilang, sumber buku Kapita Selekta Penulisan Sejarah Lokal Tahun 2020
Pulau Bangka semula merupakan pulau dengan sedikit penghuni titik penemuan timah pada masa Kesultanan Palembang Darussalam menyebabkan dibukanya parit-parit timah di seluruh bagian Pulau Bangka titik paling timur kemudian revolusi menjadi pangkal titik pada pangkal pangkal yang didirikan dibangunlah gudang tempat penyimpanan timah dan barang-barang kebutuhan pertambangan dan penghuni pangkal. 

Pada pangkal yang dibangun kemudian diperkuat dengan kota atau benteng tanah untuk melindunginya dari serangan perompak dan bajak laut. Kota atau benteng adalah struktur yang penting untuk dilindungi seluruh penduduk suatu negeri titik pendirian benteng di pulau Bangka sekitar tahun 1768 sampai 1782 pada masa pemerintahan Sultan Ahmad najamuddin dan Sultan Muhammad Bahauddin dan Temenggung Dita Menggala di pulau Bangka.

Ini menampilkan cerita tentang benteng seribu, benteng tempilang, dan benteng sungai Buluh. Benteng seribu sebagai struktur pertahanan memanfaatkan posisi geostrategis dan tingginya terhadap tanah rendah di bawahnya. Pendiri kota 1000 memahami konsep dan ilmu perbintangan Melayu untuk pertahanan negeri dalam sudut pandang militer dan persenjataan kerajaan di nusantara periode 1740 sampai 1800. 

Pada benteng tempilang, pangkal yang dibangun menjadi pusat pemukiman dan didirikan gudang sebagai tempat penyimpanan balok timah persediaan dan kebutuhan logistik penampang dan sebagai pusat administrasi pertambangan dan penduduk titik benteng sungai Buluh tidak melindungi gudang seperti benteng yang dibangun pada masa yang sama dengannya. Benteng sungai Buluh difungsikan seperti benteng 1000 yaitu untuk keamanan, pertahanan dan perlindungan untuk penduduknya.

A.M. Joesoef Rasidi; Penjaga Sangsaka Merah Putih

Oleh: Agung Purnama

Joesoef Rasidi bersama 5 adiknya, sumber buku Kapita Selekta Penulisan Sejarah Lokal Tahun 2020
Joesoef Rasidi bersama 5 adiknya, sumber buku Kapita Selekta Penulisan Sejarah Lokal Tahun 2020
Kemerdekaan Republik Indonesia yang diproklamasikan pada tahun 1945 sesungguhnya masih belum menjadi kemerdekaan seutuhnya. Taktik dan saya sama ASEAN dilaksanakan Belanda untuk menguasai kembali Republik Indonesia dengan pembentukan Republik Indonesia Serikat negara Indonesia Serikat dan berbagai taktik perang lainnya.

Berkat perjuangan dan kerja keras rakyat Indonesia dan para tokoh pemimpin bangsa airnya Republik Indonesia dapat memperoleh kemerdekaan seutuhnya dan memunculkan tokoh-tokoh republiken  di seluruh pelosok Indonesia.

Joesoef Rasidi adalah seorang tokoh Republik kan dari Muntok yang namanya mulai dikenal saat menjadi perwakilan Bangka pada saat penandatanganan piagam Republik Indonesia Serikat. Joesoef Rasidi memiliki andil yang cukup besar dalam pergerakan kemerdekaan Indonesia di pulau Bangka.

Jejak tarekat sammaniyah di Bangka;

Mentok, Simpang Teritip, Jebus, dan Parittiga Bangka Barat 

Oleh: Suryan 

Penisbatan nama Syekh Muhammad Samman dalam sebuah Manuskrip, dokpri
Penisbatan nama Syekh Muhammad Samman dalam sebuah Manuskrip, dokpri
Tulisan ini mengangkat jejak tarekat sammaniyah di pulau Bangka, yang mengambil wilayah pada Mentok, Simpang Teritip, Jebus, dan Parittiga Kabupaten Bangka Barat. Ini ditandai sejak awal hadir dan menyebarnya Islam di Bangka dengan berbagai jalur dan proses pada masa itu.

Bahwa pada masa kesultanan Palembang Darussalam, Abdul Samad al-Falimbani menjadi mufti kesultanan, dan beliau adalah murid yang sekaligus bergelar khalifah untuk meneruskan ajaran sammaniyah selepas Syekh Muhammad Samman wafat. Beliaulah yang menyebarkan tarekat sammaniyah di Sumatera Selatan (nusantara), selain Muhammad Nafis (Kalimantan Selatan), bahkan hampir di seluruh tanah Melayu. Bangka, yang kala itu telah di bawah kesultanan  Palembang, tentu secara lansung ataupun tidak juga telah bersentuhan dengan sammaniyah.

Berlanjut sejak kedatangan ulama Banjar semakin kuatlah persebaran tarekat sammaniyah di Bangka. Keluarga al-Banjari adalah penganut tarekat sammaniyah, dan ulama yang paling berpengaruh dari keturunan al-Banjari adalah Syekh Abdurahman Siddik dan peran tokoh lokal, yakni Haji Sulaiman. 

Sejak itulah ajaran sammaniyah melekat dan menyatu dengan masyarakat  Bangka. Di antara pengaruh yang paling melekat dan menonjol hingga kini adalah tradisi pembacaan manaqib samman yang dibacakan setiap 2 hari bulan Zulhijjah hampir di seluruh pulau Bangka. Selain itu juga dibacakan apabila ada yang bernazar, ungkapan rasa syukur atas rizki, dan lain sebagainya.

Sejarah Kerkhof Muntok

Oleh: Fakhrizal Abubakar

Peta kerkop Muntok yang dibuat Belanda tahun 1948, sumber Mrs. Margie Caldicott dalam sumber buku Kapita Selekta Penulisan Sejarah Lokal Tahun 2020
Peta kerkop Muntok yang dibuat Belanda tahun 1948, sumber Mrs. Margie Caldicott dalam sumber buku Kapita Selekta Penulisan Sejarah Lokal Tahun 2020
Komplek pemakaman tua Belanda yang ada di Indonesia disebut kerkop sebagai salah satu bukti penguasaan kolonial Hindia Belanda yang berlangsung lama di Bangka saat ini masih dapat dijumpai di Pangkalpinang dan Sungailiat. Tetapi nasib tragis dialami oleh kerkop di Muntok yang saat ini sudah tidak terlihat lagi bekasnya.

Kerkop Muntok digunakan oleh kolonial Hindia Belanda sejak tahun 1872 Roma meskipun baru terlihat pada peta topografi Muntok tahun 1935. hasil pemetaan berdasarkan tiang beton penanda wilayah, luas kerlip Muntok sekitar 17000 meter persegi. Kerkom untuk juga digunakan pasukan Jepang pada masa perang dunia 2 untuk menguburkan korban tawanan baik sipil maupun militer dari bangsa Belanda, Inggris, Australia dan Selandia baru.

Pada era tahun 1946 sampai 1963, di kerkop montok terdapat lebih dari 480 makam yang terdiri lebih dari 119 makam Belanda lama dan 361 makam korban Perang Dunia 2. Saat ini kerkop muntuk sudah menjelma menjadi perumahan kerkop, SPBU dan 156 makam yang hilang karena adanya pemindahan makam personel militer korban perang dunia 2 ke pulau Jawa pada tahun 2094 pembangunan rumah penduduk yang telah dimulai sejak tahun 1970 an dan pendirian SPBU pada tahun 1981.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun